PERKEMBANGAN DEMOKRASI DALAM BAHAJA. „ Dari semua bahaja inilah jang paling berbahaja" .

14) PERKEMBANGAN DEMOKRASI DALAM BAHAJA. „ Dari semua bahaja inilah jang paling berbahaja" .

Dibikin bungkemnja Parlemen.

Dibikin bungkemnja Parlemen semalam oleh P.N.I. dan P.K.I. se- hingga Parlemen tak diberi ketika untuk membitjarakan keterangan Pemerintah tentang Atjeh dalam babak kedua, ternjata telah menimbul-

kan reaksi dikalangan politik. Bukan sadja partai 2 oposisi, bahkan 526 kan reaksi dikalangan politik. Bukan sadja partai 2 oposisi, bahkan 526

Jang sangat tragis menurut beliau, ialah hilangnja kedjudjuran da- lam mengutjapkan kata 2 . Seringkali digembar-gemborkan oleh mereka jang sekarang berkuasa ini, bahwa kita harus menggalang tenaga-nasi- onal untuk mengatasi kesulitan 2 nasional, akan tetapi tiap 2 tindakan jang dilakukan senantiasa meng-indjak 2 sesuatu jang dulu, meskipun bibir jang mengutjapkannja belum kering. Sebetulnja kesulitan jang kita hadapi ini bukan soal 2 asing bagi tiap 2 negara muda seperti Burma, India, Pilipina dan sebagainja, akan tetapi disana mereka mempunjai alat 2 perlengkapan untuk mengatasi ber-sama 2 bahaja jang mengantjam, seperti Parlemen jang mentjermin- kan perimbangan tenaga jang sesungguhnja dalam masjarakat dan Pe- merintah jang mendapat kepertjajaan sebagian besar dari masjarakat untuk melakukan tugasnja dengan sistematis buat beberapa waktu jang ditentukan.

Akan tetapi djustru di Indonesia, demikian Natsir lebih landjut, alat 2 untuk mengatasi bahaja ini dengan sadar dibahajakan oleh go- longan jang sekarang sedang berkuasa. Dengan ini perasaan 2 jang tak puas tentang keadaan Negara dila- pangan ekonomi dan politik, lebih meluas dan mendalam dan dikuatir- kan rakjat djadi kehabisan kepertjajaan kepada parlementer stelsel, di Negara R.I. kita ini.

Berhubung dengan ini dengan tegas saja mengatakan: Dari semua bahaja jang kita hadapi kini, inilah jang paling besar dan malahan djadi sumber dari segala matjam bahaja.

Kalau sudah sampai begitu keadaan Negara belum djuga dianggap dalam bahaja, saja tak tahu apa sesungguhnja jang dinamakan orang Negara dalam bahaja itu, demikian Natsir.

Harian Keng Po, Djakarta

3 Nopember 1953

KEUANGAN DAN EKONOMI KITA GENTING. Harus berani lihat keadaan sebenarnja, meskipun pahit.

Ada lima hal jang perlu sekali dilakukan. Baru 2 ini Moh. Natsir telah sampai dikota Padang. Tudjuannja

jang chusus, adalah mengundjungi konperensi Alim Ulama seluruh Riau jang dilangsungkan di Pakanbaru.

Pada hari Djum'at di Padang, Natsir mengadakan rapat chusus de- ngan partainja dan setelah itu menerangkan kepada pers pendapat^-nja atas keterangan Pemerintah baru 2 ini untuk mengatasi keadaan ekonomi dan keuangan, jang pada saat achir 2 ini mengalami masa darurat. Natsir menegaskan bahwa djalan jang dikemukakan P.M. Ali itu ialah per- tolongan dari luar negeri, umpama dari The World Bank dan Inter- national Monetary Fund serta mengadakan iklim untuk dapat menerima modal asing serta mengurangi pengeluaran Pemerintah dan mengurangi impor. Natsir dapat menjetudjuinja, tapi terlebih dulu kita harus me-

njadari bagaimana gentingnja keadaan dan menjadari akan hal 2 jang akan terdjadi sebenarnja, demikian Natsir.

Gambaran keadaan. Umum sudah mengetahui bahwa keadaan ekonomi diluar negeri sangat tidak menguntungkan bagi kita. Antara lain tidak dapat disang- kal bahwa di Amerika Serikat, kini berlaku apa jang orang namakan rolling reajustment kalau tidak mau disebut „ resessi" atau „ depressi" Resessi ini sadja sudah sangat besar pengaruhnja ke Indonesia. Oleh se-

bab itu harga barang 2 ekspor kita tidak kelihatan akan naik, de- ngan akibat kekurangan dalam neratja pembajaran kita akan tetap besar. Andai kata tekort itu pada tahun 1954 hanja seribu djuta (1 mil- jard) sadja, sudah berarti menghabiskan atau memakan sebagian tja- dangan emas, dan devizen kita akan tinggal 500 a 600 djuta.

Perlu diketahui bahwa sedikit waktu lagi kontrak timah kita de- ngan Amerika Serikat dengan harga Rp. 1,12 sudah akan habis. Dan andai kata mereka mau beli lagi mereka hanja sedia membelinja dengan harga jang djauh dibawah itu.

Utang Pemerintah. Utang Pemerintah kepada Bank Indonesia menurut tjatatan ter- achir sudah sampai 1,85 miljard. Utang Pemerintah ditambah dengan

Industri dalam negeri jang tergantung dari impor barang 2 dari luar akan lumpuh, sehingga baik barang 2 impor maupun jang dihasil- kan didalam negeri sendiri, akan terus membubung harganja. Dengan demikian Indonesia akan berada didalam „ economische isolement". Ini saja katakan, demikian Natsir, bukan sekedar agitasi oposisi, sebagaimana jang sering dituduhkan itu. Dan bukan pula untuk meng- gelisahkan rakjat jang sudah tenteram.

Saja sendiri adalah sebagian dari rakjat itu dan jang mentjari ke- ketenteraman itu. Kalau betul 2 kita hendak menolong Negara ini dari bahaja ekonomi jang mengantjam, lebih baik kita sama 2 berani melihat keadaan jang sebenarnja, walaupun pahit.

Bantuan dari luar negeri dan modal asing. Untuk menilai beberapa djalan jang dikemukakan Pemerintah itu kita harus sedar bahwa jang diperlukan sekarang, ialah tindakan jang memberi pertolongan atau kelonggaran didalam rangka waktu jang ter- tentu, dihitung mulai sekarang, jakni jang akan memberikan manfaat dalam masa satu setengah tahun ini. Didalam rangkaian ini pertolongan dari luar negeri maupun dari World Bank bukanlah daja upaja jang dapat mengentengkan keadaan jang kita alami kini. Kalau itu jang kita

harapkan, maka projek 2 pembangunan perlu dibuat dahulu dan se.sudah itu masih harus perlu dipeladjari lagi oleh luar negeri. Bantuan dari I.M.F. berkehendak kepada sjarat 2 jang belum tentu kita dapat meme- nuhinja didalam keadaan sekarang. Demikian pula dengan peranan modal asing, jang tidak akan mem- berikan efek 2 -nja dalam djangka pendek, lebih 2 karena Pemerintah Ali- Wongso baru sadja akan mentjiptakan „ iklim jang baik" untuk menarik modal asing itu.

Memang sesuatu niat jang baik, dan mudah 2 -an sadja P.K.I. dkk. tidak akan menuduh Pemerintah Ali-Wongso ini sebagai alat „ imperia- lis kapitalis" sebagaimana jang sekarang mereka tuduhkan kepada partai jang pendapatnja seperti itu djuga. Tetapi kapan modal asing itu akan masuk ?, tanja Natsir.

Modal asing tidak dapat ditarik dengan sekedar statemen politik investasi dalam garis 2 besar, apalagi kalau mereka melihat keadaan jang njata, jaitu bagaimana dilajaninja kapital asing jang sudah berada dida-

Bagi pemilik 2 modal asing itu, kenjataan^ lebih pandai berbitjara dari pada suatu statemen investasi politik. Lebih landjut Natsir berpendapat, bahwa proses jang kita alami sekarang lebih menjerupai desinvestasi dari pada investasi, jaitu de- ngan pembelian hotel 2 dan menasionalisasikan gerobak 2 tua jang ber- nama B.V.M. dalam keadaan devizen merosot seperti sekarang ini.

Soal* impor. Pengurangan impor memang perlu, tetapi ini harus terbatas pada barang 2 mewah atau setengah-mewah sadja, bukan atas barang 2 kon- sumpsi jang essentiel, dan bukan pula mengurangi barang 2 impor jang perlu untuk produksi dalam negeri. Djika ini dibatasi maka ia akan bekerdja sebagai „ boemerang", sebab akan melumpuhkan produksi da-

lam negeri. Dalam rangka ini pengurangan 2 impor tidak akan berarti bagi persediaan devizen kita. Oleh karena itu saja tidak melihat alasan 2 jang kuat, untuk optimistis.

Selandjutnja Natsir berpendapat, bahwa jang harus dilakukan ialah :