SOAL 2 „ AGRARIA", MENTERINJA, DAN LAIN 2 LAGI.

5. SOAL 2 „ AGRARIA", MENTERINJA, DAN LAIN 2 LAGI.

Soalnja: „ Indonesia negeri agraria

penghasil barang mentah untuk pasar dunia, — tapi bagian petani dalamnja tak berarti, — di- pulau Djawa hutan

terdesak oleh manusia, jang kurang tanah, — didaerah Seberang penduduknja terdesak oleh bi- natang-liar, kekurangan manusia, — di Riau dan Kalimantan Barat penduduk asli djadi „ tamu" dari immigran asing" . Djawabnja: „ M enteri Agraria ?"

Beberapa bulan jang lalu kita dengar orang ramai 2 bitjara: soal agraria adalah penting. Dan oleh karena pentingnja perlu ada ................... , Menteri Agraria !

Entah apa sebabnja sesudah itu tak kedengaran apa 2 lagi tentang agraria ini. Mungkin lantaran orang jang akan mendjadi menteri pen- ting itu belum kundjung ketemu. Dan paling achir kedengaran bahwa salah seorang tjalonnja tak dapat diterima oleh Perdana Menteri lantaran „ alasan tehnis", dan menunggu tjalon lain.

Tapi, „ tehnis" atau tidak, ada tjalon baru atau tidak, soalnja tetap

soal. Bagi pak tani dan rakjat jang bersangkutan, jang penting ialah memetjahkan soalnja itu.

Apa soalnja ? Soalnja sudah tentu, antara lain, ada hubungannja dengan undang 2 '

dan peraturan 2 lama dan menjusun rentjana baru jang baik. Tapi titik-beratnja soal agraria itu terletak pada tanah dan manu- sianja sendiri, dalam rangkaiannja dengan masjarakat umumnja. Ia mengenai soal: berlipat gandanja djumlah penduduk, soal per- ubahan funksi pertanian dari pertanian desa untuk desa mendjadi pertanian untuk ekspor dengan segala akibat^-nja, soal konsentrasi tanah pertanian, soal ketjerdasan dan rehabilitasi masjarakat tani sendiri,

dan lain 2 . Bagaimana gentingnja soal ini, terutama dipulau Djawa sudah sama 2 diketahui. 45 miliun dari 70 miliun penduduk seluruh Indonesia hidup dipulau Djawa. Setiap tahun bertambah ± 600.000 djiwa. Peng- 329 dan lain 2 . Bagaimana gentingnja soal ini, terutama dipulau Djawa sudah sama 2 diketahui. 45 miliun dari 70 miliun penduduk seluruh Indonesia hidup dipulau Djawa. Setiap tahun bertambah ± 600.000 djiwa. Peng- 329

Dengan meninggalkan mutu pertanian hanja dapat ditambah hasil

f per bau; tapi hasil untuk tiap 2 penduduk terus semangkin turun ! Hidup pak tani.

Dalam pada itu pokok sumber produksi tetap pertanian. Dalam per- lumbaan antara produksi dan berkembangnja penduduk, produksi sudah lama ketinggalan. Lambat laun pak tani tak dapat lagi hidup dari ta- nahnja (hanja =t 0,8 hektare buat satu keluarga).

Dari panen kepanen tani hidup dengan utang. Utang dari siapa sadja jang gampang memberi utang. Dia masuk perangkap idjon, se- bagaimana koleganja di Burma masuk perangkap tjeti dan teman se- djawatnja di Siam dilibat utang kepada tuan tanah.

Kedudukannja merosot mendjadi tani maron. Selangkah lagi, men- djadi buruh tani, jang hanja mempunjai kekuatan tulangnja sebagai $atu 2 -nja modal jang masih ketinggalan pada dirinja. Akibatnja, puluhan miliun tenaga djam kerdja setiap hari hilang mubazir tak mendapat garapan. Sumber produksi tak bertambah. Jang bertambah hanjalah mulut jang harus diberi makan =t 600.000 setiap tahun itu. Sebaliknja dilain daerah, diluar Djawa, petani tak tjukup tenaga untuk menggarap dan memelihara tanahnja. Ada jang sampai terdesak oleh binatang liar, babi dan harimau, lantaran sunjinja daerah itu dari manusia. Disini petani meninggalkan desanja, mempersewakan

kekuatan tulangnja kepada perkebunan getah dan lain 2 nja. Sampai di- situlah pula „ bagian" pak tani Indonesia dalam rangkaian produksi hasil bumi Indonesia untuk perdagangan dunia. Di Riau dan Kalimantan Barat petani Indonesia mendjadi „ tamu" dari immigran asing, lantaran kekurangan penduduk, kekurangan pe- ngertian, kekurangan kapital. Ini soalnja.

— „ Bagi 2 tanah bengkok pak lurah !" teriak rakjat jang putus asa. —- „ Tjari menteri-agraria", kata politisi di Djakarta Raya ........................... Sajang, soalnja tidak segampang itu !

Soalnja tak dapat dipisahkan dari struktur ekonomi dan sosial se- luruhnja. Soal perubahan struktur ekonomi dan sosial jang harus dilak- sanakan oleh tiap 2 negeri agraria bekas djadjahan di Asia Tenggara ini,

Tapi, djika ini semua tidak dimaksudkan sekedar sebagai rentjana 1 akademis, tetapi hendak dihubungkan dengan usaha praktis bagi pemetjahan soal agraria dengan segala aspeknja, orang akan berha-

dapan dengan kenjataan 2 keras ibarat batu karang, sebagai warisan dari masjarakat kolonial jang sekarang kita warisi, jang tidak dapat

bergeser dengan se-mata 2 perubahan undang 2 .

Pembaharuan undang 2 agraria dan jang sebagai itu hanja berpaedah bila dilakukan sebagai satu bagian pembantu dari sesuatu konsepsi eko- nomi umum jang hendak dilaksanakan.

Kita dapati Indonesia sebagai satu negeri agraria jang telah di- tempatkan oleh ekonomi-ekspor zaman pendjadjahan djadi satu daerah produsen bahan mentah jang penting sekali buat pasar-dunia. Dalam proses produksi bahan mentah jang berharga ini, terutama dipulau Djawa (5/ 6 dari seluruh Indonesia) petani Indonesia sendiri hampir tidak mengambil bahagian, selain dari pada sebagai buruh atau dengan mempersewakan sawah kepunjaannja. Susunan ekonomi desanja jang asli sudah petjah-belah, sedangkan nasibnja sangat tergantung dan terumbang-ambing dengan turun naiknja pasar dunia itu. Dan kita dapati terutama pulau Djawa jang sebagai daerah agraria paling lama mendjadi pangkalan bagi ekspor tersebut, adalah jang paling berat pula menderita kepadatan penduduk, kekurangan tanah, pengangguran, pe-

merasan tukang renten, dan lain 2 .

Masalahnja sekarang, ialah bagaimana kita dapat mengubah struk- tur ekonomi jang demikian, begitu rupa, sehingga dalam produksi bahan untuk pasar-dunia itu, petani kita mendapat bahagian jang lebih besar dan aktif, dengan disamping itu mengambil langkah bagaimana memperkuat kedudukan ekonominja kedalam sehingga nasib mereka

Ini berkehendak kepada plan tahunan. Dan dalam rangkaian ini penindjauan undang 2 agraria dan sebagainja itu mempunjai funksi pembantu. Kita tidak kekurangan plan. Ada plan Kasimo dan plan Sumitro dan mungkin ada lagi jang lain. Tetapi jang diperlukan seka- rang ialah perbuatan jang segera dan „ bergelombang !" Antara lain :

1. Transmigrasi keluar Djawa. Pendapat, bahwa transmigrasi itu kandas oleh karena tabiatnja penduduk di Djawa tidak suka pindah, mungkin dulu sebelum revolusi, ada kebenarannja. Sekarang ini banjak

penduduk di-daerah 2 jang padat dan kurang aman jang ingin pindah ke Sumatera. Dalam hubungan ini kita ingat antara lain kepada anggauta 2 C.T.N. dan bekas pedjuang, pemuda 2 jang baru kawin dan sudah mempunjai darah pelopor. Tempat 2 -nja sudah ada jang dipersiapkan waktu sebelum perang. Satu diantara dua. Dimulai sekarang dengan menemui dan meng- atasi kesulitan 2 atau nanti dengan menemui kesukaran 2 jang lebih besar dan lebih sukar diatasi. Perlu diingat bahwa dengan memindahkan ± 100.000 orang ke- luar Djawa setiap tahun belum dapat mengurangi kepadatannja pendu- duk akan tetapi baru sampai menstabilisir kepadatan jang ada sekarang. Perkembangan jang „ logis" bila satu daerah sudah sangat padat, ialah mengalirkan tenaga jang berlebih kepada sumber produksi baru, jaitu industri. Dalam hal ini kita ketinggalan puluhan tahun. Industrialisasi dalam lingkungan ekonomi ekspor-hasil bumi, dizaman pendjadjahan tidak mendapat kesempatan.

Dekat 2 perang dunia kedua dipulau Djawa mulai sedikit digiatkan industri ringan dan keradjinan tangan. Baru sesudahnja Nederland di- duduki Djerman dan pulau Djawa dianggap pusat dari keradjaan Be- landa, baik politis ataupun finansil, barulah dimulai meletakkan dasar industri jang agak besar. Sudah kasep !

Tetapi sekarang kita sendiri djangan kasep. Segera perlu dimulai!

2. Industrialisasi dipulau Djawa dari dua d jurusan:

a. Dari „ bawah" dengan menjuburkan dan memimpin keradjinan dirumah (cottage-industry) dengan mempergunakan keradjinan 2 jang ada sebagai dasar, disamping dengan pembangunan koperasi 2

ke-fakultas 2 atau

political science.

b. Dari „ atas" menambah perusahaan 2 menengah dan besar atau se-kurang 2 -nja

perusahaan 2 jang banjak perlu tenaga orang. Dimana perlu Pemerintah membeli lebih dulu onderneming 2 jang mau didjual oleh jang punja, kemudian saham- nja bisa didjual kepada koperasi rakjat. Jang kalau tidak, perusa- haan itu akan berpindah tangan dari bangsa asing jang satu kepada bangsa asing jang lain !

menghidupkan

kembali

3. Mekanisasi didaerah Seberang dan pemasukan mesin 2 untuk usaha rakjat perlu diperluas dan dipermudah. Ini lebih penting dari Packard dan Buick untuk bapak 2 besar di-kota 2 . Nanti orang berkata: petani kita konservatif, mekanisasi perlu kepada bengkel dan lain 2 . Ja, tapi beri malah penerangan, dan adakan bengkel 2 itu, serta tambah sekolah 2 tehnik dan montir. Orang kita lekas mengerti, asal diadjar dan dituntun. Pada achirnja, menggalang tenaga rakjat dalam bentuk gotong- rojong, koperasi 2 perusahaan, pendjualan dan kredit, melepaskan mereka dari wabah idjon dan tukang tente jang sudah berpuluh tahun melum- puhkan rakjat agraria.

Injeksikan tenaga-muda berupa kader kedalam desa. Kursus 2 kader jang ada sekarang ini masih sangat minim. Bukan 26 tapi 260 central- units kita perlukan untuk cottage-industry (keradjinan tangan). Untuk

itu, belum apa 2 kalau dikurangi djumlah anggota delegasi ke P.B.B. dan lain 2 sampai separo atau 1/ 3. Dengan demikian kita dapat melatih puluhan pemuda lebih banjak untuk kader dalam pelbagai lapangan, jang sangat dibutuhkan.

Ini semua bukan suara baru. Memang pemimpin 2 djawatan dalam pelbagai Kementerian sudah lebih dahulu tahu ini semua. Bukan baru ! Tetapi jang baru hanjalah kegiatan melaksanakannja. Jang malah belum sampai baru, minat dan enthousiasme dari masjarakat untuk menjambut

dan menjelenggarakannja. Antara medja 2 djawatan dan masjarakat ra- mai masih amat dalam djurangnja.

Buat ini semua bukan belum ada aparat dan tenaga 2 -nja dipelbagai Djawatan 2 dan Kementerian: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial dll. Semua

Mari ber-sama 2 menggalang tenaga dan pikiran, merintiskan djalan bagi rakjat agraria, melepaskan mereka dari teka-teki agraria itu ! Dengan, atau tanpa Menteri Agraria ................... !

10 Nopember 1951