SOAL „ GERILJA".

9. SOAL „ GERILJA".

Penghabisan tahun 1949 Indonesia keluar dari revolusi jang ber- tahun 2 lamanja dan tampirkemuka sebagai Negara jang berdaulat dan diakui kedaulatannja oleh Keluarga Bangsa 2 . Salah satu diantara tugas jang dihadapinja ialah menjelesaikan „ soal gerilja", sebagai konsek- wensi dari pertentangan bersendjata dengan pihak Belanda dulu.

Soai gerilja adalah soal lazim bertemu di-tiap 2 negara jang telah mendjalani perdjuangan kemerdekaan, seperti Burma dan Pilipina umpamanja. Dan demikian pula di Indonesia. Dalam memperdjuang- kan kemerdekaan, seluruh tenaga biar dikota dan didesa disalurkan buat menjatukan kekuatan perdjuangan massa jang dikerahkan oleh satu idee dan satu pikiran, jaitu menghantjurkan lawan jang dihadapi.

Satu 2 -nja modal revolusi kemerdekaan, ialah semangat jang ber-kobar 2 dan harapan jang tinggi bahwa setelah kemerdekaan politik tertjapai, pusat segala tjita 2 jaitu jang berupa negara jang lebih makmur dan lebih adil akan dapat tertjapai. Semua sembojan dan seruan pemim- pin 2 rakjat berdjalan diatas stramin jang demikian.

Tiap 2 perdjuangan massal bersifat gerilja; tiap 2 perdjuangan gerilja mempunjai satu pembawaan chusus, jakni merombak semua. nilai 2 dan susunan masjarakat jang lama. Satu 2 -nja undang 2 jang berlaku ialah: „ Semua boleh dilakukan asal untuk menghantjurkan musuh" . Segala matjam anasir masjarakat bertemu dalam chithah perdjuangan

demikian itu. Orang 2 jang mendasarkan perdjuangan kepada tjita 2 jang tinggi, bersanding bahu dengan mereka jang se-mata 2 didorong oleh kehendak mentjari untuk kepentingan diri sendiri. Disini terletak kekuatan gerilja itu. Maka tidak heran djika perdjuangan gerilja jang berdjalan lama mengakibatkan gojangnja susunan masjarakat dan ru-

saknja nilai 2 peri kemanusiaan, seperti moral dan budi-pekerti. Makin lama gerilja itu berdjalan, makin besar bahaja jang di- hadapi oleh satu negara pada saat negara itu mentjapai kemerdekaan. Negara Spanjol jang mengalami gerilja ber-tahun 2 sampai sekarang belum dapat sembuh dari luka 2 jang dideritanja dan sebagai negara merdeka, ia menduduki negara kelas sekian. Tatkala pada tahun 1949 Republik Indonesia berhasil mentjapai ke- daulatan politiknja, djuga Republik kita ini menghadapi bahaja jang demikian. Sesungguhnja adalah suatu tugas jang utama pada saat

nasional jang belum pernah diketjap selama ber-abad 2 jang telah sudah. Lebih 2 lagi karena seluruh pikiran dari Pemerintah, pemim- pin dan rakjat diisap oleh soal penjusunan ketata-negaraan Republik Indonesia, jakni jang disebut soal unitarisme dan federalisme. Sete- ngah tahun lamanja sebagian besar energi tertumpah pada soal itu. Soal „ gerilja" tsb. diatas tidak tjukup mendapat perhatian dan dengan satu tarikan napas, amat mudah orang menamakan bahwa jang de- mikian hanjalah suatu pengatjauan, „ anasir jang tidak bertanggung-

djawab" jang harus dibasmi dalam tiap 2 „ negara hukum". Tapi sebenarnja soalnja tidaklah sesimpel itu. Dan dengan demi- kian soalnja tidak kundjung lekas dipetjahkan. Akibatnja hubungan antara masjarakat „ normal" dan „ gunung" makin lama bertambah djauh, dan pertentangan bertambah lama bertambah hebat. Anasir 2 jang mau memantjing diair keruh makin lama makin dapat berpe-

ngaruh dan berkuku dikalangan bekas 2 -pedjuang kemerdekaan na- sional itu. Tjita 2 dan gambaran jang muluk 2 jang tadinja dipakai untuk penggerakkan tenaga massal, ternjata tidak sesuai dengan ke- adaan jang njata setelah kedaulatan politik dapat tertjapai. Ketidak puasan mereka lalu dialirkan orang dengan setjara liar tidak teratur. Usaha membangun susunan kehidupan baru mendjadi lumpuh se- muanja.

Malang bagi Indonesia bahwa bulan 2 jang pertama dari ke- merdekaan, jang tadinja merupakan masa psichologis untuk ini, sudah terlewat.

Apa jang kita hadapi sekarang, berupa kekatjauan dalam negeri jang melumpuhkan usaha pembangunan itu, pada hakikatnja adalah disebabkan oleh terlantarnja masalah ini pada saat jang baik

itu. Sekarang kita me-raba 2 tjara bagaimanakah menjelesaikan apa jang dinamakan soal „ keamanan" itu. Pemerintah silih-berganti, tiap 2 - nja mempunjai program keamanan dan masing^nja memberikan kwalifikasi dalam tjara bertindak. Ada jang mengatakan dengan ke- kerasan, ada jang mengatakan setjara politis, ada jang mengatakan kombinasi antara kekerasan dan politik dan ada pula jang mengata- kan antara kekerasan, politik, ekonomi dan sosial.

Akan tetapi soalnja tidak bergeser. Dan tidak akan bergeser selama kita belum mau menjadari apa jang sesungguhnja riwajat pertum- buhannja keadaan jang kita hadapi sekarang ini.

Soal ini pasti baru dapat dipetjahkan setelah Pemerintah serta

12 Djanuari 1952