LAGI SOAL „ GERILJA".

10. LAGI SOAL „ GERILJA".

M iliunan uang sudah dikeluarkan untuk keamanan.

Apanja jang tidak tegas ? Soal keamanan masih belum kundjung kelihatan penjelesaiannja. Malah achir 2 ini kelihatannja djadi bertambah berat. Dapat dimengerti djika orang ber-tanja 2 dimana letak sebabnja. Salah satu dari suara 2 jang terdengar untuk mentjoba mem- beri djawaban ialah : „ Pemerintah kurang tegas terhadap pengatjau 2 ". Kita tidak mengerti bagaimana sesungguhnja jang dimaksud „ tegas" itu. Orang mestinja masih ingat keterangan Pemerintah jang pertama jang diutjapkan oleh Perdana Menteri dimuka Parlemen bulan Mei tahun jang lalu, bahwa Pemerintah menganggap pengatjau 2 itu, seperti gerombolan bersendjata D.L, Bambu Runtjing dll, adalah pemberontak dan Pemerintah akan bertindak keras terhadap mereka. Semendjak itu berpuluh bataljon tentara dan mobrig telah dikerahkan untuk tindakan keras tsb. Sudah miliunan uang jang dikeluarkan. Sudah hampir 20.000 orang telah ditangkap dan masih ditahan dalam bui. Semua sendjata modern sudah dipakai, didarat ataupun diudara. Begini di Djawa !

Di Sulawesi perkataan „ tegas" sudah pula ditegaskan oleh Perdana Menteri dimuka tjorong radio terhadap bekas C.T.N. di-Sulawesi Sela- tan dengan Kahar Muzakarnja. Pidato radio itu masih bisa dibuka bagi

mereka jang sudah lupa. Pendeknja sudah hampir 2 menjerupai pernja- taan perang. Perkataan tegas ini sudah diikuti dengan perbuatan tegas oleh ang- katan perang di Sulawesi. Sampai sekarang sudah hampir setengah tahun lamanja. Djuga telah makan uang miliunan rupiah. Ribuan orang sudah ditawan dan sedang ditawan.

Kalau ini semua masih dinamakan „ belum tegas" , ketegasan ma- tjam manakah jang dikehendaki lagi ?! Apakah gerangan kalau nanti tawanan sudah meningkat seratus ribu, desa 2 sudah datar mendjadi abu dan kota 2 sudah penuh dengan pengungsi 2 dan semua gedung sekolah

Bertambah meluas. Sepuluh bulan jang lalu ramai keterangan pembesar dan pemim-

pin 2 jang berkesimpulan : „ Sekarang tidak ada masanya lagi memakai djalan „ politis" . Sekarang harus bertindak keras dan tegas sebagai satu 2 -nja djalan" . Apa jang dimaksud dengan tjara „ politis" jang ditolak itu dan apa isi dari tjara „ tegas" dan „ keras" jang hendak ditempuh itu tidak pernah didjelaskan. Tempo 2 kita tjuma dengar bahwa: „ ke- pada tentara sudah diperintahkan supaja mengambil tindakan keras, dan bahwa dalam tiga bulan harus selesai". (Sulawesi Selatan).

Baiklah ! Tjara „ tegas" dan „ keras" itu sudah berdjalan 10 bulan. Masa sepandjang itu sudah tjukup untuk membuat penindjauan. Sesudahnja 10 bulan mengerahkan tenaga jang begitu besar, ge- rombolan pengatjau dan pemberontak makin bertambah besar djum- lahnja dan meluas daerahnja, malah mendjalar ke-kota 2 besar, seperti Makassar. Sesudah lk. 20.000 orang jang ditawan, berpuluh bataljon selama itu sudah bekerdja keras dengan tak bisa mengasoh, keadaan makin lama makin sulit mengendalikannja.

Memang dapat dimengerti apabila orang bertanja dimana terletak sebabnja, makanja tak ada kemadjuan didalam pemulihan keamanan dalam negeri ini.

Pertanjaan ini pertanjaan vital bagi kehidupan Negara dan bang- sa. Sebab itu kita harus menjelidiki, apakah jang diusahakan sekarang ini sudah betul atau tidak ! Soalnja bukan soal „ tegas" atau belum, tapi soal tepat atau tidak ! Bukan satu keaiban, apabila kita mengambil kesimpulan, bahwa tjara jang ditempuh sampai sekarang ini tidak tepat, walaupun sudah „ tegas" . Hanja kalau kita sudah mau bersikap begitu, barulah mungkin terbuka pikiran untuk mentjari djalan jang lebih tepat.

Tetapi memang ini lebih berat dari pada sekedar melemparkan sembojan jang murah jang tempo 2 dipergunakan se-mata 2 untuk penundjuk kambing hitam sadja!

Susunan Pemerintahan Sipil lumpuh. Empat bulan jang lalu kita telah pernah memperingatkan, bahwa

tjara jang ditempuh dalam menghadapi soal keamanan di Djawa Barat ataupun di Sulawesi Selatan itu akan membawa kita kedjalan buntu. Sampai sekarang belum ada satu bukti jang melemahkan peringatan kita itu. Jang ada hanjalah sebaliknja !

Kita peringatkan bahwa soal keamanan ini tidak dapat diselesaikan se-mata 2 oleh tindakan militer sadja (leger-centrisch). Dan kita peringat- kan bahwa tentara kita, terutama bataljon 2 jang sudah bertahun meng-

konsolidasi dari Pemerintah sipil akan sia 2 .

Apakah sesungguhnja jang sudah ditjapai dalam lapangan konso- lidasi Pemerintah sipil dalam masa achir 2 ini ? Konsolidasi ini berke- hendak kepada persamaan kerdja erat antara Kepala Daerah dengan instansi 2 Pemerintah lainnja. Didaerah Pasundan jang semendjak tahun 1948 pemerintahan sipilnja sudah empat kali berganti tangan, tam- bal-menambal dan lipat-berlipat, sampai sekarang belum ada konsoli- dasi. Pertjektjokan antara non dan co, ketegangan antara alam „ federal" dan alam „ Jogja" masih belum berhenti.

Ini beberapa tjontoh jang menundjukkan satu kelumpuhan kalau tidak hendak dinamakan desintegrasi dalam alat 2 Negara jang, seharusnja mendjadi tulang punggung: „ pamongpradja". Dimana hirarsi dan susunan pamongpradja lemah, disana sebagian besar segala sesuatu dilakukan oleh tentara. Dimana tentara terlampau banjak turut tjampur mengatur pemerintahan daerah, pamongpradja semakin berantakan. Apa jang kita lihat sekarang dibeberapa daerah, ialah pamongpradja hanjalah tinggal simbol sadja, atau sekedar tukang beri laporan kepada komandan setempat, tukang tjarikan beras dan kaju bakar.

Dengan demikian keadaan sekarang, ialah disatu pihak tentara, dilain pihak gerombolan, ditengah rakjat terdjepit, diantara dua „ ke- kuasaan" jang bersendjata itu.

Orang seringkali berkata: ada konsepsi ini, ada konsepsi itu, jang , politis, jang setengah militer-setengah-politis, jang tegas, jang keras dan sebagainja. Tapi konsepsi apapun jang akan dipakai kalau alat dan aparatnja kutjar-katjir dan berantakan, semuanja konsepsi itu akan djadi chajal sadja.

Baiklah soal memulihkan keamanan ini sekarang mulai dilihat dari sudut alat dan aparatur jang akan dipilih dan diwadjibkan mendjalan- kan rentjana 2 itu. Tidak se-mata 2 dari sudut konsepsi ini dan konsepsi itu !