KEPADA PEMUDA ISLAM !

6) KEPADA PEMUDA ISLAM !

Saudara, Kita hidup dalam masjarakat gandjil. Saudara tahu bagaimana gandjilnja ? ! Tangan tani Indonesia jang menanam padi, rakjat Indone- sia jang memakan nasi. Tapi bila bangsa si tani ini hendak bertanak, antre dulu dimuka toko beras, kepunjaan si baba jang menetapkan be- rapa harganja sesuap nasi itu.

Begitu dulu, begitu sekarang ! Tangan tani Indonesia jang mentjangkul ladang, menanam ketela,

membuat gaplek. Dipikulnja kepasar jang terdekat, didjualnja Rp 4,— sekwintal. Pemelihara sapi di Australia menerima gaplek itu dengan harga Rp 60, — satu kwintal.

Selebihnja Rp. 56, — keuntungan bagi golongan asing, sebagai per- antara jang tahu djalan. Pak tani hanja menerima jang Rp 4, — itu, lan- taran ia tak tahu djalan, selain dari djalan dari ladangnja kepasar jang terdekat itu.

Begitu dulu, begitu sekarang ! Puluhan ribu tani di Priangan tidak mempunjai mata pentjarian,

sudah kehilangan rumah tangga dan tak dapat kembali kedaerahnja lantaran keadaan

Di Banten ribuan hectare sawah jang terlantar menunggu tangan untuk menggarapnja.

keamanan

tidak

mengizinkan.

Sawah sesubur itu tak mengeluarkan hasil, tak ada orang jang akan mengerdjakan !

Kantor penempatan-tenaga dibandjiri oleh tenaga jang mentjari-

Sementara itu kota Djakarta, Semarang, Surabaja, Bandung, penuh sesak dengan oto ber-kilat 8 dari luar negeri. Djalannja tak tjukup pan- djang untuk didjalani oleh ribuan sedan itu. Tapi ketjemerlangan luar itu rupanja tak dapat menutup, djangan- kan mengubah struktur masjarakat jang lemah-gojah itu ......................... ! Begitu dulu, begitu sekarang 1

Saudara ! Saudara masih bertanja, what next ? Sekarang apa, se- sudahnya kemerdekaan politik tertjapai! M asih banjak saudara, masih bertimbun kegandjilan dan ketimpangan, jang menghendaki perubahan. Itulah tjermin masjarakat dan bangsa kita. Disitu terbentang lapangan perdjuangan. Lapangan perdjuangan bagi saudara ! Djangan ditunggu orang lain. Tarokkan inisiatif dan enthousiasme saudara kedalamnja. Lepaskan masjarakat saudara dari tindasan kebodohan, kemalasan dan

kemelaratan. Letakkan diri saudara di-tengah 8 perdjuangan itu !

29 September 1951

7) „ DIGOLONGAN JANG LEMAH TERLETAK KEKUATAN !" Saudara Pemuda Islam,

Dizaman agresi dan „ pendudukan" penduduk kota 8 besar mening-

galkan kota, mengungsi ke-desa 8 dan pegunungan.

Dikota keamanan tak ada, makanan susah. Didusun dipinggir gu- nung ada perlindungan, makanan tjukup. Orang desa, Pak Tani mene- rima mereka dengan tangan terbuka, suka membagi hasil pertanian dengan para tamu.

Banjak keluarga kota jang belum pernah mentjoba hidup didusun, baru itulah mengenal alam kehidupan dan tabiat bangsanja jang ter- banyak itu, jang tinggal di-gubuk 2 , tapi sederhana, peramah dan baik budi. Banjak penduduk dusun jang diwaktu itulah baru dapat mengenal dari dekat hasil ketjerdasan orang-kota. M endapat rawatan dari dokter

Berpegangan tangan, berpadu mendjadi satu. M embangkitkan satu kekuatan, jang tak dapat dipatahkan musuh.

Dipinggir gunung

kota-dan-desa

bertemu.

Perpaduan itu tidak lama. Zaman darurat berachirlah sudah ! Kota* besar ramai kembali. Orang

pandai meninggalkan desa, pulang kembali „ kedunia-ketjerdasan" , dimana ada lampu listrik dan air ledeng.

kota,-dokter, bidan,

guru, tjerdik

Berpisahlah kota dari desa. Djakarta, Semarang, Surabaja, M edan, Palembang, penuh sesak. Dan setiap hari bertambah sesak. Tiap 2 kapal jang masuk pelabuhan membawa ratusan orang, tua muda ke-kota 2 besar. Katanja diluar kota tak

diharapkan memberi sekedar sjarat hidup !

ada mata-pentjaharian. Kota

besar

Kekota ! Kekota ! Semua kekota, ibarat laron g mengedjar lampu jang terang tjemer- lang. Tapi ibarat laron g pula, sudah banjak jang hangus kepanasan. Sementara itu daerah jang lengang bertambah sunji. Sunji dari tangan pentjangkul tanah. Sunji dari penggali sumber kehidupan baru. Sunji dari pengetahuan penjusun tenaga jang terpendam.

Desa-sunji, sunji kembali seperti dulu. Soalnjapun masih soal semendjak dulu. Soal „ dapur jang tak berasap — soal punggung jang tak bertutup — soal tjangkul-patah jang tak berganti — soal idjon pe- merasan lintah darat — soal malaria dan penjakit tjatjar" .

Soal p a r a d o x jang telah berumur ber-abad*. Soal kemelaratan di-tengah 2 kekajaan alam jang ber-timbun 2 .

Saudara 2 !

Saudara generasi ber-abad 2 itu.

Didesa ! Disana, didesa terletak potensi bangsa. Disana terletak tenaga

terpendam. Tenaga raksasa, jang sedang tidur dipangkuan si lemah. Bangunkan !

Susun, kerahkan ber-sama 2 . Bersama dengan kekuatan-muda sau- dara jang masih bersih, dengan idealisme saudara jang sudah ada. Dengan djiwa saudara jang masih bersih dan dengan idealisme saudara

„ Hanja dengan tenaganja kaum lemah kamu mendapat pertolongan dari pada-Nja untuk ment'ppai kemenangan" — , I n n a m a t u n s a- r u n a b i d l u'a f a i k u m !" , demikian adjaran M uhammad s.a.w.

6 Oktober 1951

„ PATAH TAK TUMBUH, HILANG TAK BERGANTI".

Kepada Pemuda Islam ! Saudara,

Semendjak empat-lima tahun jang lalu ber-turut 2 kita dengar Sjec-h Ahmad Soorkati Al-Anshari Djakarta wafat, Sjech Abdul Karim Amrul- lah berpulang kerahmatullah dalam pembuangannya di Djakarta. Disusul oleh Sjech M uhammad Djamil Djambek Bukit Tinggi. Sesudah beliau, Sjech Daud Rasjidi di Balingka.

W aktu agresi Belanda ke I wafat pula Kyai H. M . Has jim Al-As j'ari Tebuireng. Kyai Abdul Hamid Termas tewas dalam kekatjauan Madiun- affair. Kyai Sjam'un Tangkil berpulang tengah bergerilja menghadapi serangan Belanda agresi ke II. Kemudian menjusul Kyai Ahmad Sanusi Sukabumi.

Daftar ini masih dapat diperpandjang, dengan nama 2 dari puluhan alim-ulama, jang surau dan pesantrennya bertebaran diseluruh Indonesia. Semua mereka telah meninggalkan kita. Dan setiap waktu kita dengar kabar wafatnya seorang dari mereka, kita utjapkan: „ Inna lillahi wa

inna ilaihi radji'un" . Kemudian masing 2 kita kembali tenggelam dalam pekerdjaan se-hari 2 ............................................

Tahukah saudara, apakah sesungguhnja yang telah terputus dari kita, dengan berpindahnya mereka itu kealam baka ?

Semuanya berdjalin dengan nama daerah dan tempat mereka tinggal, tempat mereka „ duduk-mengadjar" . Pada hakikatnya mereka lebih dari „ mengadjar" dan „ duduk" . Dari tempat 2 jang sematjam itu memantjar ilmu dan tauhid. Dari sana memantjar usaha pentjerdasan umat, djauh sebelumnja pemerin- tah kolonial menyediakan sekolah sekedar untuk orang 2 jang diperlukan mereka dalam kantor 2 dan onderneming 2 mereka. Dari sana timbul sinar pembelah kabut kedyahilan, menumbuhkan ruh intiqad dan cri- tische zin.

Perhatikanlah nama 2 mereka.

Tempat 2 jang sematjam itu dengan segala kesederhanaannja mem- bentuk pribadi jang kokoh lahir-batin. Tempat rudju' mengembalikan segala matjam soal, soal keduniaan dan soal keagamaan. Sumber

Dia tak kenal P.G.P. dan B.A.G. M asjarakat menggadji mereka dengan utjapan : „ karena Allah" . Bila mana ia. meminta perhatian ma- sjarakat bagi usaha menjuburkan madrasahnja, seringkali ia mendapat

adpis jang banjak, perkataan jang baik 2 .

Saudara, Kenapa masjarakat

peradjurit 2 jang tak dikenal sematjam ini jang masih puluhan ribu bertebaran di-tengah 2 umat kita. Pada hal mereka tempat orang bertanja, tempat memulang- kan pelbagai soal. Soal agama dan soal dunia dan tempat si ketjil menumpahkan kepertjajaan !?

begitu kedjam,

untuk

Saudara, Djangan biarkan golongan ini sampai hanjut dirundung perdjuang- an hidup. Utang saudara memperkuat barisan mereka. Utang masja- rakat, utang kita semua memperkokoh kedudukan mereka.

M ereka merupakan tenaga penahan desintegrasi dalam masjarakat jang mulai gojah. M erupakan landasan bagi mempertjepat proses re- generasi dari umat umumnja. Sama sadja, baik mereka sadar atau tidak, akan funksi mereka jang sebenarnja dalam hubungan jang lebih luas ditengah masjarakat ini. Saudara berdosa membiarkan golongan ini hanjut dalam perdjuangan hidup ! Tjamkanlah !

20 Oktober 19H