SARI PIDATO DIDEPAN MAHASISWA P.T.I.I. MEDAN TANGGAL 2 DESEMBER 1953.

8. SARI PIDATO DIDEPAN MAHASISWA P.T.I.I. MEDAN TANGGAL 2 DESEMBER 1953.

Pembitjaraan saja ini tidak akan dapat dinamakan kuliah. Saja hanja hendak menjinggung dengan tjara populer, suatu pokok persoalan jang menghendaki pendjeladjahan oleh peminat 2 dan mahasiswa, jaitu persoalan kultur dengan arti jang lebih luas dari apa jang dinamakan

orang kultur dengan arti kata se-hari 2 .

Sering kali orang berkata dan sering kali pula ahli 2 sedjarah dan ahli 2 sosiologi mengupas kedudukan dunia Islam pada saat sekarang di-tengah 2 persimpang-siuran ideologi dan kultur jang lain 2 , terutama dalam menghadapi apa jang dinamakan ideologi dan peradaban Barat. Lothrop Stoddard memperingatkan beberapa puluh tahun jang lalu kepada orang Barat bahwa pada saat itu sudah ada tanda 2 jang me- nundjukkan bahwa dunia akan dikonfrontasikan dengan pokok perso- alan jang dinamakan „ soal-Islam", — Islamic problem —, jang memperi-

ngatkan kepada orang Barat, bahwa di-daerah 2 dimana kaum Muslimin ada, sudah mulai bangkit satu kesedaran baru jang bertambah lama bertambah besar. Orang Barat, jang semendjak beberapa abad telah

dapat menaklukkan daerah 2 Islam dan sudah menduduki daerah 2 itu pasti akan dikonfrontasikan dengan suatu perkembangan baru, jang tidak mungkin mereka abaikan.

Ahli 2 sedjarah Barat pun telah memperingatkan djuga kepada orang Barat, bahwa di Timur akan bangkit satu potensi baru jang ada ditangan bangsa 2 jang berkulit sawo-kuning. Mereka bangunkan per- hatian orang Barat terhadap kemungkinan 2 berkembangnja potensi jang ada dalam Islam jang telah dimulai oleh Djamaluddin-Afehani, Mohd. Abduh dan kawan 2 -nja. Satu soal baru dari tjita 2 Islam jang lebih besar dari apa jang hidup dalam Negara 2 Islam sebelum itu. telah ter- bajang oleh ahli 2 tersebut. Dunia Islam menduduki sebagian besar strategis diatas dunia ini. Dari Afrika Utara dan Barat, Aldjazair, Marokko, Tunisia, Mesir, Transjordania, Libanon, Siria, Iran, Afghanistan, Pakistan dan Indone- sia, adalah suatu rantai jang tumbuh sekarang «sebagai negara 2 jang merdeka jang puntjaknja bertemu pada pertemuan 3 benua. Dan ditilik dari sudut ekonomi, djuga strategis oleh karena mereka mempu-

njai man-power jakni tenaga manusia dan bahan 2 jang penting bagi 210 njai man-power jakni tenaga manusia dan bahan 2 jang penting bagi 210

Inilah jang mendjadi problem bagi orang Barat jang bertanja,

dudukannja supaja dilandjutkan seperti jang sudah 2 , sebagai bangsa jang dipertuan. Tetapi menghadapi 400.000.000 manusia jang sedang bangun itu bukan soal ketjil. Mungkin mendjelma mendjadi suatu ban-

djir nanti, jang tempo 2 bandjir itu memasuki tebing dan djurang, tempo 2 merombak dan menghanjutkan apa 2 jang dihadapannja. Ada orang Barat jang berpandangan luas, jang melihat perkem- bangan baru itu hanja dapat dihadapi dengan tjara menjalurkan dan mentjari titik pertemuan antara Barat dan Timur. Tetapi pengaruh

mereka ini dalam politik, masih kalah oleh pengaruh 2 konservatif Barat. Kalau dilihat dari sudut sendiri, umat Islam jang banjak itu timbul djuga persoalannja. Tjara meletakkan soal itu ber-beda 2 lantaran kedudukan dan ketjerdasan mereka ber-beda 2 pula. Mau-tak-mau kita menghadapi Barat sebagai suatu potensi jang besar. Terutama kebesaran- nja itu ditilik pada sudut tehnisi, organisasi, dan efisiensi.

Dalam kalangan umat Islam timbullah bermatjam pikiran jang .berhubung dengan soal, bagaimanakah menghadapi Barat itu. Djika kita diam sudah tentu kita djuga akan dilindas oleh bandjir itu.

Dalam hal ini interessant rasanja dua aliran pikiran jang tumbuh dalam kalangan umat Islam dalam membitjarakan soal 2 , bagaimanakah mendjamin kehidupan batin dan kultur Islam berhadapan dengan kultur Barat itu.

Ada dua matjam djalan pikiran. Djalan pikiran itu adalah djalan pikiran dari udjung keudjung jang extrim. Saja hendak gambarkan sedikit setjara populer bagaimanakah akibatnja djalan pikiran jang extrim itu dalam prakteknja.

Saja mendapat kesempatan ditahun jang lalu ziarah kebeberapa Negara Islam. Di Mesir saja bertemu dengan seorang dari Jaman, jaitu wakil Jaman. Saja dapat ber-tjakap 2 dengan beliau. Maka sudah mendjadi galibnja bahwa djika kita bertemu dengan perwakilan asing sudah tentu jang dibitjarakan soal politik dan soal 2 ekonomi, dari negara masing 2 . Jaman itu kaja. Ada sumber garam jang besar. Ada djuga emas. Dan ada djuga minjak tanah. Maka saja tanjakan, apakah kiranja me- nurut pendapat orang Jaman, belum datang saatnja untuk mengeksploitir 212 Saja mendapat kesempatan ditahun jang lalu ziarah kebeberapa Negara Islam. Di Mesir saja bertemu dengan seorang dari Jaman, jaitu wakil Jaman. Saja dapat ber-tjakap 2 dengan beliau. Maka sudah mendjadi galibnja bahwa djika kita bertemu dengan perwakilan asing sudah tentu jang dibitjarakan soal politik dan soal 2 ekonomi, dari negara masing 2 . Jaman itu kaja. Ada sumber garam jang besar. Ada djuga emas. Dan ada djuga minjak tanah. Maka saja tanjakan, apakah kiranja me- nurut pendapat orang Jaman, belum datang saatnja untuk mengeksploitir 212

Akan tetapi apa djawabnja : „ Kami", katanja „ berpendapat belum masanja kami membuka itu, oleh karena kami masih menunggu tangan tehnik orang Islam dan kapital orang Islam. Kami tidak mau mem- biarkan kekajaan kami itu dieksploitasi oleh ahli tehnik jang bukan Islam".

Saja katakan kepada beliau: „ Kalau begitu agak lama menunggu ! Apakah sanggup rakjat Jaman menunggu jang demikian itu ? Perhati- kanlah sekarang pergolakan zaman modern jang ber-lumba 2 , takut kalau 2 nanti Jaman ditinggalkan dibelakang". Djawabnja: „ Ja, kami tahu, akan tetapi biarlah kami ini tinggal dibelakang, silahkan jang lain 2 ! Sebab bagi kami jang terpenting ialah bagaimana mendjaga moral dan kultur kami sebab kami takut: „ Dja- rum masuk kelindan lalu" . Saja tanja: „ Apakah untuk itu tuan sampai hati mengurbankan kemakmuran rakjat jang banjak itu ? „ Bukan itu pengurbanan", katanja, „ itu bukan pengurbanan, bagi kami kemakmuran lahir berupa pakaian, radio, televisi, biar kami kurbankan. Kalau perlu lebih dari pada itu, kami tak usah diberi! Tetapi satu jang tidak bisa kami kurbankan, jaitu tauhid kami. Tauhid tidak bisa kami kurbankan!".

Begitu kata beliau. Dan kemudian beliau tambahkan bahwa beliau sudah lama memikirkan soal itu. Dan sudah tahu kiranja kemana kita mau pergi. Rupanja sudah mendjadi suatu soal jang lama dipikirkan oleh mereka di Jaman demikian.

Ini satu sistem, satu pendirian jang berpegang kepada pendapat, djangan dekati bandjir itu kalau kita akan terbawa hanjut. Ini adalah satu taktik 'uzlah, asal dasar 2 alam pikirannja, keimanan dan takwa itu djangan dirusakkan dari luar. Waktu itu saja pikir, ini soal hanja perkataan, bukan tjita 2 jang betul 2 . Akan tetapi achirnja ternjata kepada saja bahwa teori itu disadari mereka rupanja sebagai taktik perdjuangan umat Islam di-tengah 2 dunia sekarang ini. Saja ambil tjontoh di Jaman jang extrim. Entahlah karena Jaman, geografinja, sudah agak sedikit djauh dari djalan raja dunia, entah ini pula jang menjebabkan alam pikiran jang demikian itu, saja tak dapat pastikan, tetapi sudah terang, bahwa mereka itu berpendirian dengan penuh kesadaran.

„ Bukan kami tidak mau madju dan modern", katanja, „ akan tetapi kemadjuan dan kemodernan itu kalau dihajar dengan iman, biarlah kami

Ada pendirian extrim jang satu lagi. Rasanja se-akan 2 dapat di- terima, ialah pendirian Kemal Attaturk. Kemal harus kita lihat bahwa dia telah melakukan suatu usaha besar, tetapi itu adalah satu simptom, dari keadaan jang banjak dan luas. Suatu eksponen dari tjara berpikir jang timbul dari aliran pikiran jang riil.

Kemal Pasja ! Negaranja terletak diperbatasan antara Barat dan Timur dengan arti jang sukar kita menentukannja ! Lebih dekat hu- bungan satu dengan jang lain, dengan arti sering terdjadi bentrokan dan

pertarungan 2 dengan orang Barat dengan berupa peperangan 2 , jang di-

ikuti dengan perdamaian 2 .

Kemal meninggalkan untuk bangsanja dan untuk umat Islam dinegara itu suatu hal jang besar. Dari sudut perseorangan ia adalah seorang ahli siasat. Ia melihat kemunduran Islam itu dibanding dengan kemadjuan tehnik, organisasi dan efisiensi Barat. Kemunduran itu harus dihilangkan. Kalau tidak, ini merupakan to be or not to be, soal hidup atau mati. Niatnja ialah bagaimana mempertahan- kan umat jang banjak. Pandangan dan analisanja, menjebut bahwa pe- merintahan Sultan adalah membunuh djiwanja umat Islam. Maka ia

sebagai seorang nasionalis jang penuh dengan tjita 2 untuk kebaikan bangsanja, mengambil tindakan 2 jang radikal terhadap itu. Sampai ia pada suatu kesimpulan, bahwa bangsa Turki itu hanja bisa mendapat kemadjuan apabila ia mengambil oper apa jang ada di Barat. Bangsa Turki itu bisa dilindungi dari kemunduran atau dari pada pendjadjahan djika bangsa Turki mengambil oper dan membuka pintu menerima masuk kultur Barat dan paham dari kultur Barat itu.

Pernah saja bertanja kepada Menteri Pengadjaran Turki di Ankara, sewaktu saja tanjakan soal 2 pengadjaran disana, berapa % kah orang jang bukan Islam di Turki. Dia katakan : „ Tuan, orang Turki ialah orang Islam. Bukan Turki kalau bukan Islam" . Tidak ada orang Turki jang tidak Islam. Semuanja Islam ! Djika ada jang bukan Islam, itu bukan orang Turki. Tetapi kami mengikuti sepenuhnja kemadjuan Barat. Dari pada hanjut kita lebih baik berenang. Dengan tjara begitu kami hendak melindungi kultur dan kebudajaan Islam. Begitu pendirian Turki !

Kiranja dapatlah kita membandingkan, Turki disahi pihak, dan Jaman dilain pihak. Keduanja adalah udjung dari alam pikiran, dengan

Saudara 2 ! Pernah di Indonesia sistem 'uzlah dilakukan, terlepas dari soal Jaman. Sistem itu dipakai oleh umat Islam dibawah pimpinan alim ulama. Mereka mengambil sistem 'uzlah untuk mempertahankan

diri, mempertahankan kubu 2 pertahanan djiwa, berupa pesantren 2 , be- rupa mesdjid 2 , dimana 'uzlah itu dapat disempurnakan. Ini jang di- djalankan oleh Tuanku Imam Bondjol umpamanja ! Ada orang pada masa itu mengatakan bahwa beladjar bahasa Be- landa haram hukumnja, berdasi itu djuga tidak boleh, sebab menjerupai orang 2 kafir. Mereka mengharamkan sekolah 2 H.I.S. jang didirikan oleh pendjadjah. Mereka bentuk sistem sendiri. Disitu timbullah potensi di Indonesia dan berkembanglah satu dinamik jang besar untuk menjelesaikan persoalan 2 jang sampai seka- rang masih dirasai lazatnja oleh kita semua, jaitu pemimpin 2 jang ber- asal dari pesantren.

Mesir pertama kali merombak pagar pendidikan, jaitu dinding jang membatasi dirinja dengan Barat itu dengan mengadakan sistem, memakai sendjata Barat untuk melawan Barat guna mempertahankan diri. Mesir hendak mempertahankan kaidah Islam dari infiltrasi aliran pikiran Barat dengan tjara mengambil sendjata Barat tersebut. Kalau kita lihat hasilnja sampai sekarang ini infiltrasi itu tidak dapat di- tahan dengan begitu sadja.

Jang ada di Barat itu terutama adalah tehnik dan efisiensi. Akan tetapi hasil atau akibat dari memakai itu, disedari atau tidak, ialah intisari dari apa jang hendak dipertahankan djadi hantjur. Ia men- tjeburkan diri dalam air untuk berenang, tetapi terbawa hanjut dalam air itu sendiri.

Dengan demikian, maka Islam itu tinggallah haija 'alas-shalah, haija 'alal-falah sadja lagi. Ini akibatnja mentjeburkan diri, maksud me-

'Uzlah jang dipakai oleh Jaman memang achirnja dapat mem- perlindungi. sesuatu jang ada dalam negeri dari kerusakan alam pikiran. Tapi jang demikian adalah udjung dari pada sikap tidak berani menghadapi ruh dan i'tikad dari luar lantas menutup pintu erat 2 . Kesudahannja jang hidup disana itu, djuga adalah alam pikiran jang statis jang tidak bergerak. Tidak ada dinamiknja untuk mentjari dan

mendjaladjah, dinamik jang mendjadi sipat putera 2 Islam dahulu. Tidak akan timbul lagi Al-Farabi dan Ibnu Sina ke 2, oleh sikap jang serupa itu.

Setelah saja gambarkan sekarang saja mau perhitungkan. Gambaran dari dua pendirian jang extrim itu di-mana 2 ada, baik di Indonesia atau diluar negeri. Dan djika sdr bertanja kepada saja manakah antara kedua paham itu jang lajak dipilih, ini soalnja mendjadi soal subjektif. Bagi saja sukar untuk memilih salah satu dari kedua pendirian ini. Saja tidak hendak memilih salah satu dari keduanja.

Dasar pikiran jang pertama itu saja rasa tidak tjotjok dengan Islam, sebab dasar itu ialah timbul dari daerah jang menutup pintu, sebab merasa ketjil menghadapi Barat, djadi ada perasaan minderwaardig- heidscomplex, merasa bahwa diri itu harus diperlindungi dengan segala matjam pagar. Djiwa sematjam itu bukanlah djiwa dari adjaran Islam. 'Uzlah dalam Islam bukanlah prinsip, akan tetapi taktik. Tetapi bila didjadikan kaidah dan prinsip, saja tidak bisa terima oleh karena min- derwaardigheidscomplex, jang mendjadi sumbernja itu -mendjadikan ketjil apa jang sudah diadjarkan oleh Islam.

Menurut pendapat saja dalam lubuk hati jang berisi minderwaardig- heidscomplex itu, hilang sumber tenaga jang besar sehingga ia tidak melihat api jang ada dalam Islam, tapi hanja melihat abu jang mendjadi panas dalam dunia jang dilihatnja.

Bagaimanakah kiranja pada waktu jang lalu umat Islam melukis sedjarah ? Di-tengah 2 orang mengharamkan ilmu bintang, siapa jang mengatakan bumi bulat di bunuh, di-tengah 2 itulah umat Islam mem- berikan kemerdekaan kepada akal, orisinil dan mendjadi pelopor. Maka orang jang merasakan ini tentu tidak bisa menerima dasar 'uzlah ini.

Islam mengadjarkan tauhid. Tauhid merdeka dari rasa minderwaar- digheidscomplex ! Bergerak, bukan statis, inilah Islam ! Umat Islam itu mendjadi pelopor bagi umat manusia. Dan djika orang mengatakan 220 Islam mengadjarkan tauhid. Tauhid merdeka dari rasa minderwaar- digheidscomplex ! Bergerak, bukan statis, inilah Islam ! Umat Islam itu mendjadi pelopor bagi umat manusia. Dan djika orang mengatakan 220

Kita takut ideologi Islam rusak, apakah saudara 2 akan pergi sadja kepulau Samosir umpamanja, bikin surau disana, lantas mengadji dari pagi sampai sore, karena takut dimasuki pengaruh dari luar ? Ini berarti

saudara 2 bukan sjuhada 'alan-naas, tetapi sjuhada 'alal-hajawan. Pada hal saudara 2 disuruh oleh Tuhan mendjadi sjuhada 'alan-naas ! Dan salah satu aliran pokok pikiran jang ditarik untuk menge- tengahi kedua pendirian extrim itu, ialah pikiran dari Djamaluddin- Afghani dan Mohammad Abduh jang memberikan satu pedoman ke- pada umat Islam seluruh dunia sekarang ini. Disitu ada pikiran jang berharga, berupa pusparagam jang didalamnja kelihatan pokok dan

pangkal. Tjobalah saudara 2 lihat dan saudara 2 peladjari sendiri !

2 D es. 1953