PERSAMBUNGAN TENAGA PIMPINAN.

3) PERSAMBUNGAN TENAGA PIMPINAN.

............... la berkata: ,,Ja Tuhanku sesungguhnja tulangku sudah lemah, kepalaku sudah putih oleh uban, dalam pada itu, wahai Tuhanku, belum pernah aku ketjewa dalam doaku kepada Engkau.

Dan sesungguhnja kuatir aku mengingatkan keturunan dibe- lakangku nanti, sedangkan isteriku adalah mendul (tidak bisa dapat anak). Oleh karena itu kurniakanlah langsung

dari pada-M u seorang keturunan, jang akan mewarisi aku dan me- warisi keluarga Ja'kub dan djadikanlah ia, ja Tuhanku seo- rang jang Engkau ridai" .

(Our'dn, s. Marjam 4— 6)

Demikianlah bunjinja ratap-tangis dari Nabi Allah Zakarija. Ratap- tangis seorang Nabi, seorang pemimpin, tatkala ia melihat bahwa keku-

Ia amat kuatir mengingat nasib umat jang ia tuntun, apabila ia sudah tidak ada lagi. Ia kuatir, sebab belum ada tampak jang akan menggantikannja. Ia kuatir, patah tak akan tumbuh, hilang tak akan berganti.

Umur umat lebih lama dari umur seorang pemimpin. Umur pim- pinan umat harus lebih lama dari umur seseorang jang pada satu masa memikul pimpinan. Maka doa jang diratapkan oleh djiwa jang saleh dan muchlis dari Nabi Allah Zakarija itu, sebenarnja harus djadi ra- tapan djiwa kita djuga jang memegang amanah pimpinan umat, dila- pangan manapun djuga kedudukan kita. Dalam lapangan agama, poli-

tik ataupun lain 2 -nja. Memimpin adalah memegang untuk dapat melepaskan. Bukan ke- megahan jang hakiki bagi pemimpin, apabila selama ia ada, pimpinan berdjalan dengan baik, sehingga nama dan usaha pimpinannja berdjalin dihati rakjat, sebagai dua hal jang tak dapat dipisahkan, — tetapi tat- kala pada satu saat dia tak ada lagi, segala sesuatunja mendjadi be- rantakan dan katjau-balau, umat jang dipimpinnja dihinggapi penjakit bingung dan kuatir. Lantaran „ beliau" tak ada lagi !

Memang, mengumpulkan dan membimbing se-banjak 2 pengikut adalah kewadjiban pemimpin. Dalam pada itu adalah kewadjibannja jang utama : menjuburkan tumbuhnja pengganti, jang akan menjambung pimpinannja kelak.

Seorang pemimpin tak kan timbul dengan sekedar diberi peladjaran. Ia hanja bisa mekar dalam tekanan pertanggungan-djawab jang dipikulkan atas dirinja, baik ketjil atau besar. Tanggung-djawab adalah udjian. Dua kemungkinan bisa berlaku: ia patah atau ia berkembang.

Ini tergantung kepada persiapan dan watak jang ada padanja dan kepada kemampuannja mempergunakan pengalaman dan buah pikiran orang 2 jang lebih dahulu; begitu djuga kepada achlaknja, dan kepada ketjakapannja menempatkan diri. Funksi pemimpin tua bukan untuk mematahkan akan tetapi mem- bentuk pen j ambung. Tiap 2 persambungan bukan berarti pertjeraian, akan tetapi pertemuan dan berangkainja dua udjung. Antara tunas jang akan berkembang dan pelepah jang akan turun, menurut sunnatullah jang tak dapat dielakkan, ada persambungan.

Pertumbuhan jang sematjam ini kelihatan disemua lapangan. Partai- pun tidak terketjuali. Maka tidak pada tempatnja apabila kita melihat

tanda 2 pertumbuhan ini dari sudut antagonisme atau pertentangan.

Akan tetapi harus dilihat dari sudut keharusan persambungan tenaga atau kontinuitet, sebagai sjarat mutlak bagi kelandjutan perdjuangan.

Dengan dasar pandangan jang demikian inilah kita harus melihat proses persambungan-tenaga pimpinan jang sedang berlaku di-daerah 2 sekarang ini, jang bukanlah sebagai suatu „ kegentingan" atau jang sema- tjam itu, akan tetapi sebagai satu alamat jang menggirangkan hati, jakni bahwa pimpinan perdjuangan kita dibelakang hari tidak akan patah ditengah. Satu alamat, bahwa masjarakat Islam bukanlah ,,'aqir" atau mendul akan tetapi subur dan mempunjai potensi jang besar untuk

melahirkan tunas 2 muda dari angkatan baru jang akan mengulas dan menjambung tenaga 2 mereka jang „ tulangnja sudah berangsur lemah". Maka kepada tunas muda kita berikan udara dan tjahaja jang se- tjukupnja untuk berkembang mekar: tanggung-djawab jang harus di- pikulnja dengan djiwa gembira dan penuh inisiatif; hasil 2 pengalam- an jang sudah kita peroleh sendiri dengan pahit-getir selama ini; bahan 2 pertimbangan, ter-kadang 2 berupa pedoman, tempo 2 berupa nasihat dan tegoran, menurut keperluannja. Perlu kita ketahui bahwa ter-kadang 2 „ si tunas-muda", — biasanja enggan mengakui setjara lahir, sebagai pembawaan usia mereka —, bahwa mereka perlu kepada „ lindungan" pelepah, dari angin-ribut jang mendatang, tapi tak urung harus kita berikan atas dasar uchuwah dan ketjintaan.

Kita iringi dengan doa „ wadj'alhu, rabbi radlijan" (Q.s. Marjam: 6). Belum sempurna tunai kewadjiban kita sebagai pemimpin, sekiranja kita belum berpikir dan bertindak seperti itu. Hanja dengan demikianlah umat Islam akan terdjamin persam- bungan perdjuangannja dihari depan, sebagai sjarat mutlak bagi ke- menangan kita.

Maret 1950