Risiko Budidaya 1. Risiko Produksi

c. Tingkat ketinggian lahan yang optimal Ketinggian lahan yang paling baik untuk menanam akarwangi yaitu pada ketinggian 600-1.500 meter di atas permukaan laut. Hal ini mengakibatkan pada peningkatan produktivitas.akarwangi yang ditanam pada ketinggian ini akan memperoleh akar yang lebat dan rindang. d. Serangan hama dan penyakit yang rendah Rendahnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman akarwangi akan menyebabkan peningkatan produktivitas. Hal ini dikarenakan, akarwangi yang dipanen akan yang lebat dan rindang sehingga petani tidak memerlukan furadan yang berlebihan pada tanaman akarwangi. Selain itu, hal yang menjadi penyebab munculnya produksi terendah yaitu curah hujan yang tinggi, tingkat kesuburan lahan yang rendah, ketinggian lahan yang tidak optimal, serta serangan hama dan penyakit yang tinggi. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Curah hujan yang tinggi Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan akarwangi yang ditanam memiliki kadar minyak yang rendah. Hal ini mengakibatkan pada penurunan produksi baik pada akarwangi maupun penurunan produksi minyak akarwangi. Curah hujan tinggi akan mengakibatkan akarwangi menjadi basah dan kadar air yang terkandung didalam akar menjadi tinggi b Tingkat kesuburan lahan yang rendah Lahan yang sering digunakan untuk penanaman akarwangi akan memiliki kesuburan lahan yang rendah. Jika lahan tersebut diolah dengan menggunakan cangkul dan membalikkan tanah yang berada di bawah maka unsur-unsur hara di dalam tanah akan semakin habis untuk penanaman akarwangi sehingga akan menurunkan produksi akarwangi. c. Ketinggian lahan yang tidak optimal Akarwangi dapat tumbuh pada ketinggian sekitar 300- 2.000 meter di atas permukaan laut. Bila akarwangi tidak ditanam pada ketinggian tersebut maka akar yang dihasilkan tidak memiliki akar yang lebat dan rindang. Hal ini mengakibatkan pada penurunan produktivitas akarwangi. d. Serangan hama dan penyakit yang tinggi. Tingginya hama dan penyakit yang menyerang tanaman akarwangi akan menyebabkan penurunan produktivitas akarwangi. Hal ini dikarenakan, akarwangi yang dipanen tidak lebat sehingga petani perlu untuk melakukan pemeliharaan pada tanaman akarwangi. 5.3.2. Risiko Harga Output Risiko harga output diindikasikan dengan adanya fluktuasi harga output yang diterima petani sampel. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 28. Fluktuasi harga akarwangi mengindikasikan adanya harga tertinggi, harga terendah, dan harga normal yang pernah diterima petani akarwangi sampel selama mengusahakan dan menjual akarwangi. Tabel 28. Produksi dan Peluang Harga Output Budidaya Akarwangi Pada Setiap Kondisi Kondisi Peluang Harga Rp Tertinggi 0,20 2.821 Normal 0,62 1.808 Terendah 0,18 511 Faktor penyebab munculnya risiko harga output budidaya pada kondisi harga output tertinggi disebabkan oleh tingginya tingkat permintaan namun ketersediaan akarwangi rendah. Tingginya tingkat permintaan akarwangi oleh para penyulng sedangkan ketersediaan akarwangi di petani rendah menyebabkan harga output akarwangi menjadi lebih tinggi. Hal ini menyebabkan para penyuling untuk berkompetisi untuk menjamin ketersdiaan akarwangi agar kegiatan penyulingan terus berjalan Selain itu, faktor faktor penyebab munculnya risiko harga output budidaya pada kondisi harga output terendah disebabkan oleh ketersediaaan akarwangi yang melimpah. Hal ini dikarenakan terjadinya over supply sebagai akibat musim panen yang serempak.

5.4. Risiko Penyulingan

5.4.1. Risiko Produksi

Kegiatan penyulingan akarwangi dihadapkan pada risiko baik risiko produksi maupun risiko harga output. Indikasi adanaya risiko produksi dalam penyulingan akarwangi yaitu ditunjukkan oleh adanya variasi atau fluktuasi produksi yang diperoleh penyuling sampel pada setiap kondisi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Produksi dan Peluang Harga Output penyulingan Akarwangi Pada Setiap Kondisi Kondisi Peluang Produksi kg Tertinggi 0,11 5.739 Normal 0,72 4.993 Terendah 0,17 2.587 Faktor penyebab munculnya risiko produksi penyulingan pada kondisi produksi tertnggi disebabkan oleh tingginya ketersediaan akarwangi, kadar minyak yang tinggi. Risiko produksi mucul akibat adanya fluktuasi produksi pada kegiatan penyulingan. Faktor penyebab tersebut antara lain: a. Ketersediaan akarwangi tinggi Ketersediaan akarwangi yang tinggi dari petani akan menyebabkan jumlah produksi minyak akarwangi meningkat. Hal ini dikarenakan penyuling akan memaksimalkan ketel untuk menyuling akarwangi. Hal ini akan meningkatkan pendapatan mereka. b. Kadar minyak yang tinggi Akarwangi yang akan disuling dalam keadaan kering akan menghasilkan akar yang memiliki kadar minyak tinggi. Hal ini dikarenakan kadar minyak akarwangi lebih tinggi bila dibandingkan kadar air yang terkandung didalamnya. Faktor penyebab munculnya risiko produksi penyulingan pada kondisi produksi terendah disebabkan oleh rendahnya ketersediaan akarwangi dan kadar minyak yang rendah. Risiko produksi mucul akibat adanya fluktuasi produksi pada kegiatan penyulingan. Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain: a. Ketersediaan akarwangi rendah Ketersediaan akarwangi yang rendah dari petani akan menyebabkan jumlah produksi minyak akarwangi menurun. Hal ini dikarenakan penyuling tidak bisa memaksimalkan ketel untuk menyuling akarwangi. Hal ini akan menurunkan pendapatan mereka. b. Kadar minyak yang rendah Akarwangi yang akan disuling dalam keadaan basah akan menghasilkan akar yang memiliki kadar minyak rendah Hal ini dikarenakan kadar minyak akarwangi lebih kecil bila dibandingkan kadar air yang terkandung didalamnya.

5.4.2. Risiko Harga Output

Risiko harga output diindikasikan dengan adanya fluktuasi harga output yang diterima penyuling sampel. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 30. Fluktuasi harga minyak akarwangi mengindikasikan adanya harga tertinggi, harga terendah, dan harga normal yang pernah diterima penyuling akarwangi sampel selama mengusahakan dan menjual minyak akarwangi. Tabel 30. Produksi dan Peluang Harga Output Penyulingan Minyak Akarwangi Pada Setiap Kondisi Kondisi Peluang Harga Rp Tertinggi 0,11 582.000 Normal 0,72 511.692 Terendah 0,17 466.923 Faktor penyebab munculnya risiko harga output pada kondisi harga output tertnggi yaitu mekanisme pasar yang lebih panjang serta tingginya tingkat permintaan namun rendahnya ketersediaan minyak akarwangi. Risiko harga outpuit terjadi akibat adanya fluktuasi harga output yang diterima penyuling. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Mekanisme Pasar yang lebih panjang

Harga minyak akarwangi ditentukan oleh mekanisme pasar yang terjadi dalam kegiatan penyulingan akarwangi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, bahwa harga minyak akarwangi yang dijual oleh petani langsung ke pedagang pengumpul relatif lebih murah yakni dengan harga Rp. 511.692kg, sedangkan jika penyuling langsung menjual ke pedagang besar eksportir harga yang diterima relatif lebih mahal yakni pada kisaran Rp. 541.692kg, tapi ketika penyuling menjual akarwanginya langsung ke eksportir, penyuling tersebut akan