Mekanisme Pasar yang lebih panjang

lahannya sendiri atau membeli akarwangi dari petani lain. Persaingan antara penyuling dalam perebutan bahan baku biasanya terjadi pada saat pasokan akarwangi menurun. Tenaga kerja yang dipakai dalam pembudidayaan akarwangi adalah tenaga kerja yang berasal dari penduduk sekitar. Tenaga kerja melakukan kegiatan yang meliputi pengolahan tanah dan penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pasca panen. Aktivitas pemeliharaan mencakup penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan daun, pengendalian hama dan penyakit. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga kerja luar dan dalam baik pria maupun wanita. Rata-rata jam kerja petani akarwangi di Kabupaten Garut mencapai tujuh jam per hari. Waktu kerja dimulai dari pukul enam pagi hingga jam satu siang, Upah yang diterima oleh pekerja berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Dalam satu hektar lahan, kegiatan pengolahan tanah dan penanaman dilakukan oleh petani pria sebanyak 124 HOK dan menerima upah per HOK sebesar Rp. 14.947. Dalam satu hektar lahan, kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh petani pria dan wanita yaitu sebanyak 87 HOK dan upah per HOK sebesar Rp. 14.842. Dalam satu hektar lahan, kegiatan panen dan pasca panen dilakukan oleh petani pria dan wanita yaitu sebanyak 121 HOK dan upah per HOK sebesar Rp. 24.482.. Alat yang digunakan dalam penyulingan akarwangi ketel. Satu buah ketel dapat menyuling akarwangi sebanyak 1500 kgsuling. Satu kali penyulingan menghasilkan minyak akarwangi sebanyak 7,43 kilogram. Tenaga kerja manusia yang digunakan dalam satu kali penyulingan yaitu sebanyak dua orang dengan upah Rp. 67.692orang dan dalam satu hari dilakukan dua kali penyulingan. 6.1.3. Letak Pasar Pasar tujuan utama dari akarwangi adalah para penyuling disekitar lokasi budidaya yaitu penyuling di Kecamatan Samarang, Kecamatan Leles, Kecamatan Bayongbong, dan Kecamatan Leles. Lahan akarwangi sebagian besar berada jauh dari jalan raya sehingga diperlukan biaya pengangkutan untuk sampai ke pasar yang dituju yaitu para penyuling yang letaknya dekat dengan jalan raya. Pasar tujuan utama minyak akarwangi yaitu para pengumpul di Garut, eksportir di Garut, Jakarta, dan Medan. Sebagian besar penyuling di Kabupaten Garut yaitu sebesar 84,6 persen menjual minyak akarwangi ke pengumpul di Garut. Sedangkan 7,7 persen penyuling menjual minyak akarwangi ke eksportir di Garut dan Jakarta. Perbedaan ini didasarkan pada kepercayaan dan sistem kontrak para pengumpul dengan penyuling.

6.1.4. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang sangat diperlukan baik dalam kegiatan budidaya maupun penyulingan. Fasilitas penunjang ini berupa peralatan budidaya, peralatan penyulingan, dan fasilitas penunjang lainnya. Di setiap kecamatan banyak dijumpai pelaku agribisnis yang menyediakan peralatan budidaya yang harganya cukup terjangkau bagi petani seperti cangkul, kored, ember, dan pabonggolan. Sedangkan peralatan penyulingan relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan peralatan budidaya sehingga peralatan ini tidak mudah dijumpai di pasar, seperti