Kelayakan Finansial Penyulingan Akarwangi Pada Kondisi Risiko

Tabel 52. Kriteria Kelayakan Investasi Penyulingan Setiap Kondisi Pada Tingkat DF 8 Kondisi NPV Rp IRR Net BC PP Tahun Layak Tidak 1. ProduksiTertinggi 5.444.347.783 - - - Layak 2. Produksi Terendah -6.541.810.587 - - Tidak Layak 3. Harga Output Tertinggi 3.003.820.064 - - 1 tahun 9 bulan Layak 4. Harga Output Terendah -2.264.727.822 -7,3 0,6 7 tahun 5 bulan Tidak Layak 5. Produksi dan Harga Output Tertinggi 5.444.740.425 - - - Layak 6. Produksi dan Harga Output Terendah -6.542.335.597 - 0 - Tidak Layak 6.5.8. Penilaian dan Perbandingan Risiko Penyulingan Akarwangi Penilaian risiko dalam investasi diukur dengan tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 53. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPVnya. NPV yang diharapkan dari ketiga jenis risiko yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada risiko harga output yaitu sebesar Rp. 1.033.605.013 selama umur proyek. Semakin besar NPV yang diharapkan, maka tingkat risiko yang dihadapi semakin tinggi. Standar deviasi yang paling tinggi yaitu pada kondisi risiko produksi dan harga output yaitu sebesar 3.382.306.905 selama umur proyek. Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi dalam kegiatan budidaya. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dari NPV dengan NPV yang diharapkan. Koefisien variasi paling tinggi berada pada kondisi risiko produksi dan harga output yaitu 14,81. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Jadi, dari ketiga jenis risiko yang memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan penyulingan akarwangi dihadapkan pada risiko harga outpur. Tabel 53. Perbandingan Risiko Dalam Investasi Pada Satu Penyulingan Akarwangi Jenis Risiko NPV yang diharapkan Rp Standar Deviasi Koefisien Variasi Tingkat Risiko Produksi 228.455.636 3.376.388.603 14,78 Tinggi Harga Output 1.033.605.013 820.365.772 0,79 Rendah Produksi dan Harga Output 228.409.575 3.382.306.905 14,81 Tinggi Dari ketiga jenis risiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan penyulingan akarwangi, pendapatan petani terendah diperoleh ketika terjadi risiko produksi dan harga output yaitu sebesar Rp.2.379.266bulan sedangkan pendapatan pada kondisi normal sebesar Rp. 10.750.399bulan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 54. Tabel 54. Pendapatan Penyuling Pada Setiap Kondisi Kondisi Pendapatan PenyulingBulan Rp Tanpa Risiko 10.730.399 Risiko a. Produksi 2.379.746 b. Harga Output 10.766.718 c. Produksi dan Harga Output 2.379.266

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial dan lingkungan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengembangan usaha akarwangi melalui pembudidayaan dan penyulingan akarwangi di Kabupaten Garut layak untuk diusahakan. Hal ini mendorong pada pengembangan usaha akarwangi melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha di Kabupaten Garut. Analisis aspek finansial pada kondisi normal baik pada kegiatan budidaya maupun penyulingan layak untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan kriteria kelayakan investasi NPV ≥ 0, IRR ≥ Discount Rate 8 persen, dan Net BC ≥ 1 menandakan bahwa kegiatan budidaya dan penyulingan akarwangi tanpa risiko layak untuk dijalankan. Pada kegiatan budidaya dalam kondisi normal NPV mencapai Rp.1.394.179, IRR 13 , Net BC 1,08 dan 2 tahun 5 bulan. Sedangkan kegiatan penyulingan dalam kondisi normal NPV Rp.1.030.118.304, IRR 99 , Net BC 4,98 dan Payback periode yaitu 3 tahun 6 bulan. 2. Dampak adanya risiko volume produksi, risiko harga output, dan risiko volume produksi dan harga output pada kegiatan budidaya dan penyulingan terhadap kelayakan usaha akarwangi yaitu terdapat beberapa kondisi yang layak dan tidak untuk dijalankan. Kondisi yang layak dijalankan pada kegiatan budidaya dan penyulingan yaitu pada kondisi produksi tertinggi, kondisi harga output tertinggi, dan kondisi voleme produksi dan harga output tertinggi. Sedangkan kondisi yang tidak layak dijalankan pada kegiatan budidaya dan penyulingan yaitu pada kondisi produksi terendah, kondisi harga output terendah, dan kondisi voleme produksi dan harga output terendah. Kegiatan budidaya akarwangi yang memiliki tingkat risiko terbesar yaitu ketika mengalami risiko harga output sedangkan kegiatan penyulingan yang memiliki tingkat risiko terbesar yaitu ketika mengalami risiko produksi dan harga output secara bersama. 7.2. Saran 1. Berdasarkan hasil analisis kedua usaha yaitu budidaya dan penyulingan akarwangi pada kondisi normal, usaha tersebut layak untuk diusahakan meskipun pendapatan yang diperoleh petani sangat rendah. Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perencanaan produksi dengan pengaturan waktu dan pola tanam. Penanaman akarwangi dilakukan secara berkala pada lahan yang berbeda sehingga petani tidak mengandalkan pendapatan dari satu musim panen akarwangi. Hal ini bertujuan agar pendapatan petani secara rutin dapat diterima sesuai dengan waktu tanam dan panen yang berbeda. Selain itu, penanaman akarwangi hendaknya dilakukan secara tumpangsari agar petani memperoleh pendapatan secara kontinyu. 2. Dalam menghadapi risiko harga output perlu adanya upaya untuk meningkatkan daya tawar bargaining position bagi petani dan penyuling. Hal ini dimaksudkan agar petani dan penyulingan dapat menentukan harga jual akarwangi dan minyak akarwangi sehingga pendapatan yang mereka peroleh sesuai dengan usaha yang dilakukannya. Upaya untuk meningkatkan bargaining position dapat dilakukan dengan mengaktifkan kembali kelompok tani. 3. Dalam melakukan pengembangan usaha akarwangi di Kabupaten Garut perlu upaya dari Pemerintah Daerah Kabupaten Garut agar pengembangan usaha tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana strategis Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Pemerintah Daerah hendaknya memberikan penyuluhan secara intensif kepada petani dan penyuling akarwangi baik dari segi budidaya, penyulingan, hingga pemasaran akarwangi sehingga petani dan penyuling dapat memperoleh informasi baru yang menyangkut usaha akarwangi. 4. Pengembangan usaha akarwangi tidak terlepas dari peranan dan upaya stakeholders. untuk meningkatkan daya saing akarwangi Kabupaten Garut di Pasar Internasional. Salah satu peran dan upaya penting dari stakeholders yaitu dengan membuka industri pengolahan akarwangi yang menggunakan mesin modern. Upaya ini dilakukan oleh berbagai pihak yaitu Pemerintah Daerah yang bekerjasama dengan penyuling dan pengusaha sehingga kualitas akarwangi Kabupaten Garut dapat lebih bersaing dengan produsen utama lainnya. 5. Bagi investor bila menanamkan modal pada kegiatan budidaya ketika menghadapi risiko harga output, akan memperoleh pendapatan per bulan sebesar Rp.16.414 meskipun tingkat risiko yang dihadapi paling besar bila dibandingkan risiko yang lain. Selain itu, bagi investor bila menanamkan modal pada kegiatan penyulingan ketika menghadapi produksi dan risiko harga output, akan memperoleh pendapatan per bulan sebesar Rp.2.379.266 meskipun tingkat risiko yang dihadapi paling besar bila dibandingkan risiko yang lain.