Tabel 43. Kriteria Kelayakan Investasi Budidaya Setiap Kondisi Pada Tingkat DF 8
Kondisi NPV Rp
IRR Net
BC PP Tahun
LayakTidak
1. Produksi Tertinggi 8.284.195
39 1,52
2 tahun 10 bulan Layak
2. Produksi Terendah -8.845.497
-19 0,57
3 tahun 3 bulan Tidak Layak
3. Harga Output Tertinggi 27.761.905
154 3,67
1 tahun6 bulan Layak
4. Harga Output Terendah -32.365.881
0,08 Tidak Layak
5. Produksi dan Harga Output Tertinggi
38.512.313 202
6,20 1 tahun 2 bulan Layak
6. Produksi dan Harga Output Terendah
-35.259.949 0,05
Tidak Layak
6.5.4. Penilaian dan Perbandingan Risiko Budidaya Akarwangi
Penilaian risiko dalam investasi diukur dengan tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 44. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPVnya. NPV yang diharapkan dari ketiga kondisi yang paling
tinggi adalah NPV yang diharapkan pada kondisi produksi dan harga output yaitu sebesar Rp. 2.220.063 selama umur proyek. Semakin besar NPV yang diharapkan,
maka tingkat risiko yang dihadapi semakin tinggi. Standar deviasi yang paling tinggi yaitu pada kondisi risiko produksi dan
harga output yaitu sebesar 22.427.661 selama umur proyek. Semakin besar nilai
standar deviasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi dalam kegiatan budidaya. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dari NPV dengan
NPV yang diharapkan. Koefisien variasi paling tinggi berada pada kondisi risiko harga output yaitu 31,02. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin
tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Jadi, dari ketiga jenis risiko yang memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan budidaya akarwangi dihadapkan
pada risiko produksi.
Tabel 44. Perbandingan Risiko Dalam Investasi Budidaya Akarwangi
Jenis Risiko NPV yang
diharapkan Rp
Standar Deviasi
Koefisien Variasi
Tingkat Risiko
Produksi 929.040
5.253.570 5,65 Rendah Harga Output
590.913 18.330.302
31,02 Tinggi
Produksi dan Harga Output 2.220.063
22.427.661 10,10
Tinggi
Berdasarkan ketiga jenis risiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan budidaya akarwangi, pendapatan petani terendah diperoleh ketika terjadi risiko
harga output yaitu sebesar Rp.16.414bulan sedangkan pendapatan pada kondisi normal sebesar Rp. 38.727bulan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 45.
Tabel 45. Pendapatan Petani Pada Setiap Kondisi
Kondisi Pendapatan PetaniBulan Rp
Tanpa Risiko 38.727
Risiko a. Produksi
25.807 b. Harga Output
16.414 c. Produksi dan Harga Output
61.668
6.5.5. Analisis Finansial Penyulingan Akarwangi Tanpa Risiko 6.5.5.1. Arus PenerimaanInflow
Setiap komponen yang merupakan pemasukan bagi penyuling akarwangi selama proyek berjalan akan dimasukkan ke dalam arus penerimaan. Penerimaan
pada kegiatan penyulingan akarwangi diperoleh dari penjualan minyak akarwangi dan nilai sisa. Penerimaan dari penjualan minyak akarwangi setiap tahun berbeda
sesuai dengan kondisinya. Setiap hari penyuling melakukan penyulingan yang bahan bakunya berasal
dari petani ataupun lahan sendiri. Dalam satu hari penyuling melakukan dua kali penyulingan. Satu kali penyulingan memerlukan waktu 12 jam. Dalam satu kali
penyulingan dibutuhkan 1500 kg akarwangi dan menghasilkan minyak sebanyak 7,43 kg. Petani menjual minyak akarwangi pada harga normal per kilogram yaitu
Rp. 511.692. Dalam satu bulan, kegiatan penyulingan dilakukan selama 28 hari. Hal ini berarti, setiap bulannya terdapat dua hari untuk membersihkan alat yaitu
pada minggu kedua dan minggu keempat. Pada tahun pertama, kapasitas produksi belum optimal. Hal ini
dikarenakan pada tahun pertama penyuling baru pertama melakukan kegiatan penyulingan. Kapasitas produksi pada tahun pertama hanya mencapai 91,5 persen.
Pada tahun kedua hingga tahun ketujuh, kapasitas produksi mencapai 100 persen. Hal ini dikarenakan penyuling telah mendapatkan pengalaman dari tahu
sebelumnya. Pada tahun kedelapan, kapasitas produksi tidak optimal. Hal ini dikarenakan kemampuian mesin yang telah menurun sehingga kapasitas produksi
menjadi 91,5 persen. Berdasarkan hal tersebut, penerimaan penyuling pada kondisi normal tanpa risiko dapat dilihat pada Tabel 46.
Tabel 46. Penerimaan Penyuling Akarwangi Pada Kondisi Tanpa Risiko Dalam Satu Penyulingan
No Keterangan Tahun
1 2 8
1. Penjualan Minyak Akarwangi Rp
2.337.696.191 2.554.859.225
2.337.696.191 2.
Nilai Sisa Rp 191.490.615
Total inflow 2.337.696.191 2.554.859.225 2.529.186.806
Keterangan: Penjualan minyak akarwangi tahun 3-7 sama dengan tahun ke-2. Total inflow tahun 3-7 sama dengan Tahun ke-2
Pada tahun kedelapan, penerimaan penyuling bertambah. Hal ini dikarenakan adanya nilai sisa dari komponen investasi yang masih bernilai. Nilai
sisa penyulingan yang dihitung di akhir tahun proyek yaitu sebesar Rp. 191.490.615 Tabel 47 menunjukkan nilai sisa pada kegiatan penyulingan
akarwangi