Payback Period PP Kerangka Teoritis

tanpa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dari pemegang saham. Risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu. Ketiga, risiko pasar atau beta yaitu bagian dari risiko proyek yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Risiko ini diukur dengan beta koefisien. Titik awal untuk menganalisis risiko berdikari dari suatu proyek adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Tiga teknik untuk memperkirakan risiko berdikari proyek: 1 analisis sensitivitas, 2 analisis skenario, dan 3 Analisis Monte Carlo.

1. Analisis Sensitivitas

Menurut Kadariah et al 1999, analisis sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain: kenaikan dalam biaya konstruksi cost over run, perubahan dalam harga hasil produksi dan terjadi penurunan pelaksanaan pekerjaan. Pada bidang pertanian, proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu, harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil Gittinger, 1986.

2. Analisis Skenario

Analisis skenario adalah teknik analisis risiko yang mempertimbangkan baik sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci maupun rentangan range dari nilai-nilai variabel yang memungkinkan. Pada umumnya risiko berdikari suatu proyek tergantung pada kedua hal tersebut. Oleh karena itu, analisis skenario lebih lengkap dibandingkan dengan analisis sensitivitas karena analisis sensitivitas hanya mempertimbangkan faktor sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci. Dalam analisis skenario, terdapat keadaan yang buruk dan baik. NPV untuk keadaan buruk dan baik kemudian dihitung dan dibandingkan dengan NPV yang diharapkan atau NPV dasar. Nilai-nilai skenario terburuk dan terbaik dapat diterapkan pada biaya tetap dan biaya variabel, tarif pajak penghasilan, nilai sisa, dan sebagainya Weston Copeland,1995.

3. Analisis Monte Carlo

Menurut Weston Copeland, 1995, simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis resiko dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa yang datang disimulasikan dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. Dalam hal ini, simulasi memerlukan komputer dengan daya yang cukup besar dengan disertai paket perangkat lunak untuk perencanaan keuangan yang efisien, sementara analisis skenario dapat dilakukan hanya dengan menggunakan perangkat komputer PC serta program Spreadsheet atau bahkan hanya dengan menggunakan kalkulator sekalipun. Keunggulan utama dari simulasi adalah dapat menunjukkan berbagai hasil yang mungkin sekaligus dengan probabilitasnya.

3.1.5.1. Konsep Expected Return

Weston dan Copeland 1995, menyatakan bahwa terdapat tiga jenis sikap terhadap risiko yaitu yang senang mengambil risiko risk seeker, anti risiko risk averte r, dan acuh terhadap risiko risk indiference. Kelompok pengambil risiko apabila dihadapkan pada dua pilihan yaitu investasi yang kurang atau lebih mengandung risiko dengan perkiraan jumlah hasl yang sama, maka seorang pengambil risiko akan lebih suka memilih jenis investasi yang lebih mengandung risiko. Tetap bagi seorang penghndar riisiko akan cenderung akan menjatuhkan keputusannya pada jenis investasi yang kurang mengandung risiko. Sementara itu, seorang yang acuh terhadap risiko tidak akan peduli akan jenis investasi mana yang dipilih. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi maka nilai yang diharapkan semakin besar.

3.1.5.2. Penilaian Risiko

Weston dan Copeland 1995, menyatakan bahwa penilaian risiko dalam investasi diukur dari tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPVnya. Koefisien variasi merupakan pembagian dari standar devasi dan NPV yang diharapkan. Bila nilai dari NPV yang diharapkan, koefisien variasi, dan standar deviasi besar maka tingkat risiko yang dihadapi tinggi. . 3.2. Kerangka Operasional Akarwangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang potensial untuk dikembangkan. Lahan yang tersedia untuk dibudidayakan mencapai 2.400 Ha. Namun, realisasi lahan yang baru diusahakan mencapai 1.733 Ha Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kab.Garut, 2006. Oleh karena itu, masih tersedia lahan seluas 667 Ha yang masih belum diusahakan. Upaya pengembangan usaha akar wangi dilakukan melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha. Dalam melakukan pengembangan usaha, perlu dilakukan analisis kelayakan agar menghindari kerugian yang terlalu besar dalam hal penanaman modal, meminimalisasi biaya, dan mempertimbangkan risiko dalam