Analisis Sensitivitas Analisis Skenario

pengambil risiko akan lebih suka memilih jenis investasi yang lebih mengandung risiko. Tetap bagi seorang penghndar riisiko akan cenderung akan menjatuhkan keputusannya pada jenis investasi yang kurang mengandung risiko. Sementara itu, seorang yang acuh terhadap risiko tidak akan peduli akan jenis investasi mana yang dipilih. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi maka nilai yang diharapkan semakin besar.

3.1.5.2. Penilaian Risiko

Weston dan Copeland 1995, menyatakan bahwa penilaian risiko dalam investasi diukur dari tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan merupakan penjumlahan dari setiap probabilitas dikalikan dengan NPVnya. Koefisien variasi merupakan pembagian dari standar devasi dan NPV yang diharapkan. Bila nilai dari NPV yang diharapkan, koefisien variasi, dan standar deviasi besar maka tingkat risiko yang dihadapi tinggi. . 3.2. Kerangka Operasional Akarwangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang potensial untuk dikembangkan. Lahan yang tersedia untuk dibudidayakan mencapai 2.400 Ha. Namun, realisasi lahan yang baru diusahakan mencapai 1.733 Ha Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kab.Garut, 2006. Oleh karena itu, masih tersedia lahan seluas 667 Ha yang masih belum diusahakan. Upaya pengembangan usaha akar wangi dilakukan melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha. Dalam melakukan pengembangan usaha, perlu dilakukan analisis kelayakan agar menghindari kerugian yang terlalu besar dalam hal penanaman modal, meminimalisasi biaya, dan mempertimbangkan risiko dalam investasi. Analisis kelayakan dilakukan pada aspek-aspek kelayakan usaha yaitu aspek teknis, pasar, sosial, dan finansial. Aspek finansial dilakukan lakukan pada keadaan normal tanpa risiko. Pada keadaan ini, aspek finansial yang akan dianalisis adalah NPV, IRR, Net BC, dan PP. Pada kondisi lain yaitu analisis risiko dimana kegiatan investasi dengan risiko. Pada kondisi ini, tingkat risiko diperhatikan pada kegiatan investasi sehingga diperoleh nilai NPV yang diharapkan. Setelah analisis tersebut dilakukan, selanjutnya dapat diketahui apakah pemanfaatan lahan seluas 667 Ha layak diusahakan atau tidak. Bila tidak layak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan budidaya akarwangi yang sedang berjalan di Kabupaten Garut. Bila analisis tersebut menunjukkan kelayakan, maka upaya pengembangan usaha akarwangi melalui pemanfaatan lahan seluas 667 Ha dapat dijalankan. Tahap-tahap analisis kelayakan pengembangan usaha akarwangi di Kabupaten Garut tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 4.