Berbagai potensi komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi dan agribisnis dapat tumbuh baik asal disertai penerapan teknologi, diantaranya padi-
padian, palawija sayuran dataran rendah, sayuran dataran tinggi, tanaman perkebunan dan tanaman industri.
5.1.3. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Garut didominasi oleh kegiatan pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering, kegiatan perkebunan dan
kehutanan. Di wilayah Kabupaten Garut, 31,58 pesen merupakan kawasan hutan, perkebunan 18,38 persen dan persawahan sekitar 16,14 persen. Secara
keseluruhan penggunaan lahan di Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kabupaten Garut Tahun 2004
No.
1.
Uraian Luas ha
Persentase
Sawah 49.477 16,14
- Irigasi 38.026 12,41
- Tadah Hujan 11.451
3,74
2. Darat 252.097
82,25 - Hutan 96.814
31,58 - Kebun dan Kebun Campuran
56.350 18,38
- Tanah Kering SemusimTegalan 52.348
17,08 - Perkebunan 26.968
8,80 - PermukimanPerkampungan 12.312
4,02 - Padang Semak
7.005 2,29
- Pertambangan 200 0,07
- Tanah Rusak Tanus 66
0,02 - Inustri 34
0,01 3.
Perairan darat 2.038
0,66 - Kolam 1.826
0,60 - SituDanau 157
0,05 - Lainnya 55
0,02 4.
Penggunaan Tanah lainnya 2.907
0,95 Jumlah
306.519 100,00
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Garut, 2005
5.1.4. Geologi dan Jenis Tanah
Dataran tinggi Garut termasuk dalam zona Pegunungan Selatan, dilihat
dari sejarah geologinya dimulai pada jaman pretersier dengan jenis batuan aluvium, hasil gunung api tak terurai, pliosen fasies sedimen, miosen fasies
sedimen, miosen batu gamping dan andesit basal diabes. Jenis batuan terluas yang ada adalah batuan hasil gunung berapi tak teruraikan yaitu 124.556 Ha atau 40,64
persen dari luas wilayah. Batuan hasil gunung berapi tak teruraikan merupakan batuan dari hasil letusan gunung berapi dan pada umumnya terletak di dataran
tinggi bagian tengah dan utara. Filosen Fasies Sedimen merupakan batuan dari hasil letusan gunung berapi dan terdapat di sekitar wilayah pegunungan sebelah
selatan. Miosen Fasies Sedimen merupakan batuan yang terdapat di seluruh wilayah selatan dan di sepanjang pantai. Alluvium merupakan batuan dari hasil
endapan yang pada umumnya terdapat di sebagian pesisir dan dataran rendah bagian utara. Andesit, Basalt dan Diabes merupakan batuan yang relatif sedikit
berada di wilayah Kabupaten Garut. Kondisi geologis Kabupaten Garut terdiri atas tanah sedimen hasil letusan
Gunung berapi Papandayan dan Gunung Guntur dengan bahan induk batuan tuf dan batuan yang mengandung kwarsa. Di sepanjang aliran sungai pada umumnya
terbentuk jenis tanah Aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi tanah di bagian hulu atau sekitarnya oleh proses pengikisan dan pencucian
permukaan tanah. Oleh karenanya di bagian hulu sungai dan daerah aliran sungai terbentuk jenis tanah Laterit dan Podsolik Merah Kuning.
Dilihat dari sifat morfologisnya yang didasarkan kepada azas-azas terjadinya tanah dan relasi antara tanah, tanaman dan aktivitas manusia, maka
tanah di Kabupaten Garut bisa dibagi menjadi 6 enam jenis tanah soil group Tabel 16.
Tabel 16. Jenis Tanah di Kabupaten Garut, Tahun 2002
No Jenis Tanah
Luas Ha Persentase
1 Aluvial 18.216
5,94 2 Assosiasi
Podsolik 130.128
42,45 3 Assosiasi
Andosol 97.707
31,88 4 Assosiasi
Latosol 33.781
11,02 5 Assosiasi
Mediteran 5.031
1,64 6. Assosiasi
Ragosol 21.656
7,07
Jumlah 306.519 100,00
Sumber: Diperta Kabupaten Garut,2003
Kabupaten Garut didominasi oleh dua jenis tanah yaitu asosiasi Podsolik dan asosiasi Andosol 74,33 persen. Jenis tanah asosiasi Podsolik yang terluas
terdapat di Kecamatan Pakenjeng yaitu 22.041 Ha, sedangkan jenis tanah asosiasi Andosol yang terluas di Kecamatan cikajang yaitu 12.280 Ha. Sementara itu jenis
tanah asosiasi Mediteran hanya terdapat pada areal tanah sangat sempit yaitu mencakup areal seluas 5.031 Ha dan mencover 1,64 persen dari seluruh luas areal
wilayah Kabupaten Garut. Jenis tanah Alluvial banyak terdapat di wilayah bagian utara dan sebagian
selatan dengan tekstur halus sebagai hasil endapan. Tanah ini cocok untuk kegiatan budidaya pertanian sawah lahan basah. Jenis tanah regosol banyak
terdapat pada bagian selatan. Tanah regosol umumnya berwarna kelabu kekuning- kuningan, sifatnya asam, gembur serta peka terhadap erosi. Tanah ini cocok
digunakan untuk tanaman padi, tembakau dan sayur-sayuran. Jenis tanah Latosol banyak terdapat di sisi barat sebagai hasil endapan dari wilayah yang lebih tinggi.
Tanah ini cocok untuk tanaman kopi, coklat, padi, sayuran dan buah-buahan. Jenis tahan Andosol berwarna hitam karena berasal dari abu vulkanik, banyak terdapat
di daerah utara. Jenis tanah Mediteran berasal dari bahan induk batuan vulkanik muda, berada di sebagian kecil wilayah selatan.
Kemampuan tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah yang dipengaruhi oleh tingkat efektif kedalaman tanah, tekstur tanah, kelerengan tanah
dan drainase tanah. Kelerengan tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah dan khususnya terhadap kemungkinan terjadinya erosi. Berdasarkan derajat
kelerengan tanahnya, wilayah Kabupaten Garut dapat dibagi sebagai berikut : - Wilayah pesisir dan dataran rendah pada umumnya memiliki kemiringan 0-3
persen yaitu meliputi kecamatan-kecamatan yang terletak di sepanjang pantai. Wilayah Kabupaten Garut memiliki wilayah berbukit dan bergunung,
sehingga tingkat kelerengan tanah relative bervariasi, tetapi didominasi oleh tingkat kemiringan 8-40 persen. Daerah dengan tingkat kemiringan diatas 40
terdapat pada wilayah pegunungan seperti Gunung Cikuray. Tanah dengan kelerengan kurang dari 40 persen tingkat kemungkinan terjadi erosi tanahnya
rendah sehingga segala jenis kegiatan budidaya pada dasarnya dapat dilakukan.
- Kelerengan di atas 40 persen merupakan wilayah yang rentan terhadap terjadinya erosi tanah. Kelerengan ini banyak terdapat di wilayah sekitar
pegunungan. Kawasan ini merupakan kawasan yang harus dipertahankan fungsinya sebagai kawasan lindung karena terkait dengan pengamanan siklus
hidrologi dan menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup. Garut memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi, karena sebagian
besar wilayahnya memiliki tingkat kedalaman efektif yang cukup besar. Dilihat dari tekstur tanahnya. Tekstur tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu tekstur sedang, halus dan kasar. Tanah dengan tekstur haus mempunyai porositas yang rendah sehingga sulit untuk meresapkan air, sedangkan tanah
dengan tekstur kasar cenderung memiliki porositas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah meresapkan air. Wilayah Garut sangat bervariasi yaitu dari tekstur
halus sampai dengan kasar. Tanah bertekstur sedang tersebar pada hampir seluruh wilayah Kabupaten Garut yang mencakup areal seluas 278.644 Ha 90,91 persen
dari seluruh wilayah. Tanah bertekstur sedang merupakan kondisi yang menunjang kesuburan tanah yang relatif tinggi. Tanah bertekstur halus mencakup
areal seluas 5.886 Ha 1,92 persen sedangkan tanah bertekstur kasar mencakup areal seluas 21.989 Ha atau 7,17 persen dari keseluruhan wilayah.
Selain itu, kemampuan tanah juga tergantung pada drainase tanah yaitu kemampuan permukaan tanah unuk meresapkan air secara alami. Drainase tanah
dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu drainase baik atau tidak tergenang, drainase tergenang secara periodik dan drainase tergenang terus
menerus. Kondisi drainase tanah wilayah Kabupaten Garut relatif baik karena sebagian besar tidak tergenang.
5.1.5. Iklim dan Curah Hujan
Geografis Kabupaten Garut terletak di bagian selatan khatulistiwa, dan termasuk kedalam ikim tropis. Dalam setahun mengalami dua kali pergantian
musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Walaupun demikian, karena topografinya mempunyai variasi cukup besar dengan keadaan orografis yang agak
lebat dengan persentase keadaan hutan masih di atas 30 persen, maka beberapa wilayah tertentu banyak dipengaruhi iklim lokal regional climate, misalnya
daerah Cikajang, Cisurupan, Bayongbong sering terjadi hujan konventif dan hujan
orografis yang memungkinkan dapat bercocok tanam komoditi sayuran dan palawija sepanjang tahun.
Tipe iklim Kabupaten Garut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
•
Menurut Mohr 1933 termasuk golongan Iklim II yaitu rata-rata 1 bulan kering dan 11 bulan basah.
•
Menurut Schmidt dan Ferguson 1951; termasuk dalam tipe iklim C yaitu 3 bulan kering dan 9 bulan basah.
•
Menurut Oldeman 1974: termasuk tipe iklim C, yaitu terdapat 6 bulan basah berturut-turut dan 3 bulan kering berturut-turut.
Dengan demikian iklim dan cuaca di Kabupaten Garut dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: pola sirkulasi angin musiman monsoonal circulation
pattern , topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat,
dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan 2002 sampai dengan 2004 berkisar antara 2.589 mm, sedangkan di sekeliling daerah
pegunungan mencapai 3.500 – 4.000 mm. Variasi temperatur berkisar antara 24
C - 29 C.
Daerah daerah yang terletak di sebelah utara mendapat jumlah intensitas hujan yang makin meningkat menjadi lebih dari 4.000 mmtahun, sampai di
daerah sekitar pegunungan yang menghubungkan puncakgunung Papandayan dengan Gunung Mandalawangi. Daerah dengan jumlah rata-rata intensitas hujan
tertinggi adalah Pamegatan di Kecamatan Cikajang yaitu 4.228 mmtahun. Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut membawa
udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim
kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.
Keadaan hidrologi umumnya cukup baik. Hal ini didukung dengan banyaknya aliran sungai yang mengalir ke utara sebanyak 34 buah dan ke selatan
19 buah. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Garut memiliki kondisi hidrologi yang baik sehingga dapat mendukung kegiatan-kegiatan produksi pertanian dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
5.1.6. Komoditas Unggulan Kabupaten Garut
Garut memiliki berbagai komoditas unggulan yang berpotensial untuk dikembangkan. Komoditas-komoditas tersebut tersebar di beberapa wilayah di
Kabupaten Garut. Komoditas-komoditas tersebut memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah Kabupaten Garut. Tabel 17 merupakan berbagai komoditas
unggulan yang terdapat di Kabupaten Garut.
Tabel 17. Komoditas Unggulan Kabupaten Garut
No. Komoditas Unggulan Prioritas
1 Potensial Untuk
diunggulkan
1 Pangan Kedele,
Jagung Ubi kayu, kacang tanah,
Kacang merah, ubi jalar. 2
Sayuran Kentang, cabe merah, tomat
Kubis, buncis,Bwg.daun, bw.merah, labu siam,
ketimun, terung, bayam
3 Buah-buahan Jeruk
keproksiam Markisa, Alpukat,duku,
durian, manggis 4 Perkebunan
Teh, Akar wangi, Tembakau, Aren
Cengkeh, Nilam,Kelapa, 5
Perikanan perikanan Laut
Ikan darat nilem 6 Peternakan
Domba, sapi potong,sapi perah
Ayam buras, kerbau Sumber: BAPPEDA Kabupaten Garut, 2005
.
5.1.7.Struktur Perekonomian Kabupaten Garut
Masalah kemiskinan dan ketertinggalan Kabupaten Garut diantara kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Barat menjadi isu utama dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Garut. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional dan data Badan Pusat Statistik tahun 2003, Kementerian Negara
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menetapkan Kabupaten Sukabumi dan Garut menjadi daerah tertinggal bersama 188 daerah lain di Tanah Air.
Penetapan tersebut adalah berdasarkan enam kriteria, di antaranya persentase kemiskinan di daerah, kualitas pendidikan masyarakat, kesehatan, lapangan kerja,
infrastruktur, aksesibilitas terhadap dunia luar, dan rawan bencana alam.
Jika dilihat secara internal, Kabupaten Garut juga mengalami ketimpangan yaitu antara Kabupaten Garut bagian selatan dengan Kabupaten Garut bagian
utara. Kabupaten Garut bagian utara yang relatif bersifat kekotaan dapat terlihat kontras jika dibandingkan dengan keadaan eksisting di Kabupaten Garut bagian
selatan. Karakteristik daerah Kabupaten Garut yang sebagian besar merupakan perbukitan merupakan salah satu faktor limitasi perkembangan Kabupaten Garut.
Aksesibilitas yang memegang peranan penting dalam hal hubungan baik internal maupun eksternal wilayah dirasakan sangat kurang, terutama dalam hal kualitas
jalan di Kabupaten Garut bagian selatan. Selain itu, masih rendahnya sumber daya manusia, kurangnya kemampuan keuangan lokal, dan minimnya sarana dan
prasarana berdampak pada lambatnya perkembangan Kabupaten Garut bagian selatan.
5.2. Karakteristik Responden Petani dan Penyuling
Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan petani dan penyuling,
pengalaman bertani, luas lahan, status kepemilikan lahan, dan pola tanam akarwangi.
5.2.1. Umur Petani dan Penyuling
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 41 responden petani dan penyuling akarwangi, diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 41
sampai dengan 50 tahun dengan persentase 39,1 persen. Sedangkan elompok petani dan penyulling terendah yaitu kelompok umur 20-30 tahun dengan
persentase seesar 2,5 persen. Tabel 18 menunjukkan bahwa terdapat 5 kelompok umur petani dan penyuling akarwangi.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Petani dan Penyuling Berdasarkan Umur di Kabupaten Garut
Kelompok Umur Petani dan Penyuling
Tahun Jumlah
Orang Persentase
20-30 1
2,5 31-40
4 9,6
41-50 16
39,1 51-60
15 36,6
61 5
12,2
Total 41 100
5.2.2.
Pendidikan Terakhir
Sebagian besar petani dan penyuling akarwangi menyelesaikan pendidikannya hingga sekolah dasar SD yaitu sebanyak 28 orang atau 68,3
persen dari total responden. Tingkat pendidikan tertinggi petani dan penyuling adalah hingga perguruan tinggi, sedangkan tingkat terendah adalah tamat dari
sekolah dasar. Tingkat pendidikan petani dan penyuling tidak mempengaruhi kegiatan pengusahaan akarwangi. Jumlah dan persentase responden berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Petani dan Penyuling Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Garut
Tingkat Pendidikan Jumlah Orang
Persentase
Tamat SD 28
68,3 Tamat SLTP
- Tamat SMU
12 29,3
Tamat Diploma -
Tamat Sarjana 1
2,4 Lainnya -
Total 41 100
5.2.3.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi petani untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin besar
jumlah keluarga yang ditanggung maka semakin besar pula bebanbiaya yang dikeluarkan petani. Dari Tabel 20 , dapat dilihat bahwa 41,4 persen responden
petani memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 sampai 6 orang. Semua responden memiliki jumlah tangggungan keluarga minimal satu hingga dua orang
dengan persentase 4,9 persen.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Petani dan Penyuling Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kabupaten
Garut
Jumlah Tanggungan Responden Orang
Jumlah Orang
Persentase
0 0 1-2
2 4,9
3-4 16 39,0
5-6 17 41,4
7-8 4 9,8
8 2 4,9
Total 41 100
5.2.4. Pekerjaan Petani dan Penyuling
Pekerjaan yang dilakukan oleh ke-41 responden sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani akarwangi yaitu sebesar 68,3 persen atau sebanyak 28
orang dari total responden 41 orang. Sedangkan mata pencaharian sebagai petani dan penyuling sebanyak 24,4 persen. Penyuling akarwangi yang menjadi
responden sebanyak 7,3 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Petani dan Penyuling Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten Garut
Pekerjaan Jumlah
Orang Persentase
Petani Akarwangi 28
68,3 Penyuling Akarwangi
3 7,3
Petani dan Penyuling Akarwangi 10
24,4
Total 41 100
5.2.5. Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani akan sangat mempengaruhi dalam pembudidayaan dan penyulingan akarwangi. Semakin lama petani memiliki pengalaman bertani,
maka akan lebih mahir dalam membudidayakan akarwangi Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 41 orang responden petani dan penyuling
akarwangi diperoleh kesimpulan bahwa pengalaman bertani akarwangi terbanyak berkisar antara 11 sampai 20 tahun. Jumlah dan persentase responden berdasarkan
pengalaman bertani dan menyuling dapat dilihat pada Tabel 22 .
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Petani dan Penyuling Berdasarkan Pengalaman Bertani di Kabupaten Garut
Pengalaman Tahun
Jumlah Orang
Persentase
1-10 14 34,1
11-20 19 46,3
21-30 6 14,7
31-40 2 4,9
Total 41 100