3.1.4. Kriteria Kelayakan Investasi
Dalam mencari suatu ukuran menyeluruh tentang layak atau tidaknya suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut
disebut investment criteria. Setiap indeks menggunakan present value yang telah di discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu proyek. Setiap
kriteria digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek untuk dijalankan. Selain itu digunakan untuk memberi urutan ranking berbagai usul
investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing. Kriteria investasi tersebut antara lain Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit-
Cost Ratio Net BC, Gross Benefit Cost Ratio Gross BC, Profitability Ratio
PVK Kadariah et al, 1999.
1. Net Present Value NPV
Menurut Husnan dan Muhamad 2000, metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa yang akan datang. Nilai sekarang dapat dihitung dengan menentukan tingkat bunga terlebih dahulu. Pada dasarnya, tingkat bunga tersebut
adalah tingkat bunga pada saat kita menganggap keputusan investai masih terpisah dari keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita mulai mengaitkan
keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang
akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan. Apabila lebih kecil
NPV negatif proyek dinilai tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dijalankan.
2. Internal Rate of Return IRR
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa
mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga relevan tingkat keuntungan yang diisyaratkan, maka investasi dikatakan menguntungkan
dan sebaliknya bila lebih kecil dikatakan merugikan Husnan dan Muhamad, 2000 .
3. Net Benefit-Cost Ratio Net BC
Net BC merupakan angka perbandingan antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria yang digunakan untuk net BC
ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai BC ratio sebesar satu atau lebih jika arus biaya dan manfaat didiskonto pada tingkat biaya
opportunitas kapital Gittinger, 1986.
4. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC
Gross BC merupakan angka perbandingan antara benefit kotor dan cost
kotor. Cost dalam hal ini mencakup segala jenis biaya sosial baik modal maupun rutin. Gross BC bersifat peka terhadap angka perbandingan biaya rutin terhadap
benefit kotor. Maka sebagai kriteria pemilihan proyek, gross BC dapat menghsilkan kesimpulan yang keliru dan hendaknya jangan digunakan dalam
analisis benefit cost Kadariah et al, 1999.
5. Profitability Ratio PVK
Menurut Kadariah et al 1999, metode ini membedakan antara biaya modal dengan biaya rutin. Angka perbandingan ini dianggap mengukur
rentabilitas suatu investasi di atas tingkat discount rate-nya. Biasanya lebih mendekati Net BC daripada Gross BC. Apabila benefit atau biaya rutin mulai
tampak hanya sesudah proses investasi selesai, seperti halnya jika pengeluaran tahun-tahun pertama suatu proyek terbatas pada biaya modal saja ataupun biaya
rutin tidak pernah melebihi benefit kotor dalam suatu tahun tertentu, maka profitability ratio
betul-betul sama-sama dengan Net BC.
6. Payback Period PP
Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Oleh karena itu, satuan hasilnya bukan persentase tetapi satuan waktu bulan, tahun, dan
sebagainya. Dasar yang dipergunakan adalah aliran kas bukan laba. Bila periode payback ini lebih pendek daripada yang diisyaratkan maka proyek dikatakan
menguntungkan sedangkan bila lebih lama proyek ditolak. Merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan
untuk melunasi seluruh pengeluaran investasi. Semakin pendek periode pengembalian investasi suatu proyek akan semakin baik. Data yang digunakan
untuk menghitung payback period ini menggunakan data yang telah didiskontokan.
3.1.5. Risiko dalam Investasi
Setiap usulan investasi selalu mempunyai risiko Husnan dan Muhamad, 2000. Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin tinggi tingkat keuntungan
yang diminta para pemilik modal yang menanamkan modalnya. Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam memasukkan faktor risiko dalam investasi.
Masalah pokok dalam pemasukan faktor risiko dalam investasi antara lain adalah
dalam pendefinisian risiko tersebut. Maka, hubungan yang positif antara resiko dan tingkat keuntungan harus tetap berlaku.
Menurut Husnan dan Muhamad 2000, risiko adalah kemungkinan penyimpangan nilai riil dari nilai yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
penyimpangan, semakin besar risiko yang dimiliki investasi tersebut. Secara statistik, penyebaran nilai dari apa yang diharapkan diukur dengan deviasi standar
distribusi. Semakin besar deviasi standar tingkat keuntungan, semakin besar kemungkinan menyimpang dari rata-ratanya. Bila risiko suatu investasi bernilai
nol, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan seharusnya adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung risiko tingkat keuntungan bebas risiko.
Tetapi bila risiko suatu investasi yang diukur dengan deviasi standar, maka teori yang berlaku adalah teori portofolio dan model penentuan harga aktiva. Teori
portofolio dan metoda penentuan harga aktiva berguna dalam masalah penilaian investasi dengan memasukkan unsur risiko yang diukur dengan deviasi standar
bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi yaitu dengan memiliki beberapa jenis investasi. Dengan memiliki beberapa jenis investasi portofolio, maka
fluktuasi tingkat keuntungan akan makin berkurang karena saling menghilangkan. Dengan demikian deviasi standar dari sekumpulan investasi akan cenderung lebih
kecil daripada deviasi standar suatu investasi saja. Menurut Weston dan Copeland 1995, terdapat tiga jenis risiko proyek.
Pertama, risiko berdikari dari proyek itu sendiri yaitu risiko yang didasari asumsi bahwa proyek tersebut merupakan satu-satunya aktiva perusahaan dan bahwa
perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan. Kedua, risiko dalam perusahaan yaitu risiko yang diukur