penyulingan. Biaya pengangkutan akarwangi dari lahan menuju ke pabrik yaitu Rp. 200kg. Akarwangi yang memilik kualitas yang bagus untuk disuling yaitu
akarwangi yang kering. Sehingga pada proses pemanenan sebaiknya petani memanen akarwangi ketika musim kemarau karena harga jual akar yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kualitas akarwangi basah yang dipanen pada musim hujan.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan pada budidaya akarwangi hanya biaya pajak bumi dan bangunan PBB per hektar per tahun sebesar Rp. 66.137. Sebagian
besar responden petani merupakan pemilik lahan sendiri, jadi sebagian besar petani tidak mengeluarkan biaya sewa lahan. Biaya variabel dan biaya tetap dapat
dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41. Biaya Variabel dan Biaya Tetap yang Diperlukan Pada Kegiatan Budidaya Akarwangi per Hektar
Biaya Variabel Rp
Tahun 1 2 3
Bibit 1.882.715 2.716.368
2.716.368 Pupuk:
. Za 153.244
221.100 221.100
SP-36 92.175 132.990
132.990 KCl 90.969
131.250 131.250
Furadan 103.965 150.000
150.000 Tenaga Kerja:
Pengolahan Tanah 904.496
1.305.000 1.305.000
Penanaman 384.671 555.000
555.000 Pemeliharaan 904.496
1.305.000 1305000
Panen dan pasca panen 2.053.150
2.962.271 2.962.271
Biaya Transportasi 1.445.529
2.085.600 2.085.600
Total Biaya Variabel 8.015.410 11.564.579 11.564.579
Biaya Tetap
Pajak Bumi dan Bangunan 66.137
66.137 66.137
Total Biaya Tetap 66.137
66.137 66.137
6.5.1.3. Kelayakan Finansial Budidaya Akarwangi Pada Kondisi Tanpa Risiko
Analisis kelayakan budidaya akarwangi pada kondisi tanpa risiko dapat dilihat dari empat kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net BC, dan PP.
Bila NPV ≥ 0, IRR ≥ discount rate 8 persen, dan Net BC ≥ 1 menandakan
bahwa kegiatan budidaya akarwangi tanpa risiko layak untuk dijalankan. NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.394.179. Artinya, kegiatan budidaya
akarwangi selama umur proyek yaitu tiga tahun dengan menggunakan tingkat discount factor
8 persen memberikan keuntungan sebesar Rp. 1.394.179. Jadi, NPV tersebut menunjukkan manfaat bersih yang diterima petani dari kegiatan
budidaya selama umur proyek tiga tahun dengan tingkat discount rate 8 persen. Selain itu, IRR pada kondisi normal mencapai 13 atau IRR
≥ DF 8 persen. Artinya, tingkat pengembalian internal kegiatan budidaya sebesar 13
persen. Net BC pada kondisi normal mencapai 1,08 atau Net BC ≥ 1. Hal ini
berarti bahwa setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek tiga tahun mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,08. Sedangkan
payback period
merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan. Semakin pendek periode pengembalian investasi kegiatan budidaya akarwangi maka kegiatan
tersebut akan semakin baik. Dengan kata lain, payback periode merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya-biaya yang telah
dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Payback periode pada kondisi normal yaitu 2 tahun 5 bulan.