Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

berdasarkan pengalaman selama kurun waktu mengusahakan akarwangi. Produksi akarwangi tertinggi dalam satu hektar mecapai 13.014 kg dan produksi minyak akarwangi tertinggi pada satu penyulingan per tahun mencapai 5.739 kg. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 35 . Tabel 35. Produksi Akarwangi Dalam 1 Ha dan Minyak Akarwangi Dalam Satu PenyulinganTahun Pada Setiap Kondisi Kondisi Produksi Akarwangi Kg Produksi Minyak Akarwangi Kg Produksi Tertinggi 13.014 5.739 Produksi Normal 11.352 4.993 Produksi Terendah 8.882 2.587 Harga akarwangi pada setiap kondisi diperoleh dari data primer. Harga tertinggi, normal, dan terendah diperoleh petani dan penyuling berdasarkan pengalaman selama kurun waktu mengusahakan akarwangi. Harga akarwangi tertinggi sebesar Rp.2.821kg dan harga minyak akarwangi tertinggi sebesar Rp.582.000Kg. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Harga Output Akarwangi dan Minyak Akarwangi Pada Setiap Kondisi Kondisi Harga Akarwangi RpKg Harga Minyak Akarwangi RpKg Harga Output Tertinggi 2.821 582.000 Harga Output Normal 1.808 511.692 Harga Output Terendah 511 466.923 6.5. Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha akarwangi perlu dilakukan agar mengetahui seberapa layak lahan seluas 667 Ha yang belum termanfaatkan sehingga dapat memberikan pendapatan yang diharapkan petani dan penyuling. Analisis kelayakan akarwangi dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kelayakan budidaya akarwangi dan analisis kelayakan penyulingan akarwangi. Masing-masing kelayakan terdapat dua kondisi yaitu kondisi I yaitu kondisi tanpa memperhitungkan risiko dan kondisi II yaitu kondisi yang memperhitungkan risiko. Kondisi II memiliki tiga skenario yaitu skenario I, II, dan III. Skenario I yaitu analisis kelayakan dengan adanya risiko produksi. Skenario II yaitu analisis kelayakan dengan adanya risiko harga output. Skenario III yaitu analisis kelayakan dengan adanya risiko produksi dan harga output. 6.5.1. Analisis Finansial Budidaya Akarwangi Tanpa Risiko 6.5.1.1. Arus PenerimaanInflow Setiap komponen yang merupakan pemasukan bagi petani selama proyek berjalan akan dimasukkan ke dalam arus penerimaan. Penerimaan pada kegiatan budidaya akarwangi diperoleh dari penjualan akarwangi dan nilai sisa. Penerimaan akarwangi setiap tahun berbeda sesuai dengan kondisinya. Pada kondisi ini, petani berada pada kondisi normal yaitu kondisi yang dihadapi yaitu tanpa menghadapi risiko. Satu hektar lahan yang dibudidayakan dalam satu tahun menghasilkan akarwangi sebanyak 11.352 kg. Hasil tersebut diperoleh dari penanaman bibit sebanyak 2.020 kg. Pada tahun pertama, penerimaan petani belum maksimal. Hal ini karena pada tahun pertama kapasitas produksi akarwangi belum optimal. Kapasitas produksi tahun pertama mencapai 69,31 persen. Angka ini diperoleh dari pengurangan jumlah produksi rata-rata responden pada kondisi normal dengan jumlah produksi terendah responden pada kondisi normal dibagi dengan jumlah produksi rata-rata responden pada kondisi normal. Pada tahun kedua dan selanjutnya, kapasitas produksi mencapai optimal 100 persen karena petani telah mendapatkan pengalaman dari tahun pertama.