Skenario Model Pengendalian Model Dinamik Pengendalian Sedimentasi Waduk Bili-Bili

124 Simulasi dengan menggunakan kriteria pesimis, moderat dan optimis, dilakukan beberapa tindakan koreksi pada kemampuan penambangan sand mining, aktifitas pengerukan excavation dan pengoperasian pintu waduk untuk pengelolaan outflow dari waduk. Skenario model disusun berdasarkan komponen- komponen yang berperan penting pada masing-masing sub model. Komponen- komponen yang diskenariokan adalah aktifitas penambangan, aktifitas pengerukan dan pengoperasian pintu waduk untuk pengelolaan outflow dari waduk. Kombinasi dari ketiga komponen-komponen tersebut menghasilkan tiga skenario pengendalian sedimentasi waduk, yaitu: 1. Skenario pesimis: keadaan eksisting dimana tidak dilakukan perubahan atau kebijakan do nothing. Pada keadaan ini komponen penambangan yang dilakukan pada SP1 = 2000 m 3 , SP2= 900 m 3 , SP3= 1230 m 3 , SP5= 200 m 3 dan EOR= 3000 m 3 . Komponen pengerukan excavation= 7.700.000 m 3 , dan outflow= 0,01. Tidak ada tindakan konservasi di hulu DAS, nilai P=1. 2. Skenario moderat: keadaan dimana dilakukan perubahan atau kebijakan sesuai kemampuan yang ada untuk memperoleh keadaan terbaik dalam mengendalikan sedimentasi waduk. Pada keadaan ini komponen penambangan yang dilakukan pada SP1 = 2600 m 3 , SP2= 1200 m 3 , SP3= 1600 m 3 , SP5= 260 m 3 dan EOR= 3900 m 3 . Komponen pengerukan excavation= 1.925.000 m 3 , dan outflow= 0,013. Ada tindakan konservasi di hulu DAS yaitu dengan membuat teras bangku tradisional, nilai P=0,4. 3. Skenario optimis: keadaan dimana dilakukan perubahan atau kebijakan secara maksimal untuk memperoleh keadaan terbaik dalam mengendalikan sedimentasi waduk. Pada keadaan ini komponen penambangan yang dilakukan pada SP1 = 3000 m 3 , SP2= 1350 m 3 , SP3= 1845 m 3 , SP5= 300 m 3 dan EOR= 4500 m 3 . Komponen pengerukan excavation= 0 m 3 , dan outflow= 0,02. Tindakan konservasi di hulu DAS dilakukan secara optimal yaitu dengan membuat teras bangku konstruksi baik, nilai P=0,04. Dari hasil simulasi yang dilakukan diperoleh bahwa pada indikator kapasitas waduk menunjukkan bahwa skenario moderat dan optimis lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting pesimis. Pada keadaan pesimis, indeks 125 kapasitas waduk bernilai 1 pada tahun 2022. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2022 kapasitas waduk akan terancam tidak berfungsi lagi karena volume sedimentasi yang masuk sudah maksimal dan sangat bergantung kepada kemampuan debit outflow sedimen yang dilepaskan. Nampak dari gradien grafik yang cenderung menurun tetapi tetap dalam level yang mengkhawatirkan. Hasil simulasi ketiga skenario disajikan pada Gambar 49. Gambar 49 Perbandingan simulasi Indeks Kapasitas Waduk. Jika dilakukan skenario moderat maka indeks kapasitas waduk yang merupakan penggambaran kemampuan kapasitas waduk dalam menampung sedimentasi yang terjadi, menunjukkan bahwa kapasitas waduk yang terancam akan dapat dikendalikan dengan baik pada tahun 2022. Dengan skenario moderat pada tahun 2017 indeks kapasitas waduk adalah 0,8 dan mencapai nilai tertinggi pada tahun 2022 yaitu 0,83 namun kemudian dapat dikendalikan dan seterusnya menurun lebih cepat dibandingkan dengan keadaan pesimis. Adapun untuk kondisi optimis menunjukkan pada tahun 2016 nilai indeks kapasitas paling maksimal mencapai nilai 0,45. Hal ini berarti kapasitas waduk paling tinggi hanya tertampung 45 persen dari kapasitas maksimum. Selanjutnya, berdasarkan hasil simulasi submodel kapasitas waduk menunjukkan pada skenario moderat dan optimis dapat memberikan keadaan yang lebih baik dari kondisi eksisting. Pada skenario eksisting kapasitas waduk yang secara teknis adalah sebesar 29.000.000 m 3 akan terlampaui karena kapasitas 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 In d e ks Kap asi ta s w ad u k tahun Pesimis Moderat Optimis 126 waduk telah mencapai 30.212.085 m 3 pada tahun 2022 dan mencapai titik tertinggi sebesar 35.562.617 m 3 pada tahun 2027 sehingga waduk akan terancam tidak akan berfungsi dengan baik. Pada skenario moderat volume kapasitas waduk tertinggi terjadi pada tahun 2023 sebesar 24.208.276 m 3 dan pada skenario optimis volume kapasitas waduk terjadi pada tahun 2023 sebesar 13.688.674 m 3 . Secara lengkap grafik volume sedimentasi waduk disajikan pada Gambar 50. Gambar 50 Perbandingan simulasi Tingkat Sedimentasi Waduk. Kapasitas waduk merupakan parameter yang penting dalam pengendalian sedimentasi waduk, sehingga dari hasil simulasi untuk keadaan yang moderat dengan melakukan tindakan koreksi mampu untuk dikendalikan dengan baik sehingga waduk akan berfungsi dan berkelanjutan. Adapun untuk skenario optimis dibutuhkan usaha yang lebih optimal sehingga tentu saja memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lainnya. Untuk partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa tenaga kerja yang diserap pada keadaan eksisting masih belum optimal jika dibandingkan dengan keadaan yang lebih moderat. Dengan tindakan koreksi yang moderat diperoleh peningkatan penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi sehingga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar waduk baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada komponen partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa pada skenario pesimis tingkat partisipasi masyarakat yang dilihat dari kemampuan dalam 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Kap asi ta s Tam p u n g Ma ti ju ta m3 Tahun Pesimis Moderat Optimis 127 penyerapan tenaga kerja adalah sebanyak 827 orang pada tahun 2012, pada tahun 2025 sebanyak 10.148 orang dan pada tahun 2050 mencapai 92.371 orang. Untuk skenario moderat, kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.075 orang pada tahun 2012, pada tahun 2025 sebanyak 13.192 orang dan pada tahun 2050 mencapai 120.083 orang. Untuk skenario optimis, kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.241 orang pada tahun 2012, pada tahun 2025 sebanyak 15.221 orang dan pada tahun 2050 mencapai 138.557 orang. Hal ini disajikan pada Gambar 51 berdasarkan hasil simulasi untuk keadaan eksisting dan keadaan dengan perlakuan koreksi secara moderat dan optimis. Gambar 51 Perbandingan simulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat. Berdasarkan hasil simulasi model tersebut menunjukkan bahwa pada skenario pesimis tingkat partisipasi masyarakat cenderung rendah. Hal ini jika dilihat dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang diserap tidak terlalu banyak untuk jangka waktu sampai dengan tahun 2050. Untuk skenario moderat dan optimis nampak lebih baik dalam hal penyerapan tenaga kerja. Pada skenario moderat kemampuan tingkat partisipasi masyarakat mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan skenario pesimis dan skenario optimis bahkan mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan skenario pesimis. Demikian pula pada komponen pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa pada skenario pesimis tingkat pendapatan masyarakat yang dilihat dari kemampuan dalam memperoleh penghasilan dari setiap masyarakat adalah sebesar Rp.19.348.727.795.836 pada tahun 2012, pada tahun 2025 sebesar Rp. 165.313.133.626.489 dan pada tahun 2050 mencapai Rp. 926.073.846.433.462. 20 40 60 80 100 120 140 160 Pa rti si p asi M asya ra ka t ri bu o ra n g tahun Pesimis Moderat Optimis 128 Untuk skenario moderat, kemampuan dalam memperoleh penghasilan sebesar Rp.25.153.346.134.587 pada tahun 2012, pada tahun 2025 sebanyak Rp. 214.907.073.714.436 dan pada tahun 2050 mencapai Rp. 1.203.896.000.363.500. Untuk skenario optimis, kemampuan dalam memperoleh penghasilan sebesar Rp. 29.023.091.693.755 pada tahun 2012, adapun untuk tahun 2025 diperoleh sebesar Rp.247.969.700.439.733 dan kemudian yang diperoleh pada tahun 2050 mencapai Rp.1.389.110.769.650.190. selanjutnya, hal ini disajikan pada Gambar 52 berdasarkan hasil simulasi untuk keadaan eksisting dan keadaan dengan perlakuan koreksi secara moderat dan optimis. Gambar 52 Perbandingan simulasi Tingkat Pendapatan Masyarakat. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pada skenario moderat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan skenario pesimis. Adapun skenario optimis memberikan hasil yang jauh lebih baik dari skenario pesimis. Namun demikian pada skenario optimis perlu diperhatikan kemampuan dalam menjalankannya. Hal ini dikarenakan pada skenario optimis membutuhkan dukungan finansial yang tinggi untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai skenario yang direncanakan. Untuk itu pilihan skenario moderat masih lebih baik karena juga mempertimbangkan hal-hal yang menjadi hambatan dalam menjalankannya. Skenario moderat dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan finansial dan sarana prasarana yang ada sehingga tidak membebani dalam pelaksanaannya namun tetap memperoleh hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan untuk mengendalikan sedimentasi waduk. 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 Pend ap at an Ma sy ar ak at j u ta r p tahun Pesimis Moderat Optimis 129 Pendapatan petani di hulu DAS Jeneberang secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat erosi lahan yang terjadi. Peningkatan erosi yang terjadi secara akumulasi berpengaruh untuk mengurangi pendapatan petani secara nyata. Gradien peningkatan erosi lahan diikuti dengan penurunan gradien pendapatan petani, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi erosi lahan yang terjadi akan menurunkan pendapatan petani. Hal ini disajikan pada Gambar 53. Gambar 53 Perbandingan Tingkat erosi lahan dan Pendapatan petani.

5.3.6. Strategi Model Pengendalian

Penggundulan hutan dan perambahan hutan yang merupakan daerah konservasi dan kawasan penyangga di kawasan gunung Bawakaraeng menyebabkan lereng-lereng hutan telah berubah fungsi menjadi kebun. Perambahan hutan memang tidak mudah dicegah karena aktivitas masyarakat akibat desakan membengkaknya jumlah penduduk dan makin sempitnya lahan membuat mereka mendaki membuka lahan-lahan baru. Lahan pertanian, perkebunan, hingga permukiman, semakin mendekati daerah hulu, yang semestinya menjadi daerah hijau. Rusaknya lingkungan di kawasan hulu tersebut merupakan salah satu penyebab longsornya dinding kaldera. Longsornya dinding kaldera yang membawa sisa-sisa material vulkanik tersebut berdampak meningkatnya tingkat sedimentasi waduk yang berada di bagian hilir sungai Jeneberang. 22:17 06 Agu 2012 Page 1 2001 2013 2026 2038 2050 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 200000 400000 1e+010, 2e+010, 1: Erosi 2: Pendapatan Petani 1 1 1 1 2 2 2 2 130 Pengelolaan daerah tangkapan air sering kali dianjurkan sebagai cara terbaik untuk mengatasi permasalahan sedimentasi waduk. Penekanan laju erosi di daerah tangkapan waduk dapat dilakukan dengan teknik konservasi, baik secara mekanis maupun vegetatif, atau kombinasi dari keduanya. Penekanan laju erosi di daerah tangkapan akan berhasil dengan baik bila gangguan aktivitas manusia terhadap lahan di kawasan hulu dapat dikurangi atau ditekan serendah mungkin. Kecenderungan terjadinya penurunan kapasitas waduk Bili-Bili diakibatkan tingginya laju sedimentasi sehingga volume sedimen yang masuk melebihi kapasitas yang diperkenankan dead storage. Upaya pengendalian sedimentasi waduk Bili-Bili dapat dilakukan dengan beberapa alternative skenario. Dari tiga skenario yang diusulkan, maka skenario moderat merupakan pilhan yang paling optimal karena dengan menggunakan sumberdaya yang cukup telah dapat memberikan manfaat yang maksimal, khususnya jika dipandang dari aspek sosial ekonomi. Skenario moderat secara praktis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar waduk terutama berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam hal penyerapan tenaga kerja. Seperti telah dikemukakan bahwa erosi dan produksi sedimen akan mengancam keberlanjutan fungsi waduk. Tanpa mengurangi upaya perbaikan penggarapan lahan di wilayah hulu dan tengah, sektor pertambangan secara signifikan telah turut mempertahankan kapasitas tampung waduk. Selain itu, Peningkatan berbagai aktifitas perekonomian pada sektor pertanian di wilayah hulu dan tengah telah diperkirakan meningkatkan suplai sedimen ke dalam waduk. Untuk itu diperlukan kerjasama antara masyarakat pengguna lahan di wilayah hulu dan tengah dan masyarakat pengguna jasa waduk untuk menjaga agar seluruh fungsi waduk tetap berfungsi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi peningkatan produksi sedimen, yaitu pada tingkat sumber erosi lahan, dengan memperbaiki cara-cara penggunaan lahan, dan pada tampungan di sejumlah bangunan pengendali sedimen sabo dam dengan melakukan penambangan pasir dan batu. Kapasitas total tampungan bangunan pengendali direncanakan melampaui intensitas sedimen yang masuk, tetapi dengan adanya penambangan maka kapasitas tersebut tetap dapat dipertahankan.