58
Waduk Bili-Bili merupakan bendungan tipe urugan batu dengan inti kedap air. Waduk ini memiliki kedalaman efektif 36,6 m dengan luas genangan 18,5
km
2
. Adapun volume tampungan totalnya adalah 375.000.000 m
3
, dengan volume tampungan efektif adalah 346.000.000 m
3
, dan volume tampungan mati sebesar 29.000.000 m
3
. Adapun data teknis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Data Teknis Waduk Bili-Bili
Jenis Struktur Jumlahukuran
Deskripsi JumlahUkuran
Bendungan Utama Tipe
Urugan Batu Tinggi
76 m Panjang
750 m Lebar
10 m Volume
3.559.000 m
3
Sayap Kiri Bendung Tinggi
42 m Panjang
646 m Lebar
10 m Volume
1.515.000 m
3
Sayap Kanan Bendung Tinggi
42 m Panjang
412 m Lebar
10 m Volume
1.153.000 m
3
Waduk Daerah Tangkapan
384,4 Km
2
Kedalaman Efektif 36,6 m
Luas genangan 18,5 Km
2
Volume tampungan total 375.000.000 m
3
Volume tampungan efektif 346.000.000 m
3
Volume tampungan mati 29.000.000 m
3
Elevasi puncak EL. + 106,0 m
Elevasi muka air normal NWL EL. + 99,5 m
Elevasi muka air rendah SWL EL. + 65,0 m
Sumber : JICA 2005.
3.9. Bangunan Pengendali Sedimentasi Waduk Bili-Bili
Pada awalnya sebelum kejadian longsoran Kaldera untuk pengendalian sedimentasi di waduk telah dilengkapi dengan 8 delapan unit bangunan
pengendali sedimen BPS berupa Sabo dam di hulu sungai Jeneberang sampai dengan outlet waduk Bili-Bili. BPS tersebut 2 dua unit dibangun pada tahun
1997, 1 satu unit pada tahun 2000, dan 5 lima unit dibangun pada tahun 2001.
59
Terjadinya longsoran Kaldera pada tahun 2004 dengan total volume 250- 300 juta m
3
menyebabkan beberapa bagian dinding Kaldera menjadi tidak stabil. Diperkirakan total volume yang tidak stabil tersebut yang berpotensi untuk
terjadinya longsor susulan adalah sebesar 111,073 juta m
3
Hasnawir, 2006. Berdasarkan hal tersebut maka telah dibangun kembali BPS berupa 7 tujuh unit
Sabo dam penahan di bagian hulu sungai Jeneberang, di bagian tengah dibangun 4 empat unit Sabo dam pengendali dan 4 empat unit Konsolidasi dam. Di bagian
hilir dilakukan perbaikan pada 5 lima unit Kantong Pasir sand pocket.
3.10. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Lokasi penelitian meliputi dua kecamatan dan terdiri dari 16 desa atau kelurahan, dengan laju pertambahan penduduk dari tahun 2006
– 2009 sebesar 0,7 data hasil registrasi penduduk tahun 2010, BPS Kabupaten Gowa. Laju
pertambahan penduduk menurut jenis kelamin di wilayah hulu DAS Jeneberang tahun 2006
– 2009 tersaji dalam Tabel 15. Laju pertambahan penduduk kemungkinan terus meningkat dan akan berimbas pada ketenagakerjaan sehingga
mengakibatkan surplus tenaga kerja. Dampaknya semakin kecilnya ratio antara lahan pertanian dengan jumlah penduduk.
Tabel 15 Jumlah penduduk di wilayah hulu DAS Jeneberang tahun 2006 – 2009
Tahun Penduduk
Total KK
Laki-Laki Perempuan
2006 2007
2008 2009
39.232 38.859
39.838 40.634
39.032 38.959
40.038 40.432
78.264 77.816
79.876 81.068
15.653 15.564
15.975 16.214
Sumber: Kabupaten Gowa dalam Angka, 2010.
3.11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Indikator kependudukan yang sangat signifikan untuk mengamati tingkat perkembangan sumberdaya manusia suatu daerah yaitu struktur penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan masyarakatnya. Berdasarkan data tahun 2010 bahwa 44,85 penduduk di hulu DAS Jeneberang mempunyai tingkat pendidikan
rendah yaitu hanya sampai tingkat Sekolah Dasar SD, tamat SD 20,22, SMP