60
9,93, SMA 8,82 dan perguruan tinggi 2,21, sedangkan golongan buta huruf sebesar 13,97 Kabupaten Gowa dalam Angka, 2010.
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi. Sehubungan dengan hal tersebut
diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui program penyuluhan dan pelatihan. Peningkatan mutu sumberdaya
manusia dengan dibekali pengetahuan mengenai teknologi akan memberikan pemahaman akan pentingnya menjaga setiap lahan untuk mengurangi tingkat erosi
dan sedimentasi di wilayah hulu DAS Jeneberang.
3.12. Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk di wilayah hulu DAS Jeneberang sebagian besar mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu mata pencahariannya di samping sektor
lainnya seperti perdagangan, pegawai negeri, TNIPOLRI dan lainnya. Tatacara bertani yang diterapkan oleh masyarakat di daerah ini tidak
terlepas dari tata cara yang dilakukan oleh pendahulu mereka. Sebagian besar petani menggarap lahannya sebagai warisan nenek moyangnya sehingga mereka
merasa bebas mengolah lahannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Data dari BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk masih
didominasi oleh bidang pertanian. Walaupun demikian sejak terjadinya longsoran kaldera yang menyebabkan melimpahnya material pasir, batu dan sirtu
menyebabkan penduduk sebahagian yang sebelumnya petani beralih bekerja sebagai penambang pasir dan sirtu. Hal ini tentu saja membantu masyarakat dalam
berupaya mencari pekerjaan tambahan untuk kesejahteraannya. Perincian jumlah penduduk menurut mata pencahariannya disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di hulu DAS Jeneberang Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk orang Persentase
Pertanian Industri
Perdagangan Pegawai Negeri
TNIPOLRI Lainnya
203 4
25 18
10 12
74,64 1,47
9,19 6,62
3,68 4,41
Sumber: Kabupaten Gowa dalam Angka, 2010.
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini secara fisik terletak dalam sistem DAS Jeneberang. Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan yang secara fisik
mempunyai pengaruh langsung pada daya dukung waduk Bili-Bili, yakni wilayah DAS Jeneberang. Secara administratif daerah kajian Waduk Bili-Bili terletak di
Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 14 Lokasi Penelitian. Penelitian dilakukan dalam 2 dua tahap yaitu tahap survey awal
dilakukan pada bulan April 2009 hingga Mei 2009 dan pengambilan data yang dilanjutkan dengan pengolahan data penelitian dilakukan selama 8 bulan dari
bulan Juli 2009 sd Februari 2010.
4.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Peta dasar dan pendukung dengan skala 1 : 50.000 yaitu peta topografi, peta
geologi, peta penggunaan lahan, peta jaringan sungai, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta administrasi wilayah hulu DAS Jeneberang khususnya di
daerah tangkapan hujan Waduk Bili-Bili sebagai lokasi penelitian.