Cara Mekanik Struktural Sedimentasi Waduk 1. Laju Sedimen

35 Subarkah 2005 menyebutkan bahwa untuk pengendalian sedimen dapat dilakukan beberapa prinsip dasarnya yaitu dengan: 1 melakukan pencegahan produksi sedimen akibat erosi lateral dan vertikal, 2 menampung dan mengontrol aliran sedimen, 3 menetapkan dan menstabilkan alur sungai, 4 mengelola sedimen yang tertampung pada bangunan sabo. Selanjutnya, pengendalian sedimen dengan bangunan pengontrol erosi seperti check dam termasuk sabo mempunyai fungsi untuk mengontrol aliran sedimen pada saat terjadi banjir besar dengan cara mereduksi debit puncak sedimen. Konstruksi check dam yang dibangun melintang sungai akan membentuk dasar sungai yang lebih landai setelah check dam terisi sedimen dan membentuk penampang sungai yang lebih kecil. Pengaruh dari kemiringan dasar yang lebih landai dan penyempitan penampang sungai menyebabkan kecepatan banjir menjadi berkurang. Akibat berkurangnya kecepatan banjir menyebabkan sejumlah sedimen yang mengalir mengendap sementara di bagian hulu check dam sebagai volume kontrol. Kemudian pada saat banjir kecil banjir tahunan aliran air akan mengangkut endapan sedimen tersebut ke hilir sedikit demi sedikit secara alami.

2.5.3. Kombinasi Vegetatif dan Mekanik

Teknik pencegahan erosi yang paling efektif adalah kombinasi dari teknik atau cara vegetatif dan cara mekanik Asdak, 2004. Kedua cara tersebut bersifat saling mendukung. Usaha untuk memantapkan jurang yang disebabkan oleh erosi parit, misalnya, diperlukan penanaman vegetasi. Untuk dapat tumbuh dengan baik, vegetasi tersebut memerlukan pra kondisi, yaitu keadaan tanah yang stabil. Keadaan ini dapat diwujudkan dengan bantuan bangunan mekanik, seperti dinding penahan. Salah satu bangunan pengendali sedimen yang dianggap dapat mengkombinasikan fungsi vegetasi dan mekanik adalah sabo. Kegiatan Sabo Works adalah pekerjaan pengendalianpenanggulangan sedimen perusak dengan membangun beberapa fasilitas bangunan sabo pada alur sungai curam untuk menjaga sungai agar senantiasa dalam kondisi seimbang. Adapun untuk non konstruksi adalah pekerjaan pengendalian penanggulangan sedimen perusak dengan cara vegetasi, terasering, pengaturan tata guna lahan. 36 2.6. Sistem dan Pendekatan Sistem Manetsch dan Park 1977 mengartikan sistem sebagai suatu interkoneksitas antar elemen-elemen dan terorganisasi menuju satu tujuan atau beberapa tujuan. Secara teoritis komponen dalam suatu sistem saling berhubungan dan memiliki ketergantungan antar komponen. Sistem harus dipandang scara keseluruhan dan bersifat sebagai pengejar sasaran goal seeking sehingga terjadi keseimbangan untuk mencapai tujuan. Suwarto 2006 menyatakan bahwa suatu sistem didefenisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan kompleks. Namun tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan unity, hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna. Eriyatno 2003 menjelaskan elemen atau komponen sistem adalah unsur entily yang mempunyai tujuan atau realitas fisik. Elemen mempunyai atribut berupa nilai bilangan, formula intensitas atau suatu keadaan fisik seperti seseorang, mesin, organisasi. Muhammadi et al. 2001, menyatakan unsur adalah benda, baik kongkirit maupun abstrak yang menyusun obyek sistem. Interaksi atau hubungan menyatakan apabila ada perubahan pada atribut suatu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam atribut elemen yang terkait Eriyatno, 2003. Muhammadi et al. 2001, interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur yang memberi bentuk atau struktur kepada objek dan mempengaruhi perilaku dari objek. Menurut Manetsch dan Park 1977 sistem secara garis besar dibagi menjadi dua pengertian yaitu: 1. sistem sebagai entitas wujud sistem merupakan suatu himpunan bagian yang saling berkaitan yang membentuk satu keseluruhan yang rumit atau kompleks tetapi merupakan satu kesatuan. Contoh wujud: alam semesta, manusia, mobil dan lain-lain. Menganggap sistem sebagai suatu entitas pada dasarnya bersifat deskriptif. 2. sistem sebagai suatu metode sistem diartikan sebagai tata cara prosedur yang bersifat preskriptif. Selain keteraturan dan ketertiban juga memiliki makna adanya pendekatan rasional dan