Longsor Erosi dan Longsor 1. Erosi
19
terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata disebut longsoran pergerakan blok, dan jika bergerak ke bawah dengan cara
jatuh bebas disebut runtuhan batu. Longsoran rayapan tanah adalah jenis longsoran yang bergerak lambat
sehingga hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau rumah
menjadi miring ke bawah. Jenis tanah longsor akibat aliran bahan rombakan terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung
pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter
jauhnya. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. Untuk lebih jelasnya beberapa gambar jenis tanah longsor dapat dilihat pada Gambar 3.
Longsoran translasi Longsoran rotasi
Longsoran pergerakan blok Longsoran runtuhan batu
Longsoran rayapan tanah Longsoran aliran bahan rombakan
Gambar 3 Jenis Tanah Longsor Kementerian ESDM, 2008.
20 Menurut Hardiyatmo 2006 terdapat banyak faktor penyebab terjadinya
longsoran seperti kondisi geologi dan hidrologi, topografi, iklim dan perubahan cuaca dapat mempengaruhi stabilitas lereng. Longsoran jarang terjadi hanya oleh
satu sebab saja. Adapun sebab-sebab longsoran lereng alam yang sering terjadi menurut Kementrian ESDM 2008 dijelaskan antara lain:
1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November awal
musim hujan karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering
terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah
longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng Terjal Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180
apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain
itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
21
4. Batuan yang Kurang Kuat Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal. 5. Jenis Tata Guna Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah penggunaan lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah
menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat
menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,
getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7. Adanya Material Timbunan pada Tebing Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman, umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
8. Susut Muka Air Danau atau Bendungan Akibat susutnya muka air yang cepat di danau, maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran
dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan. 9. Bekas Longsoran Lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah
terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memiliki ciri: adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda, umumnya dijumpai mata
22 air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur, daerah badan
longsor bagian atas umumnya relatif landai, adanya longsoran kecil terutama pada tebing lembah, adanya tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas
longsoran kecil pada longsoran lama, alur lembah dan pada tebingnya memiliki retakan dan longsoran kecil.
Masalah stabilitas lereng baik yang secara alami maupun disebabkan oleh penggalian tanah, telah muncul di berbagai bidang kegiatan manusia, yang
manakala stabilitas lereng terganggu, berbagai pergerakan tanah akan terjadi. Menurut Suparman et al. 2009 pergerakan tanah secara garis besar terdiri dari
tanah gerak landslide, tanah longsor slope failure dan aliran runtuhan debris flow. Kejadian dan penyebab dari tanah gerak landslide dan tanah longsor
slope failure dapat dibedakan berdasarkan berbagai kondisi melalui pengamatan yang cermat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kejadian dan Penyebab terjadinya Tanah Gerak dan Longsor No
Uraian Tanah Gerak
landslide Tanah Longsor
slope failure
1 Kondisi Lahan
Seringkali terjadi di tempat-tempat yang kondisi geologisnya spesifik
Tidak banyak berhubungan dengan geologi
2 Karakteristik
tanah Luncuran terjadi dengan bidang luncur
terutama pada tanah lempung Sering terjadi pada tanah
berpasir decomposed granite, tanah atau vulkanis
3 Topografi
Terjadi pada lereng landai dengan sudut 5
-20 dan sangat sering
membentuk suatu bidang datar seperti topografi di bagian hulu
Sering terjadi pada lereng curam dengan sudut
kemiringan 20 4
Kegiatan luncuran
Menerus dan berulang kali terjadi Terjadi mendadak
5 Kecepatan
perpindahan luncuran
Biasanya kecepatannya rendah 0,001 sd 10 mmhari
Kecepatan tinggi 10 mmhari
6 Massa tanah
Perubahan massa tanah kecil, seringkali bergerak sambil
mempertahankan bentuk aslinya Massa tanah berubah bentuk
7 Penyebab
longsoran Pengaruh dari air tanah sangat besar
Disebabkan terutama oleh intensitas curah hujan
8 Ukuran
longsoran Ukurannya besar 1-100 ha
Kurang dari 1 ha 9
Indikasi Perkembangan kejadian mulai dari
retakan, penurunan, timbulnya air tanah dapat diamati sebelum longsoran
Terjadi mendadak dengan tanda-tanda yang tidak jelas
Sumber: Suparman et al. 2009.
23
2.3. Sedimentasi Waduk 2.3.1. Laju Sedimen
Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi secara umum disebut sedimen. Sebagian saja dari sedimen yang akan
sampai dan masuk ke dalam sungai dan terbawa keluar daerah tampung atau daerah aliran sungai. Nisbah jumlah sedimen yang betul-betul terbawa oleh sungai
dari suatu daerah terhadap jumlah tanah yang tererosi dari daerah tersebut, dinamakan Nisbah Pelepasan Sedimen NPS atau Sediment Delivered Ratio
SDR. Nilai NPS yang mendekati satu artinya semua tanah yang tererosi masuk ke dalam sungai hanya mungkin terjadi pada daerah aliran sungai kecil dan yang
tidak mempunyai daerah-daerah datar atau yang memiliki lereng-lereng curam, banyak butir-butir tanah halus yang terangkut, kerapatan drainase yang tinggi,
atau secara umum dikatakan tidak memiliki sifat yang cenderung menghambat pengendapan sedimen di dalam daerah aliran Arsyad, 2006.
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh suatu aliran akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti.
Proses ini yang dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan, atau proses yang menyebabkan terbentuknya dataran-dataran aluvial yang luas yang pada banyak
tempat di dunia merupakan pendukung perkembangan pertanian. Namun demikian, sedimen yang dihasilkan oleh tererosinya tanah yang salah dalam
pengelolaannya akan menimbulkan masalah. Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen hasil proses erosi, baik
berupa erosi permukaan, erosi parit atau erosi tanah lainnya yang terjadi di dasar- dasar waduk, sungai, muara sungai dan laut. Sedimen yang terbawa sampai masuk
ke dalam waduk atau danau sebagian akan terendap dalam waduk atau danau tersebut dan sebagian akan terbawa oleh air yang mengalir keluar. Bagian dari
sedimen yang mengendap di dalam waduk menunjukkan efisiensi waduk dalam menangkap sedimen. Kemampuan waduk untuk menahan dan mengendapkan
sedimen tersebut disebut keefisienan perangkap atau trap efficiency, yang dinyatakan dalam persen terhadap banyaknya sedimen yang terbawa aliran masuk.
Efisiensi perangkap tergantung pada sifat-sifat sedimen distribusi ukuran butir dan laju aliran melalui waduk Arsyad, 2006.
24 Volume sedimen yang masuk ke dalam waduk dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut ini Sukartaatmadja, 2004: a. Musim, yaitu besarnya curah hujan dan adanya limpasan runoff.
Kemampuan curah hujan menimbulkan erosi pada tanah didasarkan pada besarnya curah hujan, intensitas hujan dan penyebaran hujan. Hal tersebut
menentukan kekuatan aliran permukaan, sehingga menyebabkan erosi permukaan yang masuk ke dalam aliran sungai dan akhirnya mengalir dan
masuk ke waduk. b. Vegetasi pada daerah pengaliran. Hal ini berkaitan dengan besarnya erosi
tanah erosi permukaan yang diakibatkan tidak adanya pengelolaan tanaman sebagai pelindung tanah. Penanaman tumbuhan pada daerah aliran sungai dan
sekitar waduk yang tidak dikelola dengan baik dan dalam jumlah yang sedikit akan semakin memudahkan terjadinya erosi permukaan akibat adanya
pengikisan permukaan tanah secara langsung. c. Geologi dan sifat tanah permukaan. Laju sedimentasi tergantung pada kondisi
geologi sifat batuan dan erosi permukaan juga tergantung dari sifat tanah permukaan, seperti struktur tanah dan permeabilitas tanah.
d. Kemiringan tanah dan sungai, yaitu berkaitan dengan panjang kemiringan dan besarnya kemiringan. Semakin panjang dan besar kemiringan tanah, maka
erosi permukaan akan semakin besar, sehingga mengakibatkan bertambahnya sedimen yang masuk ke dalam waduk.
e. Aktifitas manusia dan pengelolaan lahan, yaitu kegiatan manusia dengan pembuatan bangunan serta pekerjaan yang dilakukan di dalam alur sungai
ataupun yang berhubungan dengan pola penggarapan lahan yang baik, misalnya dengan terasering dan penanaman sejajar berpola, dimana hal ini
dapat mengurangi terjadinya kehilangan tanah akibat erosi permukaan. f. Karakteristik waduk, yaitu kapasitas, kedalaman, fluktuasi permukaan air
yang terdapat di dalamnya.