Efisiensi tangkapan sedimen trap efficiency
94
kapasitas waduk dan inflow setiap tahun. Hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan data kapasitas waduk dan aliran inflow disajikan pada Tabel 24.
Efisiensi Tangkapan Sedimen berkurang dari 90,81 1997 menjadi 73,34 2005, namun kemudian meningkat kembali 92,57 pada tahun 2007 dan
cenderung menurun menjadi 89,79 pada tahun 2008. Tabel 24 Efisiensi Tangkapan Sedimen 1997-2008
Tahun C m
3
I m
3
tahun CI
Te 1997
375.000.000 1.854.040.558
0,2022 90,81
2001 366.623.987
1.270.118.181 0,2886
92,81 2004
352.065.882 2.236.983.017
0,1573 89,08
2005 330.322.479
8.242.750.015 0,0400
73,34 2006
323.750.993 3.406.095.492
0,0950 84,68
2007 322.540.303
1.172.011.222 0,2752
92,57 2008
299.945.000 1.727.769.509
0,1736 89,79
Gambar 32 Grafik Kapasitas waduk dan Efisiensi Tangkapan Sedimen di Waduk Bili-Bili.
Dari Gambar 32 mengenai grafik perbandingan kapasitas waduk dan efisiensi tangkapan sedimen di waduk Bili-Bili menunjukkan bahwa dampak dari
longsoran kaldera yang terjadi pada tahun 2004 berimplikasi meningkatnya debit inflow secara cepat pada tahun 2005 sebesar 8.242.750.015 m
3
dari tahun sebelumnya yang hanya
2
.236.983.017 m
3
. Sementara kapasitas waduk terus berkurang dari 375.000.000 m
3
1997 menjadi 299.945.000 m
3
2008. Dengan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
100 200
300 400
500 600
700 800
900
1997 2001
2004 2005
2006 2007
2008
juta m
3tah u
n
C m3 I 10m3tahun
Te
Tahun Tahun
95
demikian efisiensi tangkapan sedimen secara nyata juga ikut menurun sampai 73,34 pada tahun 2005. Namun demikian kemampuan waduk kembali membaik
karena adanya usaha pengendalian sedimen yang dilakukan di sepanjang sungai Jeneberang yang turut mempengaruhi masuknya sedimen ke waduk Bili-Bili.
5.2. Identifikasi Pola Pengendalian Bangunan Pengendali Sedimentasi
Daerah Tangkapan Air Waduk Bili-Bili 5.2.1 Kajian Kapasitas Bangunan Pengendali Sedimen
Runtuhnya dinding Kaldera pada tahun 2004 menyebabkan tingkat sedimentasi sungai Jeneberang meningkat tajam akibat tingginya material
longsoran yang masuk ke badan sungai. Berdasarkan data sampai dengan tahun 2008, volume material yang longsor mencapai 250-300 juta m
3
JICA, 2005 dan yang berupa sedimen telah mengalir ke sungai Jeneberang sebesar 140 juta m
3
dan selebihnya masih berada di Kaldera. Material longsoran yang tertinggal di bagian Kaldera Gunung
Bawakaraeng tersebut bersifat tidak stabil yang berarti sewaktu-waktu akan dapat terbawa ke badan sungai Jeneberang yang merupakan sungai utama menuju
waduk Bili-Bili. Dengan demikian erosi longsoran masih berpotensi untuk terjadinya aliran sedimen yang besar. Berdasarkan hal tersebut telah dibangun
pengendali aliran sedimen berupa sabo dam, konsolidasi dam, kantong pasir sand pocket. Pelaksanaan pengendalian sedimentasi akibat longsoran di sepanjang
DAS Jeneberang dibuat dalam empat bagian, yaitu di bagian hulu upper stream, tengah middle stream, hilir downstream dan waduk Bili-Bili.