59
Terjadinya longsoran Kaldera pada tahun 2004 dengan total volume 250- 300 juta m
3
menyebabkan beberapa bagian dinding Kaldera menjadi tidak stabil. Diperkirakan total volume yang tidak stabil tersebut yang berpotensi untuk
terjadinya longsor susulan adalah sebesar 111,073 juta m
3
Hasnawir, 2006. Berdasarkan hal tersebut maka telah dibangun kembali BPS berupa 7 tujuh unit
Sabo dam penahan di bagian hulu sungai Jeneberang, di bagian tengah dibangun 4 empat unit Sabo dam pengendali dan 4 empat unit Konsolidasi dam. Di bagian
hilir dilakukan perbaikan pada 5 lima unit Kantong Pasir sand pocket.
3.10. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Lokasi penelitian meliputi dua kecamatan dan terdiri dari 16 desa atau kelurahan, dengan laju pertambahan penduduk dari tahun 2006
– 2009 sebesar 0,7 data hasil registrasi penduduk tahun 2010, BPS Kabupaten Gowa. Laju
pertambahan penduduk menurut jenis kelamin di wilayah hulu DAS Jeneberang tahun 2006
– 2009 tersaji dalam Tabel 15. Laju pertambahan penduduk kemungkinan terus meningkat dan akan berimbas pada ketenagakerjaan sehingga
mengakibatkan surplus tenaga kerja. Dampaknya semakin kecilnya ratio antara lahan pertanian dengan jumlah penduduk.
Tabel 15 Jumlah penduduk di wilayah hulu DAS Jeneberang tahun 2006 – 2009
Tahun Penduduk
Total KK
Laki-Laki Perempuan
2006 2007
2008 2009
39.232 38.859
39.838 40.634
39.032 38.959
40.038 40.432
78.264 77.816
79.876 81.068
15.653 15.564
15.975 16.214
Sumber: Kabupaten Gowa dalam Angka, 2010.
3.11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Indikator kependudukan yang sangat signifikan untuk mengamati tingkat perkembangan sumberdaya manusia suatu daerah yaitu struktur penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan masyarakatnya. Berdasarkan data tahun 2010 bahwa 44,85 penduduk di hulu DAS Jeneberang mempunyai tingkat pendidikan
rendah yaitu hanya sampai tingkat Sekolah Dasar SD, tamat SD 20,22, SMP
60
9,93, SMA 8,82 dan perguruan tinggi 2,21, sedangkan golongan buta huruf sebesar 13,97 Kabupaten Gowa dalam Angka, 2010.
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi. Sehubungan dengan hal tersebut
diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui program penyuluhan dan pelatihan. Peningkatan mutu sumberdaya
manusia dengan dibekali pengetahuan mengenai teknologi akan memberikan pemahaman akan pentingnya menjaga setiap lahan untuk mengurangi tingkat erosi
dan sedimentasi di wilayah hulu DAS Jeneberang.
3.12. Mata Pencaharian Penduduk
Penduduk di wilayah hulu DAS Jeneberang sebagian besar mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu mata pencahariannya di samping sektor
lainnya seperti perdagangan, pegawai negeri, TNIPOLRI dan lainnya. Tatacara bertani yang diterapkan oleh masyarakat di daerah ini tidak
terlepas dari tata cara yang dilakukan oleh pendahulu mereka. Sebagian besar petani menggarap lahannya sebagai warisan nenek moyangnya sehingga mereka
merasa bebas mengolah lahannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Data dari BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk masih
didominasi oleh bidang pertanian. Walaupun demikian sejak terjadinya longsoran kaldera yang menyebabkan melimpahnya material pasir, batu dan sirtu
menyebabkan penduduk sebahagian yang sebelumnya petani beralih bekerja sebagai penambang pasir dan sirtu. Hal ini tentu saja membantu masyarakat dalam
berupaya mencari pekerjaan tambahan untuk kesejahteraannya. Perincian jumlah penduduk menurut mata pencahariannya disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di hulu DAS Jeneberang Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk orang Persentase
Pertanian Industri
Perdagangan Pegawai Negeri
TNIPOLRI Lainnya
203 4
25 18
10 12
74,64 1,47
9,19 6,62
3,68 4,41
Sumber: Kabupaten Gowa dalam Angka, 2010.