Model Sistem dinamik pengendalian sedimentasi di Waduk Bili-Bili

70 penentuan stakeholders, analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan pemodelan. Tahap analisis kebutuhan yaitu dengan menentukan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem pengendalian sedimentasi waduk. Kebutuhan setiap komponen atau stakeholders berbeda sesuai dengan tujuan dan tingkat kepentingan masing-masing, saling berinteraksi satu sama lain dan berpengaruh terhadap sistem pengendalian tersebut. Formulasi masalah disusun berdasarkan sumberdaya dan kepentingan pelaku. Pertama adalah adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Kedua adalah adanya perbedaan kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan dari sistem tersebut. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yag harus diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Hubungan tersebut digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop. Selanjutnya diagram lingkar sebab akibat tersebut diinterpretasi kedalam diagram input-output. Berdasarkan analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem maka rancangan model pengendalian sedimentasi waduk dibangun melalui 4 submodel, yaitu: - Submodel pengendalian erosi lahan dimana komponennya adalah iklim, jenis tanah, panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman, pengelolaan lahan dan tindakan konservasi. Volume sedimen lahan diperoleh berdasarkan tingkat erosi lahan yang dikalkulasi berdasarkan persamaan erosi dari USLE dengan parameter input RKLSCP serta luasan waduk. - Submodel pengendalian longsoran dimana komponennya adalah longsoran kaldera, bangunan sabo dam penahan, bangunan sabo dam konsolidasi, bangunan sand pocket dan penambangan sand mining. Volume sedimen longsoran dihasilkan berdasarkan massa longsoran kaldera dan efektifitas dari seri bangunan pengendali yang telah ada berdasarkan kapasitasnya serta volume aktifitas penambangan serta pengerukan pada 71 wilayah hulu waduk. Massa longsoran diperhitungkan dengan kemungkinan adanya longsoran susulan sebagai antisipasi terhadap keberlanjutan waduk. - Submodel sosial ekonomi dimana komponennya adalah pendapatan penambang, pertumbuhan penambangan, volume penambangan, pajak penambangan. Memperhitungkan dampak sosial melalui partisipasi masyarakat jumlah pemanfaatan tenaga kerja dan ekonomi melalui tingkat pendapatan masyarakat terhadap aktifitas penambangan sedimen yang tertampung pada bangunan pengendali Sand Pocket maupun area lainnya. - Submodel kapasitas waduk dimana komponennya adalah tingkat sedimentasi akibat longsoran, tingkat sedimentasi akibat erosi lahan, kapasitas waduk dan outflow sedimentasi. Memperhitungkan indeks kapasitas waduk yang merupakan perbandingan kapasitas mati waduk dan sedimentasi lahan dan longsor yang masuk. Kapasitas waduk dikaitkan dengan aktifitas penambangan material sedimen dan juga aktifitas pengerukan sebagai salah satu pengendali sedimen secara mekanis di bagian hulu waduk. Perumusan rancangan alternatif atau skenario model pengendalian sedimentasi waduk yang dibangun berdasarkan dari empat submodel tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis program Stella 9.02. Model yang dibangun diuji kebenarannya berdasarkan kondisi objektif dengan melakukan uji validitas dan sensitivitas model. Uji validitas dilakukan melalui uji struktur dan uji kinerja model. Uji validitas struktur dilakukan untuk mengetahui tingkat keyakinan akan struktur model valid secara ilmiah. Apakah konstruksi model yang dibangun sesuai dengan teori dan konsisten. Uji validitas kinerja dilakukan untuk memperoleh keyakinan kesesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya atau sesuai dengan data empirik. Uji validitas kinerja dilakukan berdasarkan nilai AME Absolute Mean Error dan AVE Absolute Variation error dengan nilai penyimpangan yang diizinkan adalah 5-10. Adapun uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekuatan model terhadap waktu. Hal ini dilakukan dengan menguji respon model terhadap stimulus dengan tujuan untuk menemukan tindakan baik untuk mempercepat 72 kemungkinan pencapaian positif, atau mengantisipasi dampak negatif. Uji sensitivitas dapat dilakukan dengan memberikan fungsi-fungsi khusus kepada model intervensi fungsional atau dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model dengan cara mengubahnya intervensi struktural. Berdasarkan model yang telah diuji kemudian dilakukan beberapa simulasi melalui skenario yang dibuat untuk memperoleh hasil yang terbaik dari alternatif- alternatif yang ada. Faktor sosial disimulasikan berdasarkan dampak dari aktifitas penambangan sedimentasi yang tertampung terhadap penyerapan tenaga kerja baik pada saat pelaksanaan fisik bangunan pengendali maupun pada aktifitas penambangan. Selanjutnya faktor ekonomi tentu saja mengkalkulasi penghasilan yang diperoleh masyarakat setempat dari aktifitas yang dilakukan yaitu sebagai tenaga kerja ataupun sebagai pengusaha pada penambangan material sedimen.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Sumber Sedimen Daerah Tangkapan Air Waduk dan

Tingkat sedimentasi di Waduk Bili-Bili 5.1.1. Analisis Tingkat Erosi Lahan pada Sub DAS Jeneberang Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan. Besarnya erosi sangat tergantung dari beberapa faktor alam di tempat kejadian erosi tersebut, namun demikian saat ini manusia juga ikut berperan penting atas terjadinya erosi. Adapun faktor alam yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landsekap dan curah hujan. Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya danatau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu analisis tingkat erosi lahan sehingga bisa dilakukan suatu pengelolaan lahan yang berfungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan.

a. Data Curah Hujan

Data curah hujan untuk Daerah Aliran Waduk Bili-Bili diambil dari 3 stasiun curah hujan, yaitu Bili-Bili Dam, Jonggoa dan Malino. Ketiga stasiun curah hujan tersebut dipilih karena dapat mewakili data curah hujan yang mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah sub DAS Jeneberang. Dari data curah hujan bulanan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 menunjukkan bahwa musim hujan diawali pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan Juni. Untuk setiap tahunnya rata-rata terdapat 9 bulan basah dan 3 bulan kering. Pada musim hujan jumlah curah hujan maksimum terjadi pada bulan Desember tahun 2008 yaitu sebesar 1129 mm stasiun Malino dan rata-rata bulanan sebesar 259 mmbulan. Pada bulan basah Oktober-Juni curah hujan minimum terjadi pada bulan April tahun 2005 yaitu sebesar 79 mm stasiun Bili- Bili Dam. Grafik jumlah curah hujan bulanan untuk setiap stasiun pengamatan disajikan pada Gambar 17. 74 Gambar 17 Grafik Curah Hujan Bulanan untuk setiap stasiun. Dari data curah hujan, disajikan bahwa intensitas hujan pada bulan Juli, Agustus dan September sangat rendah dengan jumlah hari hujan rata-rata 5 hari. Curah hujan rata-rata pada bulan tersebut adalah kurang dari 150 mm, dimana 200 400 600 800 1000 1200 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Cu ra h Hu jan m m Jumlah Curah Hujan Bulanan Sta. Bili-Bili Dam mmbln Rerata Max Min 200 400 600 800 1000 1200 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Cu ra h Hu jan m m Jumlah Curah Hujan Bulanan Sta. Jonggoa mmbln Rerata Max Min 200 400 600 800 1000 1200 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Cu ra h Hu jan m m Jumlah Curah Hujan Bulanan Sta. Malino mmbln Rerata Max Min