Penutupan Lahan KARAKTERISTIK DAERAH TANGKAPAN WADUK BILI-BILI 3.1. Lokasi dan Luas

49 hutan, permukiman dan waduk multifungsi Bilibili. Dari hasil analisis peta penggunaan lahan wilayah sub DAS Jeneberang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh hutan dengan luas 12.250 Ha 31,87 kemudian ladangtegalan seluas 9.348 Ha 24,32. Untuk lebih jelasnya luas areal berdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 10 dan peta sebaran tutupan berdasarkan penggunaan lahan disajikan pada Gambar 9. Tabel 10 Penggunaan Lahan Wilayah sub DAS Jeneberang Tahun 2007 No Penggunaan Lahan Luas Ha 1 Hutan 12.250 31,87 2 LadangTegalan 9.348 24,32 3 Pemukiman 107 0,28 4 Sawah 10.455 27,17 5 Semak Belukar 6.290 16,36 Jumlah 38.440 100,00 3.4. Geologi dan Jenis Tanah Secara umum, kondisi geologi di wilayah sub DAS Jeneberang tersusun dari batuan vulkanik yang mudah lapuk. Satuan batuan yang menutupi daerah ini terdiri dari batuan tufa, batuan bereaksi vulkanik, batuan beku dan batuan alluvial. Batuan penyusun tertua adalah formasi camba Tmc seluas 18.582 Ha yang berumur sekitar Miosen tengah hingga Pilosen yang terdiri dari batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunung api. Batuan yang terdiri dari lava, breksi, tufa dan konglomerat merupakan penyusun Batuan Gunungapi Baturape-Cindako Tpbv dan Batuan Gunungapi Lompobattang Qlv yang terdiri dari konglomerat, lava, breksi endapan lahar dan tufa. Untuk lebih lengkapnya data Formasi Geologi disajikan pada Tabel 11 dan Gambar 10. Tabel 11 Formasi Geologi Wilayah sub DAS Jeneberang No Formasi Geologi Luas Ha 1 Qlv 5.568 14.48 2 Qlvb 5.379 13.99 3 Qlvp1 648 1.69 4 Qlvp2 1.797 4.67 5 Tmc 18.582 48.34 6 Tpbl 1.235 3.21 7 Tpbv 5.231 13.61 Jumlah 38,440 100.00 50 G am ba r 7 Pe ta L er eng W il aya h sub D A S J ene b er an g . 51 G am ba r 8 Pe ta E lev as i W il aya h sub DA S J ene b er ang . 52 G am ba r 9 Pe ta P enggu naa n Lahan Wi lay ah Sub D A S Jene b er ang Tah un 2007. 53 G am ba r 10 P et a G eol ogi Wi laya h sub DA S J ene b er ang . 54 G am ba r 11 P et a Je n is T an ah W il ayah s ub D A S Jen eb er ang . 55 Adapun jenis tanah dari hasil analisis peta digital jenis tanah yang terdapat di wilayah sub DAS Jeneberang sebanyak tujuh jenis tanah. Jenis tanah yang mendominasi adalah Haplortoxs Latosol coklat kemerahan seluas 8.070 Ha 20,99 dan Humitropepts Latosol coklat kekuningan seluas 7.965 Ha 20,73. Untuk lebih jelasnya luas areal berdasarkan jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 12 dan peta jenis tanah disajikan pada Gambar 11. Tabel 12 Jenis Tanah Wilayah sub DAS Jeneberang No Jenis Tanah Luas Ha 1 Dystrandepts Andosol 5.036 13,10 2 Haplortoxs Latosol 8.070 20,99 3 Humitropepts Latosol 7.965 20,73 4 Tropofluvents Aluvial 3.548 9,22 5 Tropohumults Mediteran 7.347 19,11 6 Tropudalfs Mediteran 3.004 7,82 7 Tropudults Podsolik 3.470 9,03 Jumlah 38.440 100.00 Berdasarkan Peta Tanah Tinjau LPT Bogor, 1973 jenis tanah yang terdapat di wilayah hulu DAS Jeneberang adalah inceptisol latosol coklat kekuningan dan andisol andosol coklat. Wilayah bagian tengah DAS Jeneberang ditemui jenis tanah alfisol mediteran coklat kemerahan dan inceptisol latosol yang terbentuk dari batuan plutonik basa.

3.5. Temperatur

Temperatur bulanan di wilayah hulu DAS Jeneberang berkisar antara 21 o C sampai 24 o C, dimana terdapat variasi temperatur mengikuti elevasi dan ketinggian dari permukaan laut dari lokasi pada wilayah hulu DAS Jeneberang.

3.6. Curah Hujan

Di wilayah hulu DAS Jeneberang musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Mei, dan puncak hujan terjadi antara bulan Desember dan Januari. Musim kemarau berlangsung pada bulan Juni sampai Oktober. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmith dan Ferguson, wilayah ini termasuk tipe iklim B dengan rata-rata jumlah bulan basah 9 bulan, bulan lembab 1 bulan dan bulan kering 2 bulan. Adapun data curah hujan untuk stasiun Dam Bili-Bili, Jonggoa dan Malino dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 12. 56 Tabel 13 Curah hujan bulanan Daerah Aliran Waduk Bili-Bili No. Sta. Lokasi Stasiun Curah Hujan Rata-Rata Bulanan mm Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 1 Bili-Bili Dam 539 491 386 181 97 61 14 5 132 233 519 2 Jonggoa 712 533 452 212 64 84 24 20 9 148 335 623 3 Malino 645 624 479 267 126 125 25 15 3 131 276 690 Rata-rata 632,0 549,3 439,0 220,0 95,7 90,0 21,0 11,7 5,7 137,0 281,3 610,7 Sumber: stasiun JRBDP 2006. Gambar 12 Lokasi stasiun Curah Hujan sub DAS Jeneberang.

3.7. Pola Aliran dan Kemiringan Sungai Jeneberang

Pada umumnya pola aliran sungai adalah dendritik, setempat menyiku dan sejajar. Dibagian hulu erosi tegak berjalan lebih besar, sehingga lembahnya berbentuk huruf ā€Vā€ dan sifat aliran sungainya deras, sehingga aliran erosi berjalan kearah vertikal. Hal ini memperlihatkan bahwa daerah ini mempunyai daur geologi yang muda. Di bagian tengah sungai Jeneberang sampai ke waduk Bili-Bili penampangnya berbentuk huruf ā€Uā€ yang dalam, lebar penampang sungai mencapai 620 meter pada Sand Pocket dan 336 meter pada Sabo Dam dan pada bendungan utama mencapai 750 meter. Pola aliran braided teranyam,