Analisis Longsoran Kaldera dan Tingkat Sedimentasi Waduk Bili-Bili

67 b. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan Survey lapangan untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan sedimen di beberapa titik pengamatan yang representatif. Kegiatan pengukuran diarahkan untuk mengambil data primer seperti elevasi sedimentasi yang terjadi di badan sungai dan waduk. Pengambilan data sekunder, dilakukan pada berbagai instansi yang terkait dengan pengelolaan waduk dan melakukan studi literatur. c. Analisis Data Perhitungan besarnya volume sedimen akibat terjadinya longsoran Kaldera dilakukan beberapa analisis yaitu: uraian deskriptif melalui peta digital kontur dan data sekunder untuk mengetahui keadaan karakteristik daerah tangkapan waduk. selanjutnya, dilakukan analisis disepanjang hulu sungai Jeneberang dan di waduk Bili-Bili serta analisis kapasitas pengendalian sedimentasi menggunakan bangunan Sabo Dam. - Analisis volume sedimen di sepanjang hulu sungai Jeneberang Volume sedimentasi yang terjadi di hulu sungai Jeneberang dianalisis berdasarkan data hidrologi dan data hasil pengukuran lapangan yang dilakukan dengan menggunakan 26 titik potongan melintang cross section. Volume sedimentasi diperhitungkan berdasarkan elevasi untuk setiap titik potong yang dibandingkan dengan data elevasi awal sebelumnya. - Analisis volume sedimentasi yang terjadi di Waduk Bili-Bili Volume sedimentasi yang terjadi di waduk Bili-Bili dianalisis berdasarkan data pengukuran lapangan echosounding tingkat elevasi sedimentasi pada menggunakan 22 titik potongan melintang cross section. Volume sedimentasi diperhitungkan berdasarkan elevasi untuk setiap titik potong yang dibandingkan dengan data elevasi awal sebelumnya. - Analisis Kapasitas Bangunan Sabo Perhitungan besarnya volume sedimen per tahun Q s di lokasi pembangunan Sabo didekati dengan perkalian antara luas daerah tangkapan air m 2 dengan tingkat sedimentasi di daerah tangkapan air tersebut mmthn. 68 Tingkat sedimentasi dihitung dari volume sedimen yang terendapkan di waduk setiap tahunnya. Q s = Luas x tingkat sedimentasi tahun Kapasitas bangunan Sabo tipe tertutup dihitung berdasarkan tinggi bangunan Sabo dan geometri sungainya Subarkah, 2005. V s = ½ HBL 1  L 1 = H I – I s V tot = ½ HBL 2  L 2 = H I – I d Dimana : V s = volume tampungan mati V tot = V s + volume kontrol B = lebar sungai rata-rata H = tinggi check dam I = kemiringan dasar semula I s = kemiringan statis = ½ I I d = kemiringan dinamis = ¾ I - Analisis Trap Efficiency Waduk Perbandingan antara sedimen yang diendapkan terhadap sedimen yang terbawa masuk adalah menunjukkan efisiensi waduk dalam menangkap sedimen biasa disebut trap efficiency waduk. Berdasarkan EM 1110-2-4000 disebutkan Trap efficiency waduk dinyatakan dalam persentase total sedimen masuk yang terendapkan di waduk dengan persamaan sebagai berikut EM, 1995: E = Y s masuk - Y s keluar Y s masuk Dimana : E = Trap efficiency dalam desimal Y s masuk = hasil sedimen masuk dalam satuan berat Y s keluar = hasil sedimen keluar dalam satuan berat Selanjutnya disebutkan bahwa Brown telah mengembangkan sebuah kurva yang menunjukkan rasio antara kapasitas waduk C dalam are-ft dan luas DAS W dalam mil persegi terhadap trap efficiency E dalam dalam sebuah persamaan yaitu EM, 1995: E = 100 [ 1 -1 1 + KCW] Dimana koefisien K adalah antara 0,046 sd 1,0 dengan nilai median = 0,1. 69 Gambar 16 Ratio kapasitas waduk dan luas DAS terhadap trap efficiency.

4.3.3. Model Sistem dinamik pengendalian sedimentasi di Waduk Bili-Bili

a. Jenis dan sumber data Dalam membangun model pengendalian sedimentasi Waduk Bili-Bili dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari kendala, analisis kebutuhan dan lembaga yang terlibat dalam pengelolaan pengendalian sedimentasi di waduk Bili-Bili. Data sekunder terdiri dari faktor-faktor dan variabel penting yang terdiri dari tingkat sedimentasi waduk, tingkat erosi lahan dan kapasitas longsoran. b. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penyusunan model pengendalian sedimentasi waduk Bili-Bili dilakukan dengan kuesioner, wawancara, diskusi dan survey lapangan terhadap responden yang terdiri dari stakeholders terkait dan pakar. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber pustaka dan dokumen dari instansi terkait dengan pengelolaan waduk Bili-Bili. c. Analisis data Analisis data yang dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan sistem yaitu suatu metode pemecahan masalah yang dimulai dengan melakukan identifikasi serangkaian kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Eriyatno 2007 menjelaskan bahwa ada beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain menentukan tujuan model, 70 penentuan stakeholders, analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan pemodelan. Tahap analisis kebutuhan yaitu dengan menentukan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem pengendalian sedimentasi waduk. Kebutuhan setiap komponen atau stakeholders berbeda sesuai dengan tujuan dan tingkat kepentingan masing-masing, saling berinteraksi satu sama lain dan berpengaruh terhadap sistem pengendalian tersebut. Formulasi masalah disusun berdasarkan sumberdaya dan kepentingan pelaku. Pertama adalah adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Kedua adalah adanya perbedaan kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan dari sistem tersebut. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yag harus diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Hubungan tersebut digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop. Selanjutnya diagram lingkar sebab akibat tersebut diinterpretasi kedalam diagram input-output. Berdasarkan analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem maka rancangan model pengendalian sedimentasi waduk dibangun melalui 4 submodel, yaitu: - Submodel pengendalian erosi lahan dimana komponennya adalah iklim, jenis tanah, panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman, pengelolaan lahan dan tindakan konservasi. Volume sedimen lahan diperoleh berdasarkan tingkat erosi lahan yang dikalkulasi berdasarkan persamaan erosi dari USLE dengan parameter input RKLSCP serta luasan waduk. - Submodel pengendalian longsoran dimana komponennya adalah longsoran kaldera, bangunan sabo dam penahan, bangunan sabo dam konsolidasi, bangunan sand pocket dan penambangan sand mining. Volume sedimen longsoran dihasilkan berdasarkan massa longsoran kaldera dan efektifitas dari seri bangunan pengendali yang telah ada berdasarkan kapasitasnya serta volume aktifitas penambangan serta pengerukan pada