Kombinasi Vegetatif dan Mekanik

36 2.6. Sistem dan Pendekatan Sistem Manetsch dan Park 1977 mengartikan sistem sebagai suatu interkoneksitas antar elemen-elemen dan terorganisasi menuju satu tujuan atau beberapa tujuan. Secara teoritis komponen dalam suatu sistem saling berhubungan dan memiliki ketergantungan antar komponen. Sistem harus dipandang scara keseluruhan dan bersifat sebagai pengejar sasaran goal seeking sehingga terjadi keseimbangan untuk mencapai tujuan. Suwarto 2006 menyatakan bahwa suatu sistem didefenisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan kompleks. Namun tidak semua kumpulan dan gugus bagian dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan unity, hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna. Eriyatno 2003 menjelaskan elemen atau komponen sistem adalah unsur entily yang mempunyai tujuan atau realitas fisik. Elemen mempunyai atribut berupa nilai bilangan, formula intensitas atau suatu keadaan fisik seperti seseorang, mesin, organisasi. Muhammadi et al. 2001, menyatakan unsur adalah benda, baik kongkirit maupun abstrak yang menyusun obyek sistem. Interaksi atau hubungan menyatakan apabila ada perubahan pada atribut suatu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam atribut elemen yang terkait Eriyatno, 2003. Muhammadi et al. 2001, interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur yang memberi bentuk atau struktur kepada objek dan mempengaruhi perilaku dari objek. Menurut Manetsch dan Park 1977 sistem secara garis besar dibagi menjadi dua pengertian yaitu: 1. sistem sebagai entitas wujud sistem merupakan suatu himpunan bagian yang saling berkaitan yang membentuk satu keseluruhan yang rumit atau kompleks tetapi merupakan satu kesatuan. Contoh wujud: alam semesta, manusia, mobil dan lain-lain. Menganggap sistem sebagai suatu entitas pada dasarnya bersifat deskriptif. 2. sistem sebagai suatu metode sistem diartikan sebagai tata cara prosedur yang bersifat preskriptif. Selain keteraturan dan ketertiban juga memiliki makna adanya pendekatan rasional dan 37 logik dalam mencapai tujuan. Pengertian sistem sebagai suatu metode dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem system approach. Untuk dapat bekerja sempurna suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi 1 metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan, 2 suatu tim yang multidisipliner, 3 pengorganisasian, 4 disiplin untuk bidang yang non-kuantitatif, 5 teknik model matematik, 6 teknik simulasi, 7 teknik optimasi, dan 8 aplikasi komputer. Salah satu unsur yang penting adalah aplikasi manajerial pada metodologi perencanaan, pengendalian, dan pengelolaan sistem. Proses tersebut melalui beberapa tahap yang dimulai dengan mendefenisikan kebutuhan Suwarto,2006. Gambar 6 Tahapan Pendekatan Sistem Eriyatno, 2003. Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan Analisis kebutuhan stakeholders Formulasi masalah Identifikasi sistem Pemodelan sistem Verifikasi dan validasi selesai Mulai Absah ? tidak ya Absah ? tidak ya Absah ? tidak ya Absah ? tidak ya Absah ? tidak ya 38 secara lintas disiplin dan komplementer Eriyatno, 2003. Tahapan dengan metode pendekatan sistem meliputi anaisis kebutuhan, formulasi masalah, edentifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi, implementasi Gambar 6. Eriyatno 2003 menyatakan pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi adanya sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional. Analisis kebutuhan merupakan permulaan dan pengkajian suatu sistem. Pada analisis ini dideskripsikan kebutuhan-kebutuhan stakeholders yang merupakan respon yang timbul dari jalannya sistem. Analisis ini dilakukan melalui survei, pendapat ahli, diskusi dan observasi lapangan. Tahap selanjutnya formulasi masalah yaitu merumuskan masalah-masalah yang dihadapi dari pernyataan kebutuhan stakeholders. Tahap identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataaan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan ini digambarkan dengan diagram lingkar sebab akibat dan diinterpretasikan ke dalam konsep kotak gelap black box.

2.6.1. Pemodelan Sistem

Manetsch dan Park 1977 menjelaskan model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata, yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu. Sedangkan menurut Eriyatno 2003, menyataakan model merupakan suatu abstraksi dari realitas yang menunjukkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Adapun pemodelan menurut Suwarto 2006 merupakan kumpulan aktifitas pembuatan model dimana diperlukan suatu penelaahan tentang model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Menurut Muhammadi et al. 2001 model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Untuk mengetahui bagaimana yang disebut model sistem bekerja, dibangun suatu gambaran sederhana dari sistem. Model yang baik akan memberikan 39 gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan. Pengembangan model dalam pendekatan sistem merupakan titik kritis yang akan menentukan keberhasilan dalam mempelajari sistem secara keseluruhan. Menurut Muhammadi et al. 2001, model dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Model kuantitatif, adalah model yang berbentuk rumus-rumus matematik, statistik atau komputer. 2. Model kualitatif, adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau matriks yang meyatakan hubungan antar unsur. 3. Model ikonik, adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan. Meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil. Adapun Suwarto 2006, mengelompokkan sebagai: 1. Model Ikonik, adalah perwakilan fisik dari beberapa hal baik dalam bentuk ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik mempunyai karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, terutama amat sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. 2. Model Analog, adalah model yang dapat mewakili situasi dinamik yaitu keadaan berubah menurut waktu. Model ini lebih sering dipakai daripada model ikonik karena kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji. 3. Model Simbolik model matematik, merupakan perwakilan dari realitas yang sedang dikaji dimana pada hakekatnya selalu menjadi pusat perhatian dari ilmu sistem. Model ini umum menggunakan persamaan equation. Hartisari 2007 menguraikan bahwa secara umum model dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu: model fisik dan model abstrak. Model fisik merupakan model miniatur replika dari keadaan sebenarnya. Model abstrak yang juga disebut model mental merupakan model yang bukan fisik, tetapi dapat menjelaskan kinerja dari sistem. Menurut Handoko 2005 ada tiga yang hal yang perlu diperhatikan dalam membangun model yaitu: 1 memahami proses, untuk menjelaskan proses yang ada dalam sistem berupa model kuantitatif atau deskriptif 2 membuat prediksi,