Analisis Keberlanjutan Dimensi Sosial Agroindustri Kopi

108 Tabel 10 Nilai indikator keberlanjutan sosial agroindustri kopi di KUPK Sidomulyo, Jember No Atribut Sosial Skor Baik Buruk Keterangan 1 Kesehatan dan keamanan 3 3 Belum ada akses pemeliharaan kesehatan, keamanan lingkungan; 1 Belum ada akses pemeliharaan kesehatan,tetapi lingkungan aman ataupun Ada akses kesehatan tetapi tidak ada keamanan; 2 Ada akses kesehatan dan penjagaan keamanan secara terbatas; 3 Akses kesehatan mudah dan keamanan terjamin 2 Jam kerja dan upah 2 3 0 Upah dan perhitungan jam kerja tidak layak; 1 Upah belum layak meskipun jam kerja sesuai aturan; 2 Upah dan jam kerja diberikan secara layak memenuhi kehidupan fisik minimum ;3 Upah dan jaminan jam kerja di atas kebutuhan hidup minimum 3 Hak-hak dasar 2 3 0 Belum terpenuhinya hak-hak dasar pekerja dan masyarakat; 1 Pemenuhan hak-hak dasar masih kurang; 2 Pemenuhan hak-hak dasar terpenuhi tetapi belum ada jaminan; 3 Telah ada jaminan terhadap pemenuhan hak-hak dasar 4 Relasi sosial 2 3 Keterkaitan masyarakat dengan perkebunan dan pengolahan lemah; 1 Keterkaitan dengan perkebunan kuat tetapi pengolahan kurang kuat; 2 Keterkaitan dengan usaha perkebunan dan pengolahan kopi baik; 3 Keterkaitan dan keterlibatan masyarakat dengan usaha perkebunan dan pengolahan kopi sangat kuat 5 Persepsi dan kepuasan petani 2 3 0 negatif, tidak puas; 1 negatif, kurang puas; 2 positif cukup memuaskan; 3 positif sangat memuaskan Sumber: data diolah 2011 109 Penilaian keberlanjutan terhadap dimensi sosial agroindustri kopi berada pada kisaran cukup berlanjut 59,22. Atribut jaminan kesehatan dan keamanan yang memiliki nilai tinggi, menjadi faktor pengaruh bagi keberlanjutan dimensi sosial. Penilaian ini didasarkan pada keberadaan fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan masyarakat yang baik di Desa Sidomulyo mampu mendukung keberadaan usaha agroindustri kopi rakyat. Kawasan perkebunan kopi yang relatif bersih dan masih bebas dari pencemaran air, tanah maupun udara. Sumber air bersih yang bebas dimanfaatkan oleh masyarakat serta keamanan lingkungan perdesaan mendukung penilaian responden yang tinggi untuk atribut kesehatan dan keamanan. Gambar 29 Hasil analisis Rap-Coffee dimensi sosial Atribut persepsi dan kepuasan petani merupakan faktor pengaruh kedua yang memegang peran penting terhadap status keberlanjutan dimensi sosial Gambar 30. Persepsi dan kepuasan petani akan terkait dengan pemenuhan terhadap atribut keberlanjutan lainnya. Sehingga cukup kompleks untuk merumuskan penilaian dalam atribut ini. Menurut Giovannucci et al. 2008, penilaian terhadap atribut persepsi dan kepuasan petani hendaknya didasarkan pada penilaian petani terhadap harapan dan tingkat kepuasan pada parameter 110 hubungan sosial antara petani, kualitas lingkungan, kesehatan masyarakat, hubungan antara pengurus dan anggota kelompok tani, kemampuan manajerial pengurus serta pendapatan petani. Oleh karena itu untuk meningkatkan status keberlanjutan dimensi sosial akan terkait dengan upaya peningkatan status keberlanjutan pada dimensi yang lain ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan. 4,53 1,94 1,82 1,76 2,68 1 2 3 4 5 Kesehatan kemanan Jam kerja upah Hak-hak dasar Relasi sosial Persepsi dan kepuasan petani Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 A ttr ib u te Leverage of Attributes Gambar 30 Hasil analisis leverage dimensi sosial Rata-rata petani mengelola kebunnya masing-masing dengan bantuan saudara ataupun tetangga dalam lingkungan perkebunan. Kecuali pada musim panen puncak, dimana beban kerja di kebun maupun di pabrik tinggi, maka pemilik kebun menerima tenaga kerja dari luar kebun. Umumnya karyawan yang bekerja di kebun maupun di pabrik menerima hasil kerja dalam bentuk bagi hasil ataupun uang yang telah sesuai dengan rata-rata upah harian yang berlaku. Bagi karyawan yang bekerja di pabrik, mereka juga menerima upah lembur jika harus mengolah melebihi jam kerja terutama pada saat panen puncak. Aturan tersebut berlaku umum dan telah menjadi kebiasaan tanpa adanya peraturan tertulis. 111 Hubungan antara petani kopi dan kebun kopinya secara umum cenderung fluktuatif seiring fluktuasi harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Pada saat harga kopi tinggi, petani rajin memelihara kebun dan tanaman kopinya. Pada saat itu petani rajin memupuk tanaman, secara teratur melakukan pemangkasan, membersihkan kebun dan berusaha menyerap teknologi baru, pada saat tertentu tentu saja petani memerlukan banyak tenaga kerja. Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya, mereka dapat jarang memupuk, memangkas maupun membersihkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lyn Square dalam Retnandari dan Tjokrowinoto 1991, permintaan tenaga kerja di banyak negara sedang berkembang di sektor pertanian dipengaruhi faktor ketidakpastian harga, ketidakmerataan dan ketidakefisienan distribusi dana investasi. Pemberian harga yang lebih tinggi terhadap petani yang mampu menghasilkan kopi bermutu baik diharapkan mampu mendukung kontinuitas pemeliharaan tanaman kopi yang selanjutnya mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja agroindustri kopi rakyat.

5.3.5. Analisis Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Agroindustri Kopi

Kelembagaan memegang peranan penting selain keberadaan sumber daya alam, modal, teknologi, dan sumber daya manusia dalam pembangunan pertanian Indonesia. Kelembagaan umumnya berada dalam konteks sosial. Akan tetapi terkait dengan peran yang cukup besar dari kelembagaan terutama untuk perkembangan petani kopi di Indonesia, maka kelembagaan menjadi dimensi tersendiri untuk dinilai status keberlanjutannya. Terutama, tanpa adanya kelembagaan yang baik, seluruh keberadaan faktor-faktor produksi dalam dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial akan sulit mendukung keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. Menurut Pakpahan 1999, kelembagaan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian di samping keberadaan sumber daya alam, permodalan, teknologi, dan SDM. Kelembagaan memiliki dua 2 arti, pertama kelembagaan mendefinisikan nilai, baik ataupun buruk, salah atau benar. Bagi masyarakat, kelembagaan dapat juga berarti tradisitata aturan yang telah terintegrasi dalam kehidupan mereka. Kedua, kelembagaan dalam arti organisasi yang tidak hanya 112 terdiri atas nilai dan aturan main, tetapi juga struktur, partisipan, teknologi, dan lingkungan yang mampu mentransformasikan input menjadi output masyakat. Atribut serta skoring untuk dimensi kelembagaan di kawasan KUPK dapat dilihat pada Tabel 11. Kelembagaan petani di KUPK Sidomulyo menjadi aspek yang cukup penting , terutama karena kelembagaanlah yang mengendalikan, mengontrol, atau mengatur interdependensi antar pelaku ekonomi terhadap sumber daya. Petani yang berusaha dengan luas lahan rata-rata 2 ha akan lebih efisien dan produktif serta berkelanjutan jika berusaha dalam bentuk kelompok tani. Melalui kelompok tani, para petani akan lebih kuat dari segi kelembagaan maupun permodalan. Tabel 11 Nilai indikator keberlanjutan dimensi kelembagaan agroindustri kopi di KUPK Sidomulyo, Jember No Atribut Kelembagaan Skor Baik Buruk Keterangan 1 Pengambilan keputusan yang terintegrasi 3 3 0 Tidak pernah dilakukan 1 Dilakukan terbatas antar pengurus; 2 Kadang dilakukan melibatkan anggota; 3 Selalu melibatkan anggota 2 Upaya Pengembangan kapasitas 2 3 0 Tidak dilakukan 1 Dilakukan jika ada dukungan pihak lain ; 2 Ada upaya melakukan secara mandiri; 3 Kontinyu dilakukan 3 Upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi 2 3 0 Tidak dilakukan 1 Dilakukan dengan dukungan pihak lain; 2 Ada upaya melakukan secara mandiri; 3 Kontinyu dilakukan 4 Kesadaran sosial dan informasi 2 3 0 Belum mengetahui kebutuhan akan kesadaran sosial dan informasi 1Mengetahui dibutuhkannya kesadaran sosial dan informasi ; 2 Menyadari kebutuhan sosial dan informasi dengan upaya yang terbatas; 3 Selalu berupaya memenuhi