Pengujian dan transformasi menjadi Matrik Reachability Kesimpulan

9.3.1. Strukturisasi Elemen Kebutuhan Pengembangan

Elemen kebutuhan dalam sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat yang menerapakan modifikasi olah basah berbasis produksi bersih di KUPK Desa Sidomulyo berdasarkan hasil kajian terdiri dari 9 sub-elemen kebutuhan. 1 Pengembangan Teknologi Pasca Panen B-1 2 Pengembangan Kelembagaan Usaha B-2 3 Pengembangan Peralatan Pasca Panen B-3 4 Pengembangan Pasar B-4 5 Pengembangan Alternative Sumber Modal B-5 6 Pembinaan Petani B-6 7 Pemanfaatan Limbah Proses Pengolahan B-7 8 Peningkatan Pendapatan B-8 9 Pengembangan Pertanian Berbudaya Industri yang Berkelanjutan B-9. Berdasarkan keluaran model ISM-VAXO, struktur hirarki sub-elemen kebutuhan terhadap pengembangan agroindustri kopi rakyat terdiri dari 2 tingkatan seperti disajikan pada Gambar 88. Struktur hirarki menunjukkan hubungan langsung dan kedudukan relatif antar sub-elemen kebutuhan, dimana terpenuhinya sub-elemen kebutuhan didukung oleh terpenuhinya sub-elemen pada hirarki di bawahnya.

4. Pengembangan

Pasar 8. Peningkatan Pendapatan 5. Pengmbangan Alt. Sumber Modal

3. Pengmbangan Peralatan Pasca

Panen 6. Pembinaan Petani 2. Pengmbangan Kelembagaan 1. Pengbangan Tek. Pasca Panen

9. Pengmbangan Pertanian

Berbud. Industri 7. Pemanfaatan Limbah Proses LEVEL 1 LEVEL 2 Gambar 88 Struktur hirarki sub elemen kebutuhan sistem Gambar 89 Diagram klasifikasi sub elemen kebutuhan sistem Berdasarkan struktur hirarki sub elemen kebutuhan sistem, sub elemen kunci dari elemen kebutuhan sistem adalah sub elemen pengembangan pasar B- 4 dan sub elemen peningkatan pendapatan B-8. Sub elemen pengembangan pasar termasuk dalam kelompok independent. Hal ini berarti keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pasar B-4 akan membantu terpenuhinya kebutuhan pengembangan yang lain. Sub elemen kunci kebutuhan peningkatan pendapatan B-8 dapat bersifat independent ataupun autonomous terhadap sub elemen yang lain. Akan tetapi untuk kehati-hatian, sub elemen kebutuhan peningkatan pendapatan B-8 akan dimasukkan ke dalam kelompok independent sehingga menjadi salah satu sub elemen kebutuhan yang dapat mempengaruhi sub elemen kebutuhan lainnya. Berdasarkan diagram klasifikasi sub elemen kebutuhan sistem dari model ISM, kebutuhan pengembangan teknologi pasca panen B-1, kebutuhan pengembangan kelembagaan B-2, kebutuhan pengembangan peralatan B-3 dan pembinaan petani B-6 termasuk dalam kelompok autonomous yang berarti memiliki faktor ketergantungan dan pendorong yang rendah atau memiliki pengaruh tidak langsung terhadap sub elemen yang lain. Kebutuhan pengembangan sub elemen B-1, B-2, B-3, dan B-6 dapat terpenuhi tanpa pengaruh langsung dari kebutuhan pengembangan sub elemen yang lain. DEPENDENCE Independent Linkage Autonomous Dependent D R I V E R P O W E R Sub elemen pengembangan alternatif sumber modal B-5, pemanfaatan limbah proses penanganan B-7, dan pengembangan pertanian berbudaya industri yang berkelanjutan B-9 termasuk kelompok dependent. Hal ini berarti sub elemen B-5, B-7, dan B-9 memiliki ketergantungan dalam pengembangannya terhadap sub elemen yang lain. Dengan demikian kebutuhan untuk mengembangkan sub elemen B-5, B-7, dan B-9 akan sangat ditentukan terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan sub elemen yang lain. Apabila dikaitkan dengan upaya penerapan konsep produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat, peran elemen pengembangan pasar cukup dominan. Hal ini semakin diperkuat dengan kebutuhan akan peningkatan pendapatan yang menjadi sub elemen independent. Elemen kebutuhan pemanfaatan limbah dan pengembangan pertanian berbudaya industri yang berkelanjutan adalah salah satu ciri penerapan konsep produksi bersih. Apabila pasar menginginkan produk yang berasal dari proses pengolahan yang ramah lingkungan, agroindustri kopi rakyat dapat berubah untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harapan akan terjadi peningkatan pendapatan. Meskipun di dalam prakteknya, upaya perubahan ini masih menghadapi kendala yang membutuhkan keikutsertaan stakeholder terkait untuk mengatasi kendala-kendala.

9.3.2. Strukturisasi Elemen KendalaMasalah Pengembangan

Sub elemen kendalamasalah dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih di KUPK Desa Sidomulyo terdiri atas 9 sub elemen kendalamasalah. 1 Skala usaha yang kecil K-1 2 Keterbatasan penguasaan teknologi pengolahan K-2 3 Keterbatasan pemahaman akan nilai sumberdaya alam K-3 4 Keterbatasan akses pasarekspor K-4 5 Keterbatasan sumber modal K-5 6 Ketergantungan pada pedagang pengumpul dan eksportir K-6 7 Ketergantungan lahan pengusahaan kopi K-7 8 Kualitas bahan baku dan produk yang rendah K-8 9 Konflik internal antara anggota kelompok tani K-9 Analisis ISM-VAXO menunjukkan bahwa struktur hirarki sub elemen kendalamasalah pengembangan terdiri atas 2 tingkatan 2 level seperti yang disajikan pada Gambar 90. Sub elemen kunci dari kendalamasalah agroindustri kopi rakyat adalah keterbatasan akses pemasaran produk K-4 khususnya untuk produk biji kopi robusta yang berasal dari pengolahan basah. Elemen kunci sekaligus merupakan kendala langsung yang mempengaruhi sub elemen kendala lainnya. Teratasinya sub elemen kunci akan memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk keberhasilan sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat. Pemasaran kopi rakyat yang selama ini dihasilkan oleh KUPK Desa Sidomulyo terutama masih dalam bentuk biji dan sedikit dalam bentuk bubuk dari proses pengolahan kering. Adapun penjualan kopi rakyat hasil pengolahan basah masih terbatas kepada eksportir dalam kondisi kering angin atau kadar air berkisar 40 yang selanjutnya akan dikeringkan di tingkat eksportir. Meskipun demikian kelompok tani melalui KSU Buah Ketakasi telah berusaha memulai melakukan pengolahan lanjutan dari biji kopi hasil pengolahan basah sehingga dapat memperluas diversifikasi produk meski masih dipasarkan secara terbatas.

1. Skala Usaha yang Kecil

8. Kualitas bahan baku

produk rendah 7. Ktgantungan lahan pgusahaan kopi

6. Ktgantungan pedgang pgmpul

eksportir 5. Ktbatasan sumber modal 3. Ktbatasan pmhaman nilai SDA

2. Ktbatasan penguasan tek.

pengolahan 9. Konflik internal antar anggota klpk

4. Ktbatasan akses pasar

ekspor LEVEL 1 LEVEL 2 Gambar 90 Struktur hirarki sub elemen kendalamasalah pengembangan Kopi sebagai tanaman yang bernilai ekonomi mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perkembangan harga di pasar internasional. Kenaikan dan penurunan harga kopi tersebut berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan petani dan sikap petani dalam melakukan investasi terhadap kebun kopi yang dimiliki. Sikap petani dalam merespon perubahan harga di pasar internasional tersebut berkaitan erat dengan sistem usaha tani kopi rakyat. Sistem hubungan kelompok tani dengan eksportir secara langsung melalui koperasi merupakan salah satu alternative sistem tataniaga kopi. Pada sistem ini sangat penting mencantumkan besarnya harga dasar pembelian floor price oleh eksportir dan besarnya harga dasar ini dapat dibuat berdasarkan kualitas ekspor yang dihasilkan. Suatu insentif harga untuk kopi yang berkualitas baik akan sangat membantu kontinuitas penerapan modifikasi teknologi olah basah. Pada langkah awal usaha penerapan modifikasi teknologi olah basah, bantuan dari stakeholder seperti lembaga keuangan dan eksportir akan sangat membantu koperasi dalam menanggulangi kesulitan dana. Dana ini dibutuhkan untuk membeli buah kopi yang berkualitas dari anggota kelompok tani, terutama apabila terjadi penurunan harga kopi dunia. Selanjutnya koperasi diharapkan dapat memiliki “Dana Kopi” sendiri yang pemanfaatannya haruslah diatur secara rinci dan jelas. Pemerintah dapat dilibatkan sebagai pengawas untuk menjaga keberlanjutan kerjasama antara koperasi, lembaga keuangan, dan eksportir. Lembaga keuangan dan koperasi hendaknya berada dalam bentuk kerjasama simbiosis mutualisme dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian untuk mewujudkan manfaat bagi keduanya. Dalam hal ini, lembaga keuangan tidak hanya berperan sebagai penyedia tambahan modal usaha, tetapi sebaiknya menjadi sumber informasi dan konsultan bagi koperasi. Sub elemen skala usaha yang kecil K-1, keterbatasan penguasaan teknologi pengolahan K-2, keterbatasan pemahaman nilai SDA K-3, ketergantungan pada pedagang pengumpul K-6, ketergantungan lahan pengusahaan kopi K-7, kualitas bahan baku dan produk yang rendah K-8, konflik internal antara anggota kelompok tani K-9 merupakan sub elemen yang termasuk kelompok autonomous Gambar 91 dan cenderung tidak dipengaruhi oleh kendalamasalah sub elemen kendala lain. Meskipun di dalam realitas, tidak sepenuhnya seluruh sub elemen dalam kelompok autonomous dapat berdiri sendiri dan tidak mendapat pengaruh dari sub elemen lain. Meskipun demikian, hal tersebut dapat juga berarti bahwa stakeholder agroindustri kopi rakyat tidak menganggap bahwa sub elemen K-1, K-2, K-3, K-6, K-7, K-8, K-9, termasuk dalam kendala dominan yang dapat mempengaruhi upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih. Gambar 91 Diagram klasifikasi sub elemen kendalamasalah pengembangan Adapun sub elemen kendala keterbatasan sumber modal K-9 termasuk kelompok dependent yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap sub elemen kendala lainnya. Hal ini berarti sub elemen kendala K-9 dapat diatasi apabila sub elemen kendala lainnya dalam sistem pengembangan agroindustri dapat diselesaikan. Sub elemen kendala K-9 dan K-4 termasuk sub elemen dimensi ekonomi yang menjadi indikator masih besarnya faktor ekonomi mempengaruhi upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat.

9.3.3. Strukturisasi Elemen Perubahan Dalam Pengembangan

Pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis pada produksi bersih diharapkan dapat memberikan perubahan yang dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, elemen perubahan yang diinginkan dalam pengembangan terdiri dari 9 sub elemen. 1 Penerapan teknologi perkebunan kopi berbasis ekologis P-1 2 Pengembangan pola pengolahan kopi rakyat berbasis kelompok berorientasi bisnis P-2 3 Peningkatan kontinuitas serta kualitas bahan baku P-3 4 Penerapan teknologi pengolahan kopi yang ramah lingkungan P-4 5 Peningkatan peran dan keterlibatan instansi pemberi modal P-5 6 Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk kopi P-4 7 Perluasan pasar dan ekspor P-7 DEPENDENCE Independent Linkage Autonomous Dependent D R I V E R P O W E R 8 Peningkatan pola kelembagaan yang mendukung peran serta stakeholder agribisnis kopi P-8 9 Peningkatan efisiensi proses produksi P-9 Hasil verifikasi strukturisasi pengembangan agroindustri kopi rakyat menghasilkan keluaran model ISM-VAXO berupa struktur hirarki elemen perubahan yang diinginkan dalam 2 tingkatan, seperti disajikan pada Gambar 92. Hal ini dapat berarti perubahan pada satu sub-elemen di tingkat 2 akan mendorong terjadinya sub elemen perubahan pada hirarki di atasnya.

2. Pgbangan berbasis kelpk

bisnis 7. Perluasan pasar ekspor 5.Peran K’terlibatan pemberi modal 4.Penerapan tek. p’olah ramah lngkungan

6. Kualitas diversifikasi

produk 3. Peningkatan kontinuitas kualitas bhn bku

1. Penerapan tek. perkbunan

berbasis ekologi 9. Efisiensi proses produksi 8. Pola lembaga m’dukung stakeholder LEVEL 1 LEVEL 2 Gambar 92 Struktur hirarki sub elemen perubahan yang diinginkan Gambar 93 Diagram klasifikasi sub elemen perubahan yang diinginkan Sub elemen pengembangan pola pengolahan kopi yang berbasis kelompok dan berorientasi bisnis P-2, dan sub elemen perluasan pasar dan ekspor P-7 termasuk ke dalam kelompok independent yang memiliki ketergantungan rendah DEPENDENCE Independent Linkage Autonomous Dependent D R I V E R P O W E R dan pengaruh cukup tinggi terhadap sub elemen perubahan lainnya. Kedua sub elemen ini menjadi sub elemen kunci dari perubahan yang diinginkan dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih. Berdasarkan Gambar 92 dapat diketahui bahwa dengan adanya perubahan dari sub elemen kunci akan mendorong secara langsung terjadinya perubahan-perubahan lain yang diinginkan dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat. Pengembangan produk-produk hasil pengolahan langsung dari biji kopi merupakan salah satu upaya perubahan untuk meningkatkan nilai tambah industri kopi rakyat. Melalui pembudayaan minum kopi tidak hanya merangsang pertumbuhan industri kopi rakyat juga membuka peluang promosi kopi Indonesia, sehingga petani kopi rakyat tidak hanya tergantung pada ekspor semata. Sub elemen perubahan dari penerapan teknologi perkebunan yang berbasis ekologis P-1 termasuk kelompok dependent. Sub elemen perubahan penerapan teknologi perkebunan ditentukan oleh perubahan sub elemen lain dan adanya perubahan sub elemen ini memiliki kekuatan pengaruh yang rendah terhadap perubahan sub elemen lainnya. Perkebunan kopi rakyat yang telah mendapat sertifikasi organic melalui anggota eksportir kopi merupakan salah satu upaya kerjasama antara kelompok tani dan stakeholder untuk meningkatkan kualitas perkebunan kopi rakyat. Peran PPL Petugas Penyuluh Lapangan dari dinas perkebunan dan keikutsertaan peneliti dari Puslitkoka cukup dominan mempengaruhi perubahan usaha perkebunan kopi ke arah organik. Kategori organic harus dipertahankan karena menjadi salah satu karakteristik kopi rakyat di KUPK Sidomulyo, Jember yang telah mendapat pengakuan internasional. Menurut Todaro 1983, penggunaan teknologi merupakan salah satu faktor atau komponen pertumbuhan ekonomi disamping akumulasi modal dan pertumbuhan populasi. Teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, umumnya membutuhkan investasi yang cukup besar di awal terutama terkait investasi yang membutuhkan modal dan keterampilan yang cukup tinggi. Karakteristik penyerapan tenaga kerja yang sangat khusus turut mempengaruhi perubahan pada budaya industri kopi rakyat. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuasi harga kopi di pasar yang pada gilirannya akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Pemilihan buah kopi petik merah yang merupakan salah satu persyaratan untuk pengolahan basah tentu membutuhkan tenaga kerja lebih terampil dibandingkan pengolahan kering. Selain itu operasional proses pengolahan yang menggunakan mesin dan peralatan yang lebih kompleks dibandingkan pengolahan kering membutuhkan tenaga kerja khusus. Tenaga kerja tersebut dapat diperoleh dari anggota kelompok tani yang telah mendapatkan pelatihan. Berdasarkan pendapat seluruh pakar yang diagregatkan, sebagian besar sub elemen perubahan berada dalam kelompok autonomous Gambar 93. Sub elemen peningkatan kontinuitas dan kualitas bahan baku P-3, sub elemen penerapan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan P-4, sub elemen peran dan keterlibatan pemberi modal P-5, sub elemen kualitas dan diversifikasi produk P-6, sub elemen pola kelembagaan yang mendukung peran stakeholder P-8, dan sub elemen efisiensi proses produksi P-9 memiliki ketergantungan dan pengaruh yang tidak langsung terhadap sub elemen lainnya. Meskipun demikian perubahan yang signifikan pada ke enam sub elemen perubahan tersebut dapat memberikan nilai perubahan terhadap perkembangan agroindustri kopi rakyat.

9.3.4. Strukturisasi Elemen Tujuan Pengembangan

Elemen tujuan pengembangan dari agroindustri kopi rakyat yang berupaya menerapkan konsep produksi bersih berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan menjadi 11 sub elemen tujuan meliputi hal-hal berikut. 1 Peningkatan pendapatan petani T-1 2 Peningkatan kualitas lingkungan T-2 3 Perbaikan efisiensi dan produktivitas T-3 4 Pengembangan nilai tambah produk kopi rakyat T-4 5 Peningkatan posisi tawar kopi rakyat T-5 6 Peningkatan kualitas bahan baku dan produk kopi rakyat T-6 7 Perluasan akses dan kemudahan memperoleh modal usaha T-7 8 Peningkatan pendapatan daerah T-8 9 Penurunan konflik internal pengurus dan peserta T-9 10 Peningkatan nilai ekspor bagi kopi rakyat T-10 11 Perbaikan kinerja kelembagaan usaha kopi rakyat T-11 Analisis model ISM-VAXO terhadap sub elemen tujuan pengembangan disajikan dalam struktur hirarki dan diagram klasifikasi sub elemen tujuan pengembangan. Strukturisasi sub elemen tujuan pengembangan agroindustri kopi rakyat diwujudkan dalam bentuk diagram alir struktur dua level Gambar 94. Sub elemen kunci tujuan pengembangan berada pada level 2 yang akan mempengaruhi sub elemen kunci di atasnya.

6. Peningkatan kualitas bahan

baku produk

10. Peningkatan nilai ekspor

4. Pngembangan nilai tambah

produk 3. Perbaikan efisiensi dan produktivitas

5. Peningkatan posisi tawar kopi

rakyat 2. Peningkatan kualitas lingkungan

1. Peningkatan pendapatan

petani 8. Peningkatan pendapatan daerah

7. Perluasan akses modal

usaha LEVEL 1 LEVEL 2

11. Perbaikan kinerja

kelembagaan 9. Penurunan konflik internal Gambar 94 Struktur hirarki sub tujuan pengembangan Sub elemen peningkatan kualitas bahan baku dan produk kopi rakyat T-6, peningkatan nilai ekspor kopi rakyat T-10 dan perbaikan kinerja kelembagaan usaha kopi rakyat T-11 menjadi sub elemen kunci tujuan pengembangan dan termasuk dalam kelompok independent Gambar 95. Hal ini berarti ketiga sub elemen kunci tujuan pengembangan tersebut berpengaruh dan menjadi pendorong untuk terwujudnya sub elemen tujuan pengembangan lainnya. Dengan demikian segala kegiatan yang akan dilakukan dalam aktifitas agroindustri kopi rakyat hendaknya bertujuan untuk mewujudkan ketiga sub elemen kunci tersebut. Perbaikan kinerja kelembagaan salah satu nya adalah melakukan kerjasama dengan lembaga terkait seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember, Puslitkoka, Perkebunan Besar, AEKI dan lain-lain. Kerja sama dengan AEKI dijalin melalui sistem “Bapak Asuh”. Sebagai asosiasi eksportir kerja sama tidak hanya pada pemasaran, melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan kopi. Sebagai penyalur ke pasar luar negeri, eksportir berkepentingan terhadap mutu kopi yang baik, dimana hal ini harus dimulai sejak awal proses menghasilkan kopi. Tujuan kerjasama adalah membina petani kopi yang meliputi peningkatan produktivitas dan mutu serta pendapatan petani. Untuk itu kerjasama diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, peningkatan produktivitas dan mutu, perbaikan harga di tingkat petani serta pengadaan sarana dan prasarana penunjang. Sub elemen tujuan peningkatan pendapatan petani T-1, perbaikan efisiensi dan produktivitas T-3, pengembangan nilai tambah produk kopi rakyat T-4, peningkatan nilai tawar posisi kopi rakyat T-5, perluasan akses dan kemudahan memperoleh modal usaha T-7, dan sub elemen tujuan penurunan konflik internal T-9 termasuk ke dalam kelompok autonomous. Dengan demikian terwujudnya tujuan sub elemen T-1, T-3, T-4, T-5, T-7, dan T-9 memiliki pengaruh dan pendorong yang tidak besar terhadap terwujudnya tujuan sub elemen lain. Meskipun demikian terwujudnya tujuan sub elemen dalam kelompok autonomous dapat berpengaruh tidak langsung terhadap terwujudnya sub elemen tujuan lain. Gambar 95 Diagram klasifikasi sub elemen tujuan pengembangan Sub elemen tujuan peningkatan kualitas lingkungan T-2 berada di antara kelompok dependent dan autonomous. Akan tetapi untuk kehati-hatian, sub elemen T-2 dimasukkan ke dalam kelompok dependent bersama sub elemen peningkatan pendapatan daerah T-8. Hal ini berarti sub elemen tujuan peningkatan kualitas lingkungan T-2 dan sub elemen tujuan peningkatan pendapatan daerah T-8 akan tercapai apabila sub elemen tujuan lainnya telah terpenuhi. DEPENDENCE Independent Linkage Autonomous Dependent D R I V E R P O W E R

9.3.5. Strukturisasi Elemen Indikator Pengembangan

Elemen indikator pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis produksi bersih merupakan upaya untuk melakukan penilaian awal bagaimana konsep produksi bersih sebagai bagian dari upaya keberlanjutan agroindustri kopi rakyat dapat diterapkan. Elemen indikator pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis produksi bersih dapat diwujudkan secara rinci menjadi 12 sub elemen indicator. 1 Meningkatnya kualitas biji dan produk kopi I-1 2 Meningkatnya kualitas lingkungan menurunnya tingkat pencemaran I-2 3 Meningkatnya nilai tambah produk dan proses pengolahan kopi I-3 4 Meningkatnya peluang kerja dan pendapatan petani kopi I-4 5 Dapat diterapkannya upaya perbaikan sanitasi lingkungan I-5 6 Dapat diterapkannya konsep dan upaya K-3Keselamatan dan Kesehatan Kerja I-6 7 Meningkatnya kinerja kelembagaan kopi rakyat I-7 8 Tingkat kepuasan dan persepsi petani terhadap agroindustri kopi baik I-8 9 Mudahnya akses dana dan bantuan modal I-9 10 Terpenuhinya kebutuhan mendasar pekerja dan petani secara berkelanjutan I-10 11 Menurunnya tingkat konflik antar stakeholder yang terlibat I-11 12 Meningkatnya efisiensi dan produktivitas proses produksi I-12 Keluaran model ISM-VAXO berupa struktur hirarki elemen indikator sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat yang berbasis produksi bersih terdiri atas 2 tingkat seperti yang disajikan pada Gambar 96. Sub elemen kunci dari indikator pengembangan agroindustri kopi rakyat adalah terpenuhinya kebutuhan mendasar pekerja dan petani secara berkelanjutan I-10. Sub elemen kunci indikator pengembangan termasuk kelompok independent sebagaimana sub elemen kunci pada elemen lain pengembangan agroindustri kopi yang telah diuraikan sebelumnya. Hal ini berarti dalam menerapkan konsep produksi bersih untuk mengembangkan agroindustri kopi rakyat, pemenuhan kebutuhan dasar pekerja dan petani merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan. Pemenuhan terhadap sub elemen kunci ini akan mempengaruhi terwujudnya sub elemen indikator pengembangan lainnya. Apabila dikaitkan dengan analisis keberlanjutan yang telah dilaksanakan, pemenuhan terhadap indikator kebutuhan mendasar pekerja dan petani ini sesuai dengan indikator keberlanjutan sosial. Hal ini berarti terwujudnya indikator kebutuhan mendasar petani dan pekerja menjamin keberlanjutan sosial agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo.

1. Meningkat kualitas biji

produk kopi 7. Meningkat kinerja kelembagaan

6. Penerapan konsep

upaya K3

5. Perbaikan sanitasi

lingkungan 4. Meningkatnya peluang kerja pendapatan

3. Meningkatnya nilai tambah

2. Meningkat kualitas

lingkungan 8. Tingkat kepuasan persepsi petani

10. Terpnuhi kbthan dasar

pekerja,petani LEVEL 1 LEVEL 2

9. Akses dana dan bantuan

mudah 11. Menurunnya konflik stakeholder

12. Efisiensi produktivitas

meningkat Gambar 96 Struktur hirarki sub elemen indikator pengembangan Gambar 97 Diagram klasifikasi sub elemen indikator pengembangan Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan bahwa indikator meningkatnya kualitas biji dan produk kopi I-1, meningkatnya kualitas lingkungan I-2, meningkatnya nilai tambah I-3, meningkatnya peluang kerja dan pendapatan DEPENDENCE Independent Linkage Autonomous Dependent D R I V E R P O W E R petani I-4, penerapan konsep K3 I-6, meningkatnya kinerja kelembagaan I-7, kemudahan memperoleh dana dan bantuan I-9, menurunnya konflik antar stakeholder I-11, dan meningkatnya efisiensi dan produktivitas produksi I-12 termasuk ke dalam kelompok autonomous Gambar 97. Sub elemen perbaikan sanitasi lingkungan I-5 dan sub elemen tingkat kepuasan dan persepsi petani I- 8 termasuk dalam kelompok dependent. Sub elemen yang termasuk kelompok dependent berarti terwujudnya indikator ditentukan oleh terwujudnya sub elemen indikator lainnya. Adapun sub elemen indikator yang termasuk kelompok autonomous berarti terwujudnya indikator tersebut tidak dipengaruhi langsung oleh sub elemen indikator lainnya. SISTEM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT BERBASIS PRODUKSI BERSIH KEBUTUHAN: 1. Pengembangan Pasar

2. Peningkatan Pendapatan KENDALAMASALAH:

1. Keterbatasan Akses PasarEkspor

PERUBAHAN: 1. Pengembangan Pola Pengolahan Kopi Rakyat Berbasis Kelompok Berorientasi Bisnis

2. Perluasan Pasar Ekspor TUJUAN:

1. Peningkatan Kualitas Bahan Baku dan Produk Kopi Rakyat

2. Peningkatan Nilai Ekspor Kopi Rakyat 3. Perbaikan Kinerja Kelembagaan

Usaha Kopi Rakyat INDIKATOR: 1. Terpenuhinya Kebutuhan Mendasar Pekerja Petani Secara Berkelanjutan Gambar 98 Sub elemen kunci sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih berkelanjutan. Secara umum, strukturisasi elemen dalam sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat disajikan dalam Gambar 98. Strukturisasi pengembangan agroindustri kopi rakyat yang akan menerapkan sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih terutama diharapkan dapat mewujudkan kebutuhan pasar terutama pasar ekspor. Mengingat saat ini sebagian besar biji kopi yang diproduksi adalah untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Peningkatan kualitas biji kopi ekspor merupakan salah satu tujuan diterapkannya sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih. Mengingat pelaksanaan pengolahan kopi berbasis produksi bersih tidak mungkin dilakukan perseorangan melainkan dalam suatu organisasi, terkait dengan institusi lain dalam suatu aturan dan hubungan, maka peningkatan kinerja kelembagaan juga menjadi tujuan pengembangan. Beberapa kendala yang harus dihadapi oleh KUPK Desa Sidomulyo dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat adalah keterbatasan akses pasar terutama pasar ekspor. Mengingat masih terbatasnya pasar kopi Robusta rakyat yang diolah secara basah. Saat ini belum ada perbedaan harga secara signifikan antara kopi Robusta yang diolah kering dengan kopi Robusta yang diolah basah. Oleh karena itu harapan adanya insentif harga langsung dari pemerintah bagi petani yang bersedia melakukan olah basah untuk meningkatkan mutu biji kopi Robusta masih dinantikan. AEKI yang diwakili oleh anggotanya PT Indocom saat ini menjadi bapak asuh petani produsen melalui KSU Buah Ketakasi. AEKI memberikan bantuan prasarana produksi, menjamin pemasaran petani dengan langsung menampung produksi petani. Sebagai imbalannya, petani harus menjual kopi dalam keadaan baik. Adanya sertifikasi kopi yang dikelola melalui eksportir, meningkatkan upaya petani untuk mempertahankan keberadaan pemeliharaan tanaman kopi sesuai criteria organik. Pengembangan agroindustri kopi rakyat merupakan salah satu kegiatan perekonomian nasional yang berbasis di perdesaan dan mengakar ke rakyat. Dengan demikian memiliki peluang besar untuk mempercepatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Pengembangan teknologi pengolahan yang berbasis produksi bersih pada agroindustri kopi Robusta rakyat selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji kopi, meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kualitas lingkungan. Oleh karena itu melalui konsep tersebut, agroindustri kopi rakyat sebagai bagian dari industri perkebunan dapat menciptakan kondisi yang seimbang antara dimensi sosial, lingkungan dan ekonomi untuk mencapai keberlanjutannya. Melalui keseimbangan tersebut diharapkan tidak akan timbul permasalahan kekurangankelebihan bahan baku, pencemaran lingkungan, dan konflik sosial. Pakpahan 1999, menegaskan bahwa industri perkebunan dan kehutanan masa depan harus efisien, produktif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Masyarakat perkebunan sudah selayaknya memiliki tradisi baru yaitu acquisitive atau technological and knowledge based society. Hal ini berarti dalam pengembangan agroindustri kopi, petani sebagai komponen sosial diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan konsep produksi bersih dalam rangka meningkatkan mutu produk, lingkungan, nilai ekonomi serta keberlanjutannya. Kelembagaan koperasi yang telah ada dalam sentra kopi rakyat hendaknya dapat memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi-organisasi bisnis lainnya yang ada saat ini untuk bisa bertahan dalam perekonomian global. Keunggulan kompetitif didefinisikan sebagai suatu kekuatan organisasional yang secara jelas menempatkan suatu perusahaan di posisi terdepan dibandingkan pesaing-pesaingnya. Salah satu keunggulan kompetitif koperasi adalah hubungannya dengan anggota. Partisipasi anggota merupakan hal yang penting dalam pengembangan koperasi. Tanpa adanya partisipasi anggota, akan menyebabkan terjadinya penurunan efisiensi dan efektifitas koperasi. Salah satu tolak ukurnya adalah kontribusi anggota untuk selalu ikut serta dalam program pengembangan koperasi.

9.4. Kesimpulan

Strukturisasi pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember yang akan menerapkan sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih terutama diharapkan dapat mewujudkan kebutuhan pasar ekspor. Pengembangan agroindustri kopi rakyat ini dilaksanakan dalam wadah kelembagaan koperasi yang tumbuh dari keinginan anggota kelompok tani untuk mengembangkan usahanya. Strukturisasi upaya pengembangan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan pengembangan yang ingin dicapai oleh seluruh stakeholder. Selain itu penentuan indikator pengembangan dalam suatu sistem agroindustri yang berkelanjutan akan membantu koperasi di masa mendatang dalam melakukan evaluasi perubahan yang akan dilakukan. Peran serta anggota koperasi untuk dapat mengikuti perubahan akan memberikan kemudahan dalam mencapai posisi pasar yang kuat. Penjagaan hubungan antar stakeholder akan memberikan kesempatan bagi koperasi untuk selalu belajar. Proses belajar dibutuhkan dalam menghadapi perubahan yang berkaitan dengan kemajuan teknologi, perbaikan kualitas, dan upaya diversifikasi produk sesuai preferensi konsumen. Hal ini diharapkan akan mendukung keberlanjutan agroindustri kopi rakyat khususnya di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember. 241

X. PEMBAHASAN UMUM

Kopi Robusta yang diusahakan dari perkebunan rakyat merupakan salah satu komoditas utama perkebunan Indonesia. Krisis kopi tahun 2000 menyebabkan harga biji di tingkat petani sangat rendah serta berdampak pada keberlanjutan pertanian kopi rakyat. Hal ini terutama karena besarnya ketergantungan kopi Indonesia terhadap pasar ekspor, dimana hampir 70 biji kopi yang diproduksi diekspor ke luar negeri dan hanya 30 yang dikonsumsi dalam negeri. Selain itu rendahnya mutu biji kopi turut mempengaruhi harga kopi Indonesia di pasar dunia. Berlakunya resolusi ICO International Coffee Organization 407 tahun 2002 yang kemudian diamandemen dengan resolusi ICO 420 tahun 2004 menetapkan larangan ekspor bagi kopi yang bermutu rendah dengan jumlah cacat lebih dari 150 untuk Robusta. Resolusi ini menuntut upaya perbaikan mutu kopi di Indonesia, mengingat Indonesia termasuk salah satu negara yang terkena larangan. Tuntutan akan kopi bermutu tinggi serta perkembangan isu lingkungan dan sosial mewarnai pasar kopi dunia yang melahirkan konsep kopi berkelanjutan. Meskipun di sisi lain, penjualan kopi bermutu rendah masih bertahan. Pasar kopi saat ini terutama didominasi oleh kopi-kopi bermutu tinggi yang dijual di café maupun supermarket. Konsep kopi berkelanjutan menunjukkan perhatian konsumen terhadap isu-isu degradasi lingkungan karena pola pertanian kopi yang monokultur, dampak kesehatan akibat residu kimia pada biji kopi, kesenjangan sosial dalam perdagangan internasional serta fluktuatifnya perekonomian kopi. Selama kurun waktu 20 tahun, pasar kopi berkelanjutan tumbuh dengan cepat seiring peningkatan kesadaran konsumen. Sebagai salah satu bagian dari pasar kopi dunia, perkembangan agroindustri kopi rakyat di Indonesia hendaknya didasarkan pada konsep keberlanjutan kopi dunia. Kerangka keberlanjutan agroindustri kopi rakyat Indonesia dikembangkan dari konsep keberlanjutan kopi dunia dan kondisi pertanian kopi di Indonesia. Kerangka keberlanjutan disusun berdasarkan atribut-atribut dimensi ekonomi, lingkungan, sosial dan kelembagaan yang dapat dinilai pelaksanaannya dalam agroindustri kopi rakyat. Dimensi kelembagaan merupakan pengembangan dari dimensi sosial yang lebih spesifik menggambarkan karakteristik pembangunan pertanian melalui kelompok tani. Pada tahun 2007, Commision on Sustainable Development CSD telah melakukan penambahan indikator kelembagaan dalam kerangka pembangunan keberlanjutan untuk mendukung tercapainya MDGs Millenium Development Goal di berbagai negara di dunia UN 2007. Dengan demikian, indikator kelembagaan yang dimasukkan dalam Kerangka Keberlanjutan Kopi Rakyat sesuai dengan perkembangan indikator pembangunan berkelanjutan. Penilaian keberlanjutan agroindustri kopi rakyat saat ini di KUPK Sidomulyo Kabupaten Jember menggunakan simulasi Rap-Coffee menunjukkan nilai cukup berlanjut 58,94. Hasil analisis keberlanjutan menunjukkan urutan atribut keberlanjutan yang berpengaruh dalam masing-masing dimensi Gambar 99 . Penilaian yang dilakukan oleh stakeholder masih menunjukkan besarnya peranan dimensi ekonomi dalam penilaian keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. E K O N O M I L I N G K U N G A N

1. Biaya produksi pemasaran

2. Manajemen usaha tani

3. Kualitas produksi 4. Peluang pasar

5. Kredit usaha 6. Pendapatan

7. Keuntungan 2. Penyimpanan

karbon

4. Daur ulang dan penggunaan ulang

5. Manajemen energi 3. Pengurangan

polusi 1. Manajemen sumberdaya lahan

6. Keanekaragaman hayati

7. Manajemen air S

O S I A L 2. Persepsi dan kepuasan petani

4. Hak-hak dasar 5. Relasi sosial

3. Jam kerja upah 1. Kesehatan dan

keamanan K E L E M B A G A A N

2. Keputusan terintegrasi

4. Pengembangan kapasitas

5. IPTEK 3. Partisipasi publik

1. Kesiapan akan bencana

6. Tata aturan 7. Kesadaran sosial

informasi 9. Aturan, kerjasama internasional 8. Kerangka aturan kelembagaan Gambar 99 Urutan indikator keberlanjutan agroindustri kopi rakyat Hal ini ternyata sesuai dengan penilaian terhadap penerapan konsep pembangunan berkelanjutan menurut Adams dalam IUCN 2006. Pendekatan keseimbangan yang terintegrasi lebih baik dibutuhkan untuk mencapai konsep keberlanjutan yang ideal Gambar 100. Karena kegiatan pembangunan haruslah layak secara ekonomi economically viable, dapat diterima secara sosial socially acceptable serta bersifat ramah lingkungan environmentally-friendly. Gambar 100 Tiga pilar pembangunan berkelanjutan antara teori, realitas dan perubahan yang dibutuhkan Adams 2006 Dukungan terhadap perkembangan kopi yang berkelanjutan tidak hanya secara ekonomi tetapi juga sosial dan lingkungan agar dapat melahirkan standar kopi tersertifikasi. Kopi yang diusahakan di KUPK Sidomulyo, telah mendapatkan sertifikat kopi organik dari Utz Certified melalui eksportir kopi PT Indocom. Penghargaan terhadap kopi organik sebagai bagian dari kopi yang berkelanjutan tidak terlepas dari mutu biji kopi yang dihasilkan. Giovannucci 2001, menjelaskan mutu kopi merupakan landasan penerapan kopi yang berkelanjutan. Mutu kopi juga menjadi salah satu indikator dalam dimensi keberlanjutan ekonomi agroindustri kopi rakyat. Peningkatan mutu kopi dapat dilakukan dengan penerapan teknologi yang tepat. Teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses melalui pengurangan penggunaan sumberdaya menjadi produk. Teknologi juga dapat dikembangkan untuk memitigasi dampak terhadap lingkungan. Teknologi memegang peran penting terhadap keberlanjutan karena menyediakan alat bagi manusia untuk mengambil sumberdaya dari lingkungan dan merubahnya sesuai kebutuhan. Teknologi juga membawa konsekuensi dampak lingkungan yang timbul dari proses pengolahan sumberdaya. Peningkatan mutu kopi rakyat dilakukan melalui modifikasi teknologi olah basah berdasarkan konsep produksi bersih. Teknologi olah basah telah dipercaya dapat meningkatkan mutu kopi karena diterapkan pada buah kopi matang dan melalui proses fermentasi yang mampu meningkatkan cita rasa kopi. Penerapan konsep produksi bersih pada proses pengolahan kopi dapat diupayakan melalui minimisasi air proses, penggunaan biodiesel, penanganan limbah cair, dan limbah padat yang memberikan nilai tambah ekonomi.