Tabel 37 Analisis sensitivitas penurunan harga jual biji kopi
Penurunan harga NPV
IRR BC PBP tahun
2,5 Olah kering Rp 73.080.833,- 18,96
1,40 6,13
Modifikasi Olah basah Rp 865.638.123,- 47,08 3,21
2,26
5
Olah kering Rp 192.339.968,- ---
-0,06 ---
Modifikasi Olah basah Rp 600.217.323,- 39,62 2,53
2,95
10 Olah kering Rp 723.181.568,-
--- -2,97
--- Modifikasi Olah basah Rp 69.375.723,- 14,68
1,18 7,9
Penerapan teknologi bersih pada pengolahan basah melalui pemanfaatan produk samping mampu mempertahankan kelayakan agroindustri kopi rakyat
pada saat terjadi penurunan harga kopi. Pada taraf sensitifitas harga sebesar 5, nilai NPV masih cukup besar dengan net BC sebesar 2,53 dan masa PBP 2,95
tahun. Penurunan harga kopi beras hingga 10 masih menunjukkan kelayakan usaha, meskipun beresiko karena PBP yang lama dan nilai NPV yang jauh
menurun. Akan tetapi penerapan modifikasi olah basah jauh lebih layak dibandingkan pengolahan kering.
Oleh karena itu, aplikasi teknologi olah basah pada kopi rakyat haruslah diupayakan. Unit-unit penanganan produk samping yang cukup bervariasi seperti
pembuatan pakan ternak, kompos, briket dan lain-lain dapat dilakukan di rumah- rumah anggota kelompok tani. Pemanfaatan produk samping dapat membuka
peluang usaha baru sekaligus meningkatkan kondisi perekonomian petani. Biogas yang dihasilkan dari digester anaerobik dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota
kelompok tani, meskipun di luar masa panen kopi. Pemanfaatan biogas untuk keperluan rumah tangga dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap
satu sumber energi sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca GRK. Akan tetapi aplikasi modifikasi teknologi basah membutuhkan upaya terus menerus dan
konsisten karena kompleksnya fasilitas dan peralatan yang harus ditangani. Selain itu dibutuhkan wawasan dan pengelolaan yang menyeluruh. Keikutsertaan secara
aktif anggota kelompok tani dalam adopsi teknologi bersih akan sangat membantu penerapannya. Dengan demikian anggota akan merasakan dampak positif dari
nilai ekonomi penanganan produk samping. Peran stakeholder terkait seperti dukungan pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian, lembaga keuangan dan
eksportir kopi sangat dibutuhkan kelompok tani. Pelaksanaan secara terpadu akan
lebih mudah diterapkan dalam suatu wadah kelembagaan agroindustri kopi Robusta rakyat.
8.4. Kesimpulan
Sistem pengolahan kopi Robusta rakyat yang menerapkan konsep produksi bersih dilakukan dalam suatu sistem agroindustri kopi rakyat. Pendekatan sistem
dapat menjamin kesatuan usaha yang bersifat dinamis, terbuka terhadap perubahan yang dilakukan dalam pengendalian yang terintegrasi dan
berkelanjutan. Analisis lingkungan, sosial dan ekonomi penerapan teknologi bersih dalam modifikasi teknologi olah basah menunjukkan nilai positif. Secara
lingkungan, penerapan teknologi bersih dapat dilakukan secara kontinyu dan konsisten sesuai tujuan sehingga tidak menimbulkan dampak kerusakan ekologis.
Penerapan teknologi bersih membutuhkan pemahaman dan sosialisasi yang terus menerus agar diterima oleh petani kopi dan masyarakat karena pelaksanaannya
yang lebih kompleks dibandingkan pengolahan kering. Terutama mengingat masyarakat telah terbiasa menerapkan pengolahan kering yang lebih sederhana.
Penerapan pengolahan basah berbasis teknologi bersih dalam agroindustri kopi rakyat memiliki nilai kelayakan ekonomi lebih besar dibandingkan pengolahan
kering serta memiliki fleksibilitas tinggi menghadapi fluktuasi harga kopi dunia.
219
IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER
9.1. Pendahuluan
Sistem pengolahan kopi Robusta rakyat berbasis produksi bersih yang diupayakan untuk diterapkan di KUPK Desa Sidomulyo membutuhkan
perencanaan yang terkait dengan upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat. Perencanaan agroindustri hendaknya dilakukan melalui pendekatan sistem secara
berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan operasional sistem yang lebih efektif. Dengan demikian untuk menjamin keberlanjutan penerapan sistem pengolahan
kopi rakyat berbasis produksi bersih dalam agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo dibutuhkan upaya strukturisasi sistem pengembangan yang dapat
memberikan dasar dalam memahami permasalahan terkait. Strukturisasi sistem pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Desa Sidomulyo tidak bisa
terlepas dari keberadaan koperasi sebagai suatu lembaga yang menaungi kelompok tani dan berperan penting dalam pengambilan keputusan.
Kelembagaan pada dasarnya mempunyai dua pengertian, yaitu kelembagaan sebagai suatu aturan main rule of the game dalam interaksi personal dan
kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hirarki Hayami dan Kikuchi 1981. Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan
baik formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dan lingkungannya, yang menyangkut hak-hak dan
perlindungan hak-hak serta tanggung jawabnya. Kelembagaan sebagai suatu organisasi menurut Winardi 2003, dapat dinyatakan sebagai sebuah kumpulan
orang-orang yang dengan sadar berusaha untuk memberikan sumbangsih mereka ke arah pencapaian suatu tujuan umum. Kelembagaan sebagai suatu organisasi
biasanya merujuk pada lembaga-lembaga formal seperti departemen dalam pemerintah, koperasi, bank, dan sebagainya
Pembangunan kelembagaan merupakan suatu proses untuk memperbaiki kemampuan suatu lembaga institution dalam menggunakan sumberdaya yang
tersedia, berupa manusia human maupun dana financial secara efektif. Keefektifan suatu lembaga tergantung pada lokasi, aktivitas, dan teknologi yang
digunakan oleh suatu lembaga. Konsep keefektifan diartikan sebagai kemampuan suatu lembaga dalam mendefinisikan seperangkat standar dan menyesuaikannya
dengan tujuan operasionalnya. Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan sosial ekonomi yang
sesuai diterapkan dalam pengembangan pertanian. Koperasi adalah lembaga yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja tetapi juga memperhatikan aspek-
aspek ekonomi Baga el al. 2009. Pengembangan koperasi di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember dilatarbelakangi oleh kelemahan Kelompok Tani Sidomulyo I
terhadap akses layanan usaha, seperti lembaga keuangan dan lembaga pemasaran. Keinginan untuk mengembangkan usaha agroindustri kopi melalui lembaga
ekonomi yang dapat menjalankan fungsi kemitraan dengan adil dan menghilangkan ketergantungan terhadap pedagang pengumpul serta adanya
dukungan dari stakeholder terkait melahirkan KSU Koperasi Serba Usaha Buah Ketakasi pada tahun 2007.
Upaya penerapan modifikasi teknologi olah basah berbasis produksi bersih bertujuan meningkatkan mutu kopi rakyat sekaligus meningkatkan nilai tambah
agroindustri kopi rakyat akan lebih mudah diterapkan dalam pengelolaan koperasi Buah Ketakasi. Melalui KSU Buah Ketakasi, dukungan pemerintah, lembaga
pendidikan dan penelitian serta lembaga keuangan maupun eksportir kopi dapat disalurkan dan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini
adalah untuk
melakukan strukturisasi
langkah-langkah pengembangan
agroindustri kopi rakyat dalam menerapkan modifikasi teknologi olah basah.
9.2. Metode Penelitian 9.2.1.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh untuk tahapan perumusan strategi pengembangan agroindustri kopi rakyat berbasis produksi bersih meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara, in-depth interview dengan kelompok tani, pakar, dan instansi terkait. Data sekunder
meliputi potensi pengembangan kopi rakyat, data sosial ekonomi, aspek lingkungan dalam agroindustri kopi rakyat yang diperoleh dari studi literatur.