tertinggi pada produksi kopi Robusta dibandingkan kompos dari sumber lain seperti belotong, kotoran sapi, kotoran kambing dan daun tanaman penaung.
6. Media Jamur. Limbah padat kopi menurut Fan dan Soccol 2005,
merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Berikut perbandingan komposisi nutrisi pada limbah padat kopi untuk pertumbuhan
jamur Tabel 35.. Menurut Bermudez et al. 2001, efisiensi pulpa kopi
menunjukkan potensi biologi pertumbuhan jamur tiram tertinggi 168,5 –
179,4 dibandingkan kulit kelapa 90 dan kulit kakao 84,5. Fan et al. 2000 diacu dalam Fan dan Soccol 2005 efisiensi produksi jamur shitake
dapat mencapai 90, meskipun aplikasinya di petani baru mencapai 50.
Tabel 35 Perbandingan komposisi nutrisi kulit kopi dan pulpa kopi
Komponen Kulit Kopi
Pulpa Kopi
Protein 9,2
– 11,3 8,5
– 12,1 Lipid
2,0 – 2,3
1,5 – 2,0
Selulosa 13,2
– 27,6 15,1
– 20,3 Abu
3,3 – 4,1
5,5 – 6,8
Ekstrak non-nitrogen 57,8
– 66,1 45,5
– 54,3 Tanin
4,5 – 5,4
1,6 – 2,4
Kafein 0,8
– 1,1 0,5
– 0,7
Sumber; Fan dan Soccol 2005.
7.3.7. Rekomendasi Penanganan Limbah Proses Pengolahan Kopi
Buah kopi harus melalui proses panjang untuk dikonsumsi. Proses tersebut sering membutuhkan sejumlah besar air dan menghasilkan limbah padat dan cair.
Minimisasi air pada proses pengolahan kopi metode olah basah belum sepenuhnya dapat memecahkan permasalahan yang timbul pada unit pengolahan kopi rakyat,
karena masih ada limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut dapat diubah menjadi produk bernilai ekonomis untuk menambah pendapatan petani kopi. Penerapan
teknologi yang tepat untuk mengolah limbah cair serta pemanfaatan produk samping by products pengolahan kopi sangat dibutuhkan. Produk samping
adalah sesuatu yang turut dihasilkan pada saat mengolah suatu produk atau hasil sekunderhasil samping dari suatu proses produksi.
Mburu 2010, minimisasi air proses pengolahan dapat dilakukan dengan mendaurulang air proses dengan beberapa batasan. Air proses sortasi rambang
dapat digunakan untuk air proses pengupasan. Air proses pengupasan tidak dapat digunakan kembali untuk keperluan lain melainkan hanya untuk proses
pengupasan sebanyak 2-3 kali. Modifikasi peralatan akan membantu mengurangi kebutuhan air, meskipun dalam penerapannya membutuhkan penilaian lanjut yang
disesuaikan dengan kondisi setempat. Menurut Calvert 1998, keuntungan resirkulasi air proses pengupasan
untuk proses pengupasan kembali adalah mempercepat aksi bakteri mendegradasi komponen lendir pada proses fermentasi. Apabila air bersih berlebih yang
digunakan untuk proses pengupasan, maka akan banyak gula terlarut yang dapat tercuci sebelum proses fermentasi. Kondisi demikian akan mengurangi kerja
bakteri pembusuk yang menguntungkan dan menambah bakteri ataupun kapang yang menghasilkan asam-asam tingkat tinggi seperti propionat dan butirat yang
dapat menyebabkan onion flavor pada biji kopi. Meskipun demikian dibutuhkan pengawasan terhadap kondisi air proses pengupasan terutama tingkat gula dan
enzim yang terlarut. Oleh karena itu, pada saat air daur ulang yang digunakan untuk proses pengupasan mulai mengental dan pekat, air ini harus dibuang. Lebih
lanjut Calvert 1998 menjelaskan proses fermentasi yang berfungsi mendegradasi lendir dari daging buah kopi tidak dapat digantikan dengan proses mekanis jika
kualitas akhir biji kopi yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kualitas limbah cair, limbah padat
serta upaya penanganannya pada proses pengolahan kopi, maka dapat diterapkan
sistem tertutup penanganan limbah Gambar 84. Sistem tertutup penanganan
limbah merupakan bagian penerapan konsep ekoteknologi untuk meningkatkan kualitas lingkungan terutama kualitas badan air dan tanah. Jacobi 2004,
memberikan contoh penerapan ekoteknologi pada pertanian kopi di Matagalpa, Nicaragua untuk meningkatkan kualitas air. Pertanian kopi di Matagalpa
memanfaatkan kombinasi teknologi UASB, penggunaan bio-filter kolam dengan tanaman air untuk mengolah limbah cair proses pengolahan. Adapun air setelah
penanganan efluen dialirkan ke areal pertanian melalui irigasi sprinkler. Desain sistem tertutup proses pengolahan kopi dan alternatif penanganan
limbah pengolahan kopi merupakan desain integrasi pengolahan kopi dan penanganan limbah pengolahan yang berbasis produksi bersih. Pengolahan kopi
rakyat berdasarkan prinsip minimisasi air optimum yang mampu meningkatkan mutu biji kopi sekaligus menurunkan volume limbah cair yang dihasilkan.