d. Pranata sosial Suatu kesatuan sosial, betapa kecilnya, memerlukan aturan-aturan sebagai
pedoman bersama dalam mengembangkan sikap dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan bersama.
e. Pengendalian dan pengawasan sosial Untuk menjamin ketertiban masyarakat, lebih-lebih dalam masyarakat yang
majemuk dan sedang mengalami perkembangan yang pesat kearah masyarakat industri dewasa ini, pengendalian dan pengawasan sosial menjadi amat
penting artinya. Setiap kesatuan sosial mengembangkan pola-pola dan mekanisme pengendalian yang sampai batas tertentu sangat efektif.
f. Kebutuhan sosial Lingkungan sosial itu terbentuk didorong oleh keinginan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana diketahui, bahwa tidak semua kebutuhan hidup manusia itu bisa dipenuhi oleh seorang diri, terutama
kebutuhan sosial social needs. Kebutuhan sosial, antara lain mencakup kebutuhan untuk hidup bersama, pembentukan komuniti, kelompok sosial,
keteraturan atau ketertiban masyarakat dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas, penulis mengkaitkan pengelolaan lingkungan sosial
dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yaitu bagaimana prinsip pengelolaan lingkungan sosial sesuai dengan mekanisme pembentukan kelompok
pengelolaan sampah yang akan dibentuk.
2.6 Komunikasi Kelompok dalam Memecahkan Masalah
Komunikasi kelompok diperlukan dalam kelompok pengelola sampah untuk memecahkan masalah yang dihadapi kelompok dalam merubah perilaku anggota
kelompok. Dalam rangka memecahkan masalah pada kelompok menurut McBurney dan Hance dalam Goldberg dan Larson 2006, masalah-masalah
seharusnya diungkapkan dalam bentuk pertanyaan dan bukan dalam bentuk perintah atau usulan, karena diskusi adalah suatu bentuk penyelidikan dan suatu
pertanyaan yang mengarahkan para peserta diskusi ke jalur yang benar. Suatu
pertanyaan yang baik dalam diskusi, menurut Crowell dalam Goldberg dan Larson 2006, haruslah sesuai dengan sasaran kelompok maupun dengan waktu yang
tersedia. Selain itu juga harus menarik dan bermanfaat. Menurut Wegner dan Arnold dalam Goldberg dan Larson 2006 menyarankan agar suatu pertanyaan
sebaiknya didasarkan pada cara berpikir yang reflektif, serta melibatkan lebih dari
dua cara pemecahan masalah. Harnack dan Fest dalam Goldberg dan Larson
2006 mengingatkan bahwa suatu pertanyaan tidak boleh ditujukan secara langsung pada cara pemecahan dan harus jelas menentukan tingkah laku siapa
yang kira-kira harus diubah. Dalam kelompok menghadapi masalah, perlunya bentuk pemecahan masalah yang ideal, mengharuskan kelompok-kelompok
bekerja melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Apakah kita semua sudah setuju pada sifat masalah?
b. Cara pemecahan mana yang paling ideal jika dilihat dari sudut pandang semua pihak yang terlibat dalam masalah?
c. Kondisi-kondisi apa dalam masalah yang dapat diubah agar cara pemecahan yang ideal mungkin dapat dicapai?
d. Dari sekian cara pemecahan yang tersedia pada kita, yang manakah yang kira- kira paling baik untuk menjadi cara pemecahan yang ideal?
Komunikan dari bentuk analisis ini bahwa bentuk memusatkan perhatiannya pada hambatan-hambatan di dalam situasi masalah, asumsinya ialah bahwa kalau
hambatan-hambatan ini dapat diatasi, atau kalau syarat dalam situasi.
2.7 Kepemimpinan dan Komunikasi Kelompok