Pengaturan Pengelolaan Sampah di Kota Pontianak

5.7 Pengaturan Pengelolaan Sampah di Kota Pontianak

Peraturan pengelolaan sampah digunakan sebagai dasar hukum untuk mengikat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah Kota Pontianak telah mengeluarkan beberapa peraturan daerah tentang persampahan, antara lain : 1. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum Lembar Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2004 seri E Nomor 5. 2. Peraturan Dearah Kota Pontianak Nomor 13 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan. 3. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 15 Tahun 2005 tentang Perubahan Pertama Peratuan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. Pada saat ini peraturan tersebut belum mengatur tentang: 1. Kewajiban penghasil sampah untuk meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan. 2. Kewajiban penghasil sampah untuk memilah sampah berdasarkan sifat sampah. 3. Definisi tentang sampah berdasarkan kategori fisik, kimia atau biologis. 4. Definisi tentang tahapan operasionalisasi pengelolaan persampahan di kota tersebut. Perda pengelolaan persampahan belum mengatur tentang pengelolaan kebersihan dan cara pengumpulan retribusi, serta mengatur peran masyarakat di persampahan yang bersifat lintas adminitrasi kabupatenkotaprovinsi. Saat ini, pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan sistem pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah ke TPA. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa regulasi belum sinergi dengan gagasan pengelolaan sampah berbasis komunitas. Berdasarkan hal diatas peraturan kedepan harus diperhatikan dalam mengelola sampah adalah sebagai berikut: 1. Peraturan yang mengedepankan integrasi instansi terkait dalam mengelola lingkungan. 2. Adanya pengaturan tentang mengelola sampah ditingkat rumah tangga dengan memilah sampah. 3. Pemerintah melakukan intervensi untuk melakukan pemasaran hasil olahan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. 4. Pemerintah melakukan kolaborasi atau kemitraan dengan stakeholder dalam penanganan masalah sampah. 5. Pemerintah membuka jejaring kepada masyarakat dalam penanganan sampah. 6. Pemerintah merubah paradigma yang mengedepankan kekuatan masyarakat daripada kekuatan teknologi. 7. Standar pelayanan minimum Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk pengangkutan sampah. 8. Pemberian sangsi kepada petugas dan masyarakat yang tidak bertanggungjawab atas tugas dan peran dalam melaksanakan pengelolaan sampah.

5.8 Pola Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Kecamatan Pontianak