kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga dinas dapat menindaklanjuti program tersebut. Penulis diberikan contoh pembuatan program beserta
rinciannya. Menurut kepala seksi tersebut, proposal yang diajukan atas permintaan masyarakat akan ditindaklanjuti jika tidak tahun ini, akan
diajukan tahun depan. Mengingat Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan memberikan bantuan tong sampah kepada pemenang
Perlombaan Green and Clean bagi masyarakat yang membutuhkan. Pemda Propinsi memiliki anggaran untuk pengadaan pengelolaan sampah.
3. Tingkat Pengusaha Untuk membuka jaringan pasar terhadap penjualan sampah, penulis
mendatangi pimpinan perusahaan yaitu pengusaha sampah di Riung Bandung tentang pengelolaan sampah di Pontianak. Ternyata perusahaan ingin
mengembangkan usahanya di Kota Pontianak, kontribusi yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah memberikan pelatihan secara gratis kepada penduduk
di komunitas RT 02 RW 07 untuk memilah jenis plastik dan besi tua. 4. Tingkat LSM
Penulis mengunjungi LSM untuk mendiskusikan tentang pengelolaan sampah yang dilakukan di komunitas RT 02 RW 07 dalam hal pendampingan
dan pendanaan untuk pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil diskusi LSM memiliki tenaga untuk pemberdayaan di komunitas tersebut dan dana
untuk melaksanakan pemberdayaan tersebut. LSM memiliki tenaga pemuda cinta lingkungan yang dapat digerakkan untuk pengelolaan sampah di
bantaran sungai. Penulis yang diharapkan untuk membuat jenis program yang diperlukan untuk pemberdayaan masyarakat di bantaran sungai yang akan
didukung dengan tenaga dan pendanaan.
6.5 Ikhtisar
Perbedaan pengelolaan sampah pada komunitas Kompleks Perumahan Dwi Ratna dan Komunitas pinggir sungai sebagai berikut:
1. Pengelolaan sampah dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan adanya kesepakatan bersama dari komunitas.
2. Hasil pengelolaan sampah berupa kompos dan kerajinan tangan. 3. Pembuatan pupuk kompos dan kerajinan tangan dilakukan oleh ibu-ibu.
4. Adanya kemauan seluruh komunitas untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah agar dapat menghasilkan kerajinan sampah.
5. Setiap rumah tangga memiliki alat komposter. 6. Setiap rumah tangga memberikan hasil bungkusan sampahnya agar dapat
dijadikan kerajinan tangan. 7. Secara geografis komunitas Kompleks Perumahan Dwi Ratna berada di
daratankota Sedangkan pengelolaan sampah yang diterapkan komunitas pinggir sungai
dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Sampah dibakar dan dibuang ke sungai dan dua orang ibu yang membuang
sampah organik dengan menimbun sampah tersebut ke dalam pot. 2. Tidak memiliki tempat sampah untuk komunitas.
3. Menjual sampah yang dapat menghasilkan uang seperti ember pecah, plastik dan lain-lain.
4. Secara geografis komunitas RT 02 RW 07 berada di pinggir sungai. Persamaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat pada kedua komunitas
tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memiliki ketua RT yang dihormati oleh warganya.
2. Memiliki tempat untuk pengolahan sampah. 3. Memiliki tukang jahit yang bisa menjahit kerajinan sampah.
4. Memiliki orang yang peduli terhadap masalah sampah. 5. Memiliki warga yang rukun dalam satu RT.
Pada pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang akan ditransfer dari Kecamatan Pontianak Utara Kompleks Perumahan Dwi Ratna ke Kecamatan
Pontianak Selatan ke komunitas RT 02 RW 07 Kelurahan Benua Melayu Laut disesuaikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos dapat dilakukan komunitas di pinggir sungai dengan kelompok pengelolan sampah sedangkan pengelolaan
sampah yang dilakukan di Kompleks Perumahan Dwi Ratna dilakukan secara individu.
2. Sampah anorganik menjadi kerajinan tangan untuk komunitas di pinggir sungai harus disertai pelatihan cara pembuatan kerajinan tangan dari sampah.
Sedangkan Kompleks Perumahan Dwi Ratna membuat kerajinan tangan dari kreatif dan inovasi penjahit kerajinan tangan.
3. Pembuatan pupuk kompos dan kerajinan tangan dilakukan oleh ibu-ibu untuk komuntas pinggir sungai. Sedangkan untuk Kompleks Perumahan Dwi Ratna
dilakukan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak dalam pembuatan pupuk kompos sedangkan kerajinan tangan dilakukan oleh ibu-ibu.
Oleh karena adanya perbedaan karakteristik pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat diatas maka diperlukan cara agar komunitas di RT 02 RW 07 dapat
efektif melakukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui pendekatan kolaborasi antara stakeholder sehingga semua berperanserta mensukseskan
pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Peranserta stakeholder tersebut dapat dilakukan pada aras pemerintah, masyarakat dan aras masyarakat dan pemerintah.
VII. PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT
7.1 Pendahuluan
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat telah dilakukan di Kompleks Perumahan Dwi Ratna. Keberhasilan pengelolaan sampah tersebut akan ditransplantasi
pembelajaran kepada komunitas di pinggiran sungai. Ketua RT yang mempelopori pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat tersebut akan menjadi
contoh bagi masyarakat di pinggir sungai bahwa pelaksanaan pengelolaan sampah dapat dilakukan secara swadaya. Selama ini komunitas di pinggir sungai belum
memahami pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Proses transplantasi pembelajaran ini juga melibatkan pemerintah selaku pemberi
pelayanan persampahan kepada masyarakat di Kota Pontianak. Pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat terjadi secara efektif jika
pemerintah ikutserta dalam membuat kebijakan yang mendukung pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kota Pontianak. Pemerintah sebagai pemegang
tugas utama pelayanan persampahan di Kota Pontianak mempunyai peran besar terhadap suksesnya perubahan masyarakat dalam mengelola sampah pada tingkat
rumah tangga. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat perlu melibatkan peran pemerintah
untuk menciptakan keadaan yang kondusif dalam pembentukan kelompok pengelola sampah pada masyarakat. Pembentukan kelompok pengelola sampah
dilakukan dengan FGD bersama masyarakat. Berdasarkan hasil FGD tersebut perlunya pembentukan kelompok pengelola sampah dengan peran pemerintah dan
masyarakat sehingga program yang dilakukan pada aras pemerintah, masyarakat dan campuran aras pemerintah dan masyarakat.
7.2 Program Pengembangam Sampah Berbasis Masyarakat di Ruang Pemerintah
Berdasarkan hasil analisis bab sebelumnya terdapat permasalahan pengembangan masyarakat dalam pengelolaan sampah pada aras pemerintah yang memerlukan