Rencana Strategi Pengelolaan Sampah Tahun 2005 - 2009

sebanyak 24 sehingga setahun sekali satu kelurahan mendapatkan penyuluhan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 3. Adanya ego sektoral dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh instansi terkait. Instansi terkait tidak melibatkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam melakukan pengelolaan sampah. Hal ini menyebabkan penanganan sampah masih bersifat parsial. Pengelolaan sampah memerlukan pelibatan seluruh instansi terkait yang saling berhubungan satu sama lain yang membutuhkan integrasi sehingga tercapai lingkungan yang bersih. 4. Kurangnya tenaga teknis yang ikut dalam pelatihan untuk mengorganisasikan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini yang menyebabkan kegiatan yang dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan masih mengandalkan teknologi. Masyarakat belum digerakkan dalam pengelolaan sampah. 5. Bantuan pengelolaan sampah akan diberikan kepada pemerintah jika masyarakat sudah melaksanakan pengelolaan sampah secara swadaya terlebih dahulu. 6. Belum diterapkannya paradigma pengembangan masyarakat dalam mengelola sampah dengan memberdayakan masyarakat yang belum mampu melakukan pengelolaan sampah. 7. Kurang disiplin pegawai melaksanakan tugas pelayanan sampah untuk menempati jadwal pengangkutan sampah yang telah ditentukan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemerintah belum mampu mengelola sampah seluruh Kota Pontianak.

5.2 Rencana Strategi Pengelolaan Sampah Tahun 2005 - 2009

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak akhir-akhir ini menjadi sorotan oleh masyarakat kota dalam pelayanan publik terutama tentang pelayanan kebersihan yang masih dianggap kurang memuaskan. Masyarakat mulai mempertanyakan akan nilai yang diperolah atas pelayanan yang dilakukan baik kualitas maupun kuantitas. Dalam era otonomi daerah sekarang ini sasaran yang diperlukan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kepada masyarakat umum sekaligus menampung aspirasi masyarakat itu sendiri. Adapun rencana strategi tahun 2005 – 2009 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak sebagai berikut: TUJUAN SASARAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN Gambar 5.1 Rencana Strategi Pengelolaan Sampah Kota Pontianak VISI Mewujudkan Kota Pontianak yang Bersih, Hijau, Teduh didukung Peran Serta Masyarakat MISI Meningkatkan pengelolaan pelayanan kebersihan dan sanitasi pada masyarakat Meningkatkan peran serta masyarakat instansi pemerintah dan swasta dalam pengelolaan kebersihan lingkungan Meningkatkan pengelolaan pemusnahan sampah insenerasi agar kualitas lingkungan hidup terjaga 1. Operasional pengendalian kegiatan pemusnah sampah insenerasi 2. Operasional pemusnah sampah dengan alat insenerator Meningkatkan peran serta masyarakat, instansi pemerintah dan swasta dalam pengelolaan 1. Terbentuknya kelompok kebersihan di masyarakat 2. Tersedianya sarana kebersihan swadaya masyarakat 3. Jumlah kemitraan masyarakat pengelolaan sampah 4. Jumlah kemitraan instansi Tercapainya desentralisasi pembuangan sampah akhir dengan alat insenerator Meningkatkan peran serta dan kemitraan dalam pengelolaan persampahankebersihan 1. Jumlah SDM yang memadai 2. Luas insenerasi yang memadai 3. Jumlah sampah yang dapat dimusnahkan Menempatkan personil sesuai dengan bidang kegiatannya dan penguasaan management pengelolaan insenerasi untuk menunjang kelancaran alat pemusnah sampah Peningkatan dan pemeliharaan kebersihan 1. Operasional Pengendalian TPA 2. Kerjasama operasional swakelola dan mitra kerja Peningkatan dan pemeliharaan kebersihan Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan 1. Pembangunan dan pengadaan insenerator 2. Pembangunan jalam masuk insenerator 3. Pembangunan pagar insenerator Peningkatan peralatan kebersihan 1. Pengadaan kendaraan operasional 2. Pengadaan Genset 5000wat 3. Pengadaan karung plastik Hal yang tersirat dalam visi Kota Pontianak bahwa pengelolaan lingkungan dilakukan dengan peranserta masyarakat. Untuk membangun peranserta masyarakat perlunya pengembangan masyarakat yang tertuang dalam misi. Dalam rangka mencapai misi tersebut Kota Pontianak memiliki tujuan yang benar dengan membangun jejaring, partisipasi masyarakat tetapi untuk tujuan menggunakan insenerasi kurang tepat karena penggunaan insenerator tidak mengubah perilaku masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah dengan cara memilah sampah organik dan anorganik. Dengan mengubah kebiasaan masyarakat memilah sampah akan lebih mudah mendaur ulang sampah. Dengan daur ulang sampah, akan menghasilkan nilai ekonomi. Hal ini akan membuka lapangan kerja baru dan memberdayakan masyarakat. Kelemahan menggunakan insenerator adalah pengelolaan sampah tergantung kepada teknologi. Pada saat teknologi rusak maka sampah akan bertumpuk. Selain itu biaya perawatan dan perbaikan mesin lebih besar daripada memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah. Adanya ketidaksesuaian antara indikator yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu terbentuknya kelompok kebersihan di masyarakat dengan realisasi program. Program yang ada masih sebatas kerjasama pihak ketiga dan operasional di TPA. Hal ini tidak mengarah kepada pembentukan kelompok sampah di masyarakat. Kebijakan pemerintah meningkatkan peran serta dan kemitraan dalam pengelolaan persampahankebersihan dapat dilakukan dengan program kolaborasi antara stakeholder yaitu dana Coorporate Social Responsibility CSR dan dana dari LSM yang dapat dikombinasikan dengan dana pemerintah untuk mewujudkan visi Kota Pontianak. Sedangkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan pengembangan masyarakat seperti pembentukan kelompok sampah. Selain itu kebijakan untuk menempatkan personil sesuai dengan kegiatannya dan penguasaan manajemen pengelolaan insenerator untuk menunjang kelancaran alat pemusnah sampah sebaiknya dengan menempatkan personil dengan kegiatan pengorganisasian masyarakat untuk menunjang pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Dengan menggerakkan masyarakat dalam mengelola sampah akan meringankan beban pemerintah untuk melakukan perencanaan, pengawasan dan pengevaluasian karena masyarakat dapat melakukan hal tersebut secara mandiri. Program yang dilakukan pemerintah kurang tepat karena belum mengedepankan tujuan Kota Pontianak yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Adanya program peningkatan dan pemeliharaan kebersihan dengan kegiatan operasional pengendalian TPA dan kerjasama operasional swakelola dan mitra kerja, masih menunjukkan kepada pola kerjasama dengan pihak ketiga dan tidak menggerakkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Sedangkan untuk program peningkatan dan pemeliharaan kebersihan, peningkatan sarana dan prasarana kebersihan dan peningkatan peralatan kebersihan sudah benar tetapi program tersebut sebaiknya tidak melalui kegiatan insenerasi tetapi dengan kekuatan masyarakat dalam mengelola sampah yang difasilitasi oleh program tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa rencana strategisbelum mengarah kepada basis komunitas – pengembangan masyarakat – CSR.

5.3 Teknik Operasionalisasi Pengelolaan Sampah Pasar