1. Peraturan yang mengedepankan integrasi instansi terkait dalam mengelola lingkungan.
2. Adanya pengaturan tentang mengelola sampah ditingkat rumah tangga dengan memilah sampah.
3. Pemerintah melakukan intervensi untuk melakukan pemasaran hasil olahan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
4. Pemerintah melakukan kolaborasi atau kemitraan dengan stakeholder dalam penanganan masalah sampah.
5. Pemerintah membuka jejaring kepada masyarakat dalam penanganan sampah. 6. Pemerintah merubah paradigma yang mengedepankan kekuatan masyarakat
daripada kekuatan teknologi. 7. Standar pelayanan minimum Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk
pengangkutan sampah. 8. Pemberian sangsi kepada petugas dan masyarakat yang tidak
bertanggungjawab atas tugas dan peran dalam melaksanakan pengelolaan sampah.
5.8 Pola Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Kecamatan Pontianak
Utara
Telah ada pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kecamatan Pontianak Utara, yang berlokasi di Kompleks Perumahan Dwi Ratna jalur III RT 05RW 26
Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara yang telah dilakukan sejak tahun 2005. Sebagian masyarakat menganggap sampah sebagai suatu benda yang
tidak berharga. Namun tidak demikian dengan komunitas Kompleks Perumahan Dwi Ratna dengan bekal pengetahuan yang diberikan oleh ketua RT-nya.
Masyarakat kompleks tersebut dapat menyulap sampah menjadi uang. Warga yang tinggal disana dapat mendaur ulang sampah menjadi berbagai kerajinan
sampah dan pupuk kompos. Pengelolaan sampah yang dilakukan Kompleks Perumahan Dwi Ratna dapat dikatakan berhasil karena memenangkan perlombaan
Green and Clean juara I se-Kota Pontianak.
Proses pembentukan pengelolaan sampah ini dilakukan oleh ketua RT sebagai berikut:
1. Sejak terpilihnya Bapak SF sebagai ketua RT. Bapak SF pada sore hari memungut sampah di rumah-rumah penduduk.
2. Setelah sekian lama ketua RT melakukan tersebut, dilakukannya program kerjabakti tiap minggu dilingkungan RT. Pada saat kerjabakti Pak RT
melakukan diskusi untuk mengelola sampah di tingkat rumah tangga dikalangan bapak-bapak.
3. Bapak SF melakukan sosialisasi merubah sampah menjadi kompos kepada bapak-bapak.
4. Ibu ketua RT sebagai ketua PKK juga melakukan diskusi kepada ibu-ibu pada saat arisan RT yang dilakukan setiap bulan untuk merubah sampah menjadi
kompos dan kerajinan tangan dari sampah. 5. Dengan diskusi yang panjang kepada ibu-ibu oleh ibu RT dan bapak-bapak
melalui kerja bakti oleh pak RT sehingga warga RT tersebut melaksanakan pemilahan sampah dan merubah sampah menjadi pupuk.
Cara kerja masyarakat pengelolaan sampah dengan membuat kompos di rumah masing-masing dan membuat kerajinan sampah adalah sebagai berikut:
1. Sampah telah dipisah pada tingkat rumah tangga. 2. Masyarakat mencincang sampah organik di rumah masing-masing.
3. Sampah yang telah dicincang diletakkan di depan rumah yang memiliki tong sampah komposter kemudian diberi aktivator untuk merubah sampah menjadi
pupuk kompos. 4. Sampah anorganik berupa plastik di buat kerajinan sampah dipisahkan dan
dikumpulkan di rumah ketua RT. Ibu-ibu pada saat membuka bungkusan barang dari plastik dilakukan dengan rapi sehingga dapat digunakan untuk
membuat kerajinan sampah. 5. Ibu-ibu PKK mencuci sampah tersebut dan hasil pencucian tersebut diberikan
kepada tukang jahit di kompleks untuk menjadi tas, jas hujan, topi, tempat koran dan lain-lainnya.
Hasil kerajinan sampah akan dijual kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan orang yang berminat dengan hasil kerajinan sampah. Hasil penjualan kerajinan
sampah tersebut diberikan untuk tukang jahit dan kas PKK kompleks tersebut. Pembagian hasil penjualan dibagikan kepada kas PPK sebesar 10 persen yang
digunakan untuk kegiatan sosial seperti uang duka cita bagi yang mengalami kedukaan, dan kegiatan kebersamaan di RT tersebut. Sedangkan 90 persen hasil
penjualan kerajinan sampah untuk penjahit. Sampah yang tidak bisa di buat kerajinan tangan diberikan kepada pemulung. Sehingga sampah tersebut tidak
bersisa di kompleks tersebut. Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat membuat sampah dapat
dimusnakan pada tingkat komunitas. Oleh karena itu pemerintah perlu mendesentralisasi pengelolaan sampah kepada masyarakat dan bukan kepada
insenerator. Selain itu pengelolaan sampah berbasis masyarakat akan menghasilkan nilai ekonomi. Semua sampah dapat di daur ulang. Berikut ini
operasionalisasi pengelolaan sampah di Kompleks Perumahan Dwi Ratna:
`
Gambar 5.5 Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Kecamatan Pontianak Utara
Sampah Pemilahan sampah di tiap rumah
Sampah organik Sampah anorganik
Pelapakan Di kumpulin pada satu
kelompok untuk dicuci
Pengkomposan Kerajinan sampah
1. Sampah tidak bersisa 2. Sampah menghasilkan
Sampah dicincang Diberi aktivator
Sampah buat kerajinan tangan dipotong dengan benar
Sampah yang tidak bisa dibuat kerajinan
Dikumpulin di beri kepada pemulung
Dikumpuli di tempat sampah di rumah
Pengelolaan sampah yang dilakukan secara individu seperti kasus diatas akan mengalami permasalahan yaitu :
1. Hal ini sulit dilakukan oleh keluarga yang sibuk karena harus mencincang sampah.
2. Pengelolaan ini memengang peran figure seorang pemimpin yaitu ketua RT. Jika figure orang tersebut hilang dapat menyebabkan berhentinya pengelolaan
sampah. 3. Kurangnya pemasaran hasil kerajinan tangan dari sampah.
5.9 Masalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis