2. Pengelolaan sampah dengan membuang sampah ke sungai Masyarakat yang tidak memiliki tempat sampah dirumah dan membuang
sampah tersebut ke sungai. Membuang sampah ke sungai lebih praktis dilakukan daripada membuang sampah ke darat untuk dibakar di lahan yang
masih kosong. Keadaan ini terjadi untuk daerah yang berada di pinggiran sungai yang tidak memiliki lahan untuk melakukan pembakaran. Hal ini
sudah terjadi turun temurun bahwa masyarakat membuang sampah langsung ke sungai. Masyarakat tidak menyadari bahwa sampah yang dibuang akan
mencemari sungai. Mereka berpendapat bahwa sungai yang penuh sampah adalah hasil dari sampah hulu dan hilir sungai dan kontribusi sampah yang
mereka buang ke sungai tidak menjadi masalah bagi sungai karena jumlah yang relative sedikit dengan luas sungai yang besar. Hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya kesadaran masyarakat, jika semua orang membuang sampah ke sungai akan menambah banyak sampah disungai. Mereka melihat
masalah secara parsial dalam penumpukan sampah yang ada ditepi sungai. 3. Pengelolaan sampah dengan membakar
Sebagian kecil masyarakat yang dekat dengan darat melakukan pembakaran sampah.
6.2.2 Modal Sosial di Komunitas
Modal sosial dewasa ini juga semakin diakui sebagai faktor penting yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Modal sosial dilahirkan
dari bawah bottom-up, tidak hirarkis dan berdasarkan pada interaksi yang saling menguntungkan. Di dalam setiap komunitas terdapat modal sosial. Modal sosial
yang dimiliki komunitas adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat terhadap Pak RT yang memimpin kegiatan komunitas tersebut dan Ibu Fa yang mengadakan pengelolaan sampah di
lingkungan mereka karena sudah bertahun-tahun Ibu Fa peduli terhadap sampah di sekitar rumahnya.
b. Norma-norma Norma-norma yang berlaku dengan adanya kepercayaan terhadap ketua RT
adalah masyarakat akan mengikuti keputusan ketua RT jika ada kegiatan yang akan dilakukan di RT setempat. Pengadaan pengelolaan sampah di RT
setempat sangat tergantung kepada keputusan ketua RT dan kesediaan Ibu Fa yang membentuk kelompok sampah untuk menggerakkan masyarakat.
c. Jaringan Adanya hubungan ketua RT dengan pemerintah untuk mengurus surat
menyurat dari masyarakat, partai politik dan program pemerintah. Hubungan ini dapat digunakan untuk menggalang kerjasama dengan pemerintah dalam
mengelola sampah di komunitasnya. Dalam pengembangan modal sosial dan komunitas terdapat tujuh pendekatan
yang khas atau unik yang dapat digunakan untuk pengembangan pengelolaan sampah, yaitu:
1. Kepemimpinan Komunitas community leader Tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk menggerakkan masyarakat dalam
penanganan sampah di RT 02 RW 07 adalah ketua RT sebagai penggerak masyarakat yang dipercayai masyarakat untuk mengambil keputusan bersama
di RT tersebut, Ketua Generasi Muda Kampung Kamboja sebagai pelaksana penggerak penanganan sampah beserta anggotanya yaitu seluruh pemuda
Kampung Kamboja dan Ibu Fa sebagai ketua kelompok pengelola sampah. 2. Dana Komunitas
Dana komunitas merupakan segala bentuk dana yang dapat dihimpun oleh dan dari masyarakat. Pengumpulan dana komunitas dapat dilakukan oleh
ketua RT untuk kegiatan bersama di RT setempat. Pemungutan uang tersebut dilakukan dengan mendatangi rumah-rumah warga. Kegiatan ini dilakukan
pada saat pesta meriam Idul Fitri, kerja bakti, 17 agustusan dan lain-lain. Pemungutan iuran penanganan sampah menurut ketua GMKK hanya dapat
dilakukan ketua RT karena ketua RT dipercaya oleh masyarakat. Sedangkan pengelola keuangan tersebut dapat dilakukan oleh pengurus GMKK.
3. Sumberdaya Material Sumberdaya material merupakan kelengkapan sarana organisasi di komunitas.
Salah satu warga di RT 02 RW 07 membeli barang bekas dari masyarakat seperti kertas, plastik dan besi-besi. Penjulan barang bekas yang dilakukan
oleh komunitas masih berbentuk koran dan baskom yang pecah. 4. Pengetahuan Komunitas
Pengetahuan masyarakat dalam penanganan sampah dengan sistem pungut, bakar dan membuang sampah ke TPS yang akan diangkut ke TPA.
5. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan merupakan suatu proses dimana masyarakat
sebagai anggota komunitas berhak menyampaikan aspirasi yang menyangkut kepentingan bersama. Pengambilan keputusan yang dilakukan di RT 02 RW
07 dilakukan dengan musyawarah. Musyawarah ini dilakukan dengan yang mengundang masyarakat ke rumah ketua RT. Setelah dilakukan musyawarah
maka hasil tersebut disebarluaskan kepada masyarakat melalui wakil-wakil yang datang pada saat rapat.
6. Teknologi Komunitas Teknologi komunitas merupakan teknologi tepat guna yang dimiliki oleh
suatu kelompok masyarakat. Teknologi itu digunakan untuk kegiatan produksi sehingga memungkinkan mereka bekerja secara berkelompok.
Komunitas RT 02 RW 07 tidak memiliki teknologi yang dapat digunakan untuk penanganan sampah. Tetapi komunitas memiliki lahan yang dapat
digunakan untuk pengelolaan sampah. 7. Organisasi komunitas
Organisasi komunitas merupakan perkumpulan orang dalam masyarakat yang mengelola kegiatan tertentu. Organisasi yang dimiliki komunitas adalah
pengajian, posyandu, GMKK dan pengurus RT. Organisasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk menggerakkan masyarakat dalam pengelolaan
sampah di lingkungan mereka.
Dengan adanya kekuatan modal sosial diatas maka proses pelembagaan yang dibangun adalah melalui mengenal pengolahan sampah berbasis masyarakat -
mengakui pengelolaan tersebut akan menguntungkan komunitas - menghargai kelompok pengelolaan sampah - mentaati untuk melakukan ketentuan yang
menjadi kesepakatan bersama - menerima semua peraturan yang telah berlaku dengan sukarela. Hal ini akan menjadi norma-norma dalam kehidupan sehari-
hari.
6.2.3 Ketidakberdayaan Komunitas dalam Pengelolaan Sampah