Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak Konsultan
Gambar 4.5 Jaringan Masyarakat dalam Program NUSSP
4.6 Masalah sosial
Masalah pada hakekatnya merupakan kebutuhan, karena masalah mencerminkan adanya kebutuhan dan sebaliknya kebutuhan apabila tidak dipenuhi akan
menimbulkan masalah. Masalah pada dasarnya merupakan pernyataan status kondisi secara ‘negatif’ sedangkan kebutuhan menyatakan secara ‘positif’.
Menurut Horton dan Leslie dalam Suharto 2006 masalah sosial adalah status kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menuntut
pemecahan melalui aksi sosial secara kolektif. Masalah sosial yang belum dapat tertangani oleh komunitas RT 02 RW 07 adalah sebagai berikut:
Banyaknya sampah di sekitar rumah penduduk yang berada di pinggir sungai. Hal ini terjadi karena warga membuang sampah ke sungai dan sampah yang berada di
Sungai Kapuas menepi sehingga sampah memenuhi di bawah rumah penduduk. Sampah tersebut datang dari hulu dan hilir Sungai Kapuas yang menepi di bawah
rumah penduduk. Secara kultur komunitas pinggir sungai menganggap sungai adalah tempat pembuangan. Selain itu, masyarakat yang berada di pinggir sungai
tidak pernah mendapatkan pengangkutan sampah dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan karena pengangkutan sampah hanya dilakukan di TPS yang tersedia
pada wilayah kelurahan tersebut. Mengingat masyarakat yang berada di pinggir
Masyarakat Kampung Kamboja
Badan Keswadayaan Masyarakat
Kelompok Keswadayaan
Masyarakat
Melaksanakan program NUSSP
wujud partisipasi
sungai berada dalam gang maka pengangkutan sampah di daerah tersebut tidak mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah. Berikut ini adalah beberapa
pandangan permasalahan sampah yang ada di komunitas: 1. Dari sudut pandang penanganan sampah dari pemerintah
Secara historis warga Kampung Kamboja merupakan - Penduduk yang kurang pendidikan,
- Sejarah tahun 70an ada warga Kampung Kamboja yang terkena tembak misterius karena melakukan kejahatan,
- Pemuda yang banyak pengangguran. Berdasarkan hal tersebut menimbulkan kesan terhadap warga Kampung
Kamboja yang berada di tepi sungai - Budaya yang turun temurun membuang sampah di tepi sungai,
- Orang yang tidak peduli terhadap kebersihan. Menurut pandangan pemerintah tidak adanya tempat sampah di Kampung
Kamboja karena - Kurangnya dana dari pemerintah,
- Kebijakan pemda yang mengurangi jumlah TPS agar kota tanpa lebih bersih dengan pengurangan TPS,
- Pemda yang menfokuskan penanganan sampah diperkotaan yang belum tertangani,
- Masyarakat yang tidak mau membuang sampah di TPS yang tersedia. 2. Dari sudut pandang penanganan sampah dari masyarakat Kampung Kamboja
yang peduli sampah
Menurut masyarakat Kampung Kamboja bahwa TPS dihilangkan dan tidak ada disediakan tempat sampah untuk pengangkutan bagi warga yang berada
di pinggiran sungai. Dengan keadaan ini, masyarakat membuat tempat sampah tetapi tidak ada yang membakar dan petugas kebersihan tidak
mengangkut sampah tersebut yang berada di dalam gang. Masyarakat merasa pelaksanaan pengangkutan adalah kewajiban pemda karena adanya
pembayaran retribusi sampah. Karena masyarakat pinggir sungai tidak memiliki tempat sampah sehingga membuang sampah ke sungai.
3. Dari sudut pandang masyarakat dalam penanganan sampah masyarakat Kampung Kamboja yang kurang peduli penanganan sampah.
Masyarakat Kampung Kamboja telah turun temurun membuang sampah di sungai. Dulu sampah yang dibuang ke sungai terbuat dari dedaunan, belum
berkembangnya plastik. Kebiasaan membuang sampah disungai tidak hilang sampai sekarang karena tidak mempunyai dampak langsung terhadap mereka.
Masyarakat mengetahui dampak sampah yang akan mendangkalkan Sungai Kapuas karena selama turun temurun Sungai Kapuas tetap ada dan menjadi
tempat sampah. Membuang sampah kesungai tidak akan berdampak apapun terhadap kebersihan sungai karena sampah rumah tangga sedikit dan sungai
Kapuas besar kapasitas untuk menampung sampah.
4.7 Ikhtisar