Pengelolaan Lingkungan Sosial TINJAUAN PUSTAKA

a Bagaimana proporsi APBN dan anggaran pengelolaan persampahan, antara retribusi dan biaya pengelolaan persampahan. b Bagaimana proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan pendidikan, dan pengembangan serta administrasi. c Bagaimana proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat. d Bagaimana struktur dan penarikan retribusi yang berlaku. d. Pengaturan Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat dan sebagainya. e. Partisipasi Tanpa adanya partisipasi masyarakat semua program pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia, salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pengelolaan persampahan adalah: a Bagaimana mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata. b Faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat. c Kebiasan dalam pengelolaan sampah selama ini.

2.5. Pengelolaan Lingkungan Sosial

Dalam rangka pengelolaan lingkungan sosial, sesuai konsep pembangunan berkelanjutan, maka titik berat perhatiannya adalah pada kesinambungan dari interaksi-interaksi di dalam lingkungan sosial itu sendiri dan dengan lingkungan- lingkungan yang lain. Hal ini digunakan untuk mengetahui keberlanjutan pengelolaan sampah di komunitas. Terkait dengan kesinambungan lingkungan sosial maka setidak-tidaknya terdapat enam komponen atau ruang lingkup lingkungan sosial yang perlu diperhatikan disinambungkan. Keenam komponen tersebut ialah Purba, 2001: a. Adanya pengelompokan sosial Individu sebagai mahluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial. Di lain pihak individu juga tidak dapat dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut. Sejumlah orang-orang, dilihat kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial, tetapi kita mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-cirinya yang relative stabil. Menurut Muzafer Sherif dalam Goldberg dan Larson 2006 ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut: 1 Adanya doronganmotif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. 2 Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial. 3 Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama. 4 Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok. b. Penataan sosial Penataan sosial sangat diperlukan untuk mengatur ketertiban hidup dalam masyarakat yang mempersatukan lebih dari satu orang. Penataan itu dapat berupa aturan-aturan sebagai pedoman bersama dalam menggalang kerjasama dan pergaulan sehari-hari antar anggotanya. c. Media sosial Untuk menggalang kerjasama yang mempersatukan sejumlah orang diperlukan media baik yang berupa simbol-simbol maupun kepentingan- kepentingan yang tidak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri secara terpisah. d. Pranata sosial Suatu kesatuan sosial, betapa kecilnya, memerlukan aturan-aturan sebagai pedoman bersama dalam mengembangkan sikap dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan bersama. e. Pengendalian dan pengawasan sosial Untuk menjamin ketertiban masyarakat, lebih-lebih dalam masyarakat yang majemuk dan sedang mengalami perkembangan yang pesat kearah masyarakat industri dewasa ini, pengendalian dan pengawasan sosial menjadi amat penting artinya. Setiap kesatuan sosial mengembangkan pola-pola dan mekanisme pengendalian yang sampai batas tertentu sangat efektif. f. Kebutuhan sosial Lingkungan sosial itu terbentuk didorong oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana diketahui, bahwa tidak semua kebutuhan hidup manusia itu bisa dipenuhi oleh seorang diri, terutama kebutuhan sosial social needs. Kebutuhan sosial, antara lain mencakup kebutuhan untuk hidup bersama, pembentukan komuniti, kelompok sosial, keteraturan atau ketertiban masyarakat dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas, penulis mengkaitkan pengelolaan lingkungan sosial dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yaitu bagaimana prinsip pengelolaan lingkungan sosial sesuai dengan mekanisme pembentukan kelompok pengelolaan sampah yang akan dibentuk.

2.6 Komunikasi Kelompok dalam Memecahkan Masalah