b. Kelompok yang kurang beruntung lainnya Yang termasuk kelompok yang kurang beruntung yaitu lanjut usia, masyarakat
terasing, mereka yang tinggal di daerah terpencil, gay dan lesbian.
2.4 Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbunan sampah, pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, proses dan pembuangan
akhir sampah yang mana semua hal tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip terbaik untuk kesehatan, ekonomi, keteknikan dan engineering, konservasi,
estetika, lingkungan dan juga sikap masyarakat. Sistem pengelolaan sampah pada dasarnya dilihat sebagai komponen-komponen subsistem yang saling mendukung
satu sama lain dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yaitu kota yang bersih, sehat dan teratur. Komponen-komponen tersebut dalam Damanhuri dan
Padmi 2005 yaitu :
a. Organisasi dan Manajemen Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi
disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek ekonomi, sosial dan budaya dan kondisi fisik wilayah kota serta
memperhatikan pihak yang dilayani, yaitu masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan: a Peraturan pemerintah
yang membinanya; b Pada sistem operasional yang diterapkan; c Kapasitas kerja sistem; d Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus di tangani.
b. Teknik operasional Penanganan sampah yang dianjurkan saat ini adalah tidak mengganggu
sampah hingga terbentuk, tetapi berupaya agar: a Limbah yang dihasilkan mudah ditangani, misalnya dipisahkan sesuai jenisnya; b Limbah yang
dihasilkan lebih sedikit, misalnya dengan daur ulang; c Sifat limbah menjadi tidak berbahaya.
Pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan berhubungan dengan urutan prioritas penanganan limbahnya sebagai berikut:
a Menghilangkan atau mengurangi timbunan sampah di sumber misalnya melalui penghematan penggunaan bahan dan sebagainya.
b Mendaur ulang sampah, terutama pada sumber sampah itu sendiri. c Menggunakan teknologi pengelolaan limbah yang aman ke lingkungan,
misalnya pada sebuah landfill yang dirancang, dibangun, dioperasikan dan dimonitor secara baik.
Untuk mencapai tujuan diatas maka perlu adanya teknik operasional sampah secara terpadu. Secara umum teknik operasional pengelolaan sampah
mengenal beberapa komponen yang diterapkan oleh pemerintah yang terdiri dari:
1 Pewadahan Pewadahan adalah penampungan sementara sampah yang dihasilkan di
sumber tiap saat. Syarat wadah sampah yang baik adalah: a Tidak mudah rusak dan kedap air kecuali kantong plastik; b Ekonomis; c Mudah
diperbaiki; d Mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat; e Mudah dan cepat dikosongkan; f Kuat dan tahan terhadap korosi; g Tidak
mengeluarkan bau dan tidak dapat dimasuki seranggabinatang; h Kapasitasnya sesuai dengan sampah yang dihasilkan. Penentuan ukuran
volume sampah yang digunakan adalah jumlah penghuni tiap rumah, tingkat hidup masyarakat, frekuensi pengambilan atau pengumpulan
sampah, cara pengambilan sampah manualmekanik, sistem pelayanan individualmanual. Dalam peletakkan atau penempatan wadah sebaiknya
mudah dijangkau oleh petugas sehingga waktu pengambilan dapat lebih cepat dan singkat, aman dari gangguan binatang ataupun dari pemungut
barang bekas sehingga sampah tidak dalam keadaan berserakan, sesuai ukuran yang tersedia.
2 Pengumpulan Pengumpulan merupakan kegiatan awal dari proses pengelolaan sampah
disamping kegiatan pewadahan. Tujuan dari pengumpulan ini adalah untuk keseimbangan pembebanan tugas, optimalisasi penggunaan peralatan,
waktu dan petugas serta minimasi jarak operasi. Perencanaan
pengumpulan sampah harus memperhatikan: a Ritasi antara satu - empat rithari; b Periodisasi: satu hari, dua hari atau tiga hari satu kali
tergantung dari kondisi komposisi sampah semakin besar persentase sampah organik, periodisasi pelayanan maksimal satu hari; c Kapasitas
kerja; d Desain peralatan; e Kualitas pelayanan. 3 Pemindahan dan Pengangkutan
Pengangkutan sampah adalah subsistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sampah secara langsung tempat
pembuangan akhir atau TPA. Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan yaitu: a Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan
penutup sampah, minimal dengan jaring; b Tinggi bak maksimal 1,6 m, sebaiknya ada alat ungkit; c Kapasitas disesuaikan dengan kondisikelas
jalan yang akan dilalui; d Bak trukdasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
4 Pengolahan Sampah Pengolahan sampah sangat penting untuk dilakukan sebelum sampai ke
TPA. Tujuan pengolahan sampah adalah reduksi sampah, recovery pemulihan, recycling daur ulang, reuse pemanfaatan kembali dan
konversi bentuk fisik. Pola pengolahan persampahan yang selama ini dilaksanakan di Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukkan
pilihan pemprosesan dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan maupun
TPA sebagaimana terlihat dalam matriks 2.1 sehingga sampah yang akan diurug ke dalam tanah diminimalkan.
Matriks 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Sistem Pengolahan Sampah
Jenis Pengolahan Kelebihan
Kelemahan Catatan
Composting Pengkomposan
1. High Rate
modern - Proses
pengomposan lebih cepat.
- Volume sampah yang terbuang
berkurang. - Memerlukan
peralatan lebih banyak dan
kompleks. - Biaya investasi
mahal. - Harga kompos
yang dihasilkan lebih mahal
daripada pupuk kimia.
- Biaya operasional lebih
tinggi dari harga jual.
2. Windrow Composting
sederhana - Tidak memerlukan
banyak peralatan. - Sesuai untuk
sampah yang banyak
mengandung unsur organik.
- Volume sampah yang terbuang
berkurang. - Biaya investasi
lebih murah. - Perlu perawatan
yang baik dan kontinu.
- Proses pengkomposan
lebih lama. - Memerlukan
tenaga lebih banyak.
Baling Pemadatan
- Volume sampah yang terbuang
dapat dikurangi. - Praktisefisien
dalam pengangkutan ke
TPA. - Biaya investasi,
operasi dan pemeliharaan
relative mahal. Dianjurkan bila
jarak ke pembuangan
sampah akhir lebih dari 25 km.
Incinerator Pembakaran
- Untuk kapasitas besar hasil
sampingan dari pembakaran dapat
dimanfaatkan antara lain untuk
pembangkit tenaga listrik.
- Volume sampah menjadi sangat
berkurang - Hygienes.
- Biaya investasi dan operasi
mahal. - Dapat
menimbulkan polusi udara.
Ada dua tipe: - Sistem
pembakaran berkesinambunga
n untuk kapasitas besar 100
tonhari.
- Sistem pembakaran
terputus untuk kapasitas kecil
100 tonhari.
Recycling Daur Ulang
- Pemanfaataan kembali bahan-
bahan anorganik yang sudah
terpakai.
- Merupakan lapangan kerja
bagi pemulung sampah informal.
- Volume sampah yang terbuang
berkurang, menghemat lahan
pembuangan akhir. - Tidak semua
jenis sampah bisa didaur
ulang. - Memerlukan
peralatan yang relatif mahal
bila dilaksanakan
secara mekanis.
- Kurang sehat bagi pemulung
sampah informal.
Dianjurkan pemisahan mulai
dari sumber sampahnya.
Sumber: Damanhuri dan Padmi, 2005
5 Pembuangan Akhir Lahan urug merupakan salah satu cara yang dapat dipakai dalam upaya
penyingkiran dan pemusnahan sampah. Sistem urug tidak menjamin bahwa
tidak akan terjadi dampak atau efek samping akan tetapi dengan penanganan yang baik semua dampak dari pelaksanaan lahan urug dapat ditekan
seminimal mungkin. Dalam pelaksanaannya sistem lahan urug masih memiliki resiko dari timbunan sampah.
a System Open Dumping Sistem ini dilakukan dengan cara sampah hanya ditumpuk dan dibiarin
pada lokasinya yang telah dipilih sebagai lahan urug tanpa melakukan pengolahan apapun.
b Sanitary Landfill Upaya yang dilakukan untuk mengurangi limbah sampah kota dimana
lahan dibagi menjadi beberapa area dilakukan penutupan setiap hari.
Gambar 2.2 Operasionalisasi Teknis Pengolahan Sampah Damanhuri dan
Padmi, 2005
c. Pembiayaan Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem
pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat berjalan dengan lancar. Diharapkan sistem pengelolaan persampahan di Indonesia akan menuju pada
pembiayaan sendiri. Syarat pembiayaan ini menyangkut beberapa aspek seperti:
Pemindahan dan Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Pemisahan - Pemprosesan - Pengolahan Sampah
Timbunan Sampah Penanganan Sampah: Pemilahan,
Pewadahan- Proses Di Sumber Pengumpulan
a Bagaimana proporsi APBN dan anggaran pengelolaan persampahan, antara retribusi dan biaya pengelolaan persampahan.
b Bagaimana proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan pendidikan, dan pengembangan serta administrasi.
c Bagaimana proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat. d Bagaimana struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.
d. Pengaturan Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan
dan dasar hukum seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat dan sebagainya.
e. Partisipasi Tanpa adanya partisipasi masyarakat semua program pengelolaan sampah
yang direncanakan akan sia-sia, salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pengelolaan persampahan adalah:
a Bagaimana mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata.
b Faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat. c Kebiasan dalam pengelolaan sampah selama ini.
2.5. Pengelolaan Lingkungan Sosial