3. Dari sudut pandang masyarakat dalam penanganan sampah masyarakat Kampung Kamboja yang kurang peduli penanganan sampah.
Masyarakat Kampung Kamboja telah turun temurun membuang sampah di sungai. Dulu sampah yang dibuang ke sungai terbuat dari dedaunan, belum
berkembangnya plastik. Kebiasaan membuang sampah disungai tidak hilang sampai sekarang karena tidak mempunyai dampak langsung terhadap mereka.
Masyarakat mengetahui dampak sampah yang akan mendangkalkan Sungai Kapuas karena selama turun temurun Sungai Kapuas tetap ada dan menjadi
tempat sampah. Membuang sampah kesungai tidak akan berdampak apapun terhadap kebersihan sungai karena sampah rumah tangga sedikit dan sungai
Kapuas besar kapasitas untuk menampung sampah.
4.7 Ikhtisar
Pemetaan sosial diatas dapat ditelaah sebagai berikut:
Matriks 4.1 Telahaan Pemetaan Sosial
No. Telaahan terhadap
Fakta 1.
Struktur penduduk Banyak penduduk yang produktif
2. Mobilitas penduduk
Mayoritas perpindahan penduduk karena adanya pernikahan dan pekerjaan di tempat
yang berbeda 3.
Struktur nafkah Matapencaharian terbesar adalah buruh
sehingga penduduk memiliki pendapatan rendah
4. Struktur sosial
Organisasi sosial yang dimiliki masyarakat adalah GMKK, posyandu, adrasah,
pengajian. Pelapisan sosial yang ada di komunitas berdasarkan tingkat pendidikan
dan kekayaan.
5. Masalah sosial
Sampah yang menumpuk di bawah rumah penduduk. Sampah tersebut dari hulu dan
hilir sungai yang menei di bawah rumah penduduk.
Sedangkan pola pengelolaan sampah secara umum di Kelurahan Benua Melayu Laut Kecamatan Pontianak Selatan selama ini ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut:
a. Pelayanan pengangkutan sampah hanya dilakukan di TPS yang tersedia sehingga bagi masyarakat yang berada di dalam gang tidak mendapatkan
pelayanan pengangkutan sampah. b. Pengelolaan sampah yang ada di komunitas pinggir sungai masih berupa bakar
dan buang sampah ke sungai. c. Komunitas pinggir sungai sudah lama membuang sampah ke sungai.
d. Masyarakat sudah terbiasa hidup dengan sampah di bawah rumah mereka karena terbawa arus dari sungai ke pinggir sungai.
Oleh karena itu sejumlah persoalan yang perlu diperhitungkan bila pengelolaan sampah berbasis masyarakat akan diterapkan, adalah:
a. Kebijakan dari pemerintah untuk mendukung penerapan pengelolaan sampah berbasis masyarakat bagi tempat yang tidak pernah mendapatkan pelayanan
pengangkutan sampah. b. Kolaborasi dari stakeholder agar turut berpartisipasi dalam pengelolaan
sampah berbasis masyarakat. c. Masyarakat yang turut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah berbasis
masyarakat. d. Teknologi merubah sampah menjadi nilai ekonomi yang mudah dilakukan
masyarakat pada tingkat rumah tangga dan komunal.
V. EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA PONTIANAK
5.1 Gambaran Manajemen dan Organisasi Pengelolaan Sampah di Kota Pontianak
Pengelolaan sampah di Kota Pontianak merupakan tanggungjawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang mencakup pelayanan sampah dengan jumlah
penduduk Kota Pontianak saat ini lebih dari 500 juta jiwa dengan jumlah timbunan sampah yang harus dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
adalah sekitar 1.400 m
3
setiap harinya. Dari pelayanan persampahan di Kota Pontianak meliputi 5 kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Pontianak Kota 2. Kecamatan Pontianak Barat
3. Kecamatan Pontianak Selatan 4. Kecamatan Pontianak Timar
5. Kecamatan Pontinaak Utara Cakupan pelayanan persampahan khususnya pelayanan angkutan baru mencapai
60 persen pada daerah pemukiman dari total jumlah penduduk. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah dalam memberikan pelayanan di Dinas
Kebersihan dan Pertamanan adalah : 1. Sumberdaya manusia yang kurang memahami untuk mengikutsertakan
masyarakat dalam menerapkan 3RC. Hal ini karena pemerintah belum melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah secara
swadaya untuk masyarakat yang belum mengetahui pengelolaan sampah secara swadaya.
2. Sedikitnya intensitas penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk memberikan pengarahan masyarakat dalam mengelola
sampah. Setiap tahun penyuluhan dilakukan 24 kali dengan jumlah kelurahan