23
memberikan manfaat berkelanjutan walau tambang telah memasuki saat penutupan.
Bergeron 2002 mengatakan bahwa isu global dalam industri pertambangan menyangkut, pertama adalah isu-isu tentang keberlanjutan yang
komplek meliputi: perlindungan pada opsi-opsi untuk generasi yang akan datang; promosi untuk stabilitas sosial dan masyarakat; konservasi dan restorasi pada
isu-isu tata kelola lingkungan pertambangan global; stabilitas hukum dan regulasi; efisiensi dari sektor regulator; dan perpajakan yang adil dan kompetitif.
Kedua adalah isu-isu khusus industri pertambangan, meliputi: citra publik pada kegiatan pertambangan eksplorasi, penambangan, prosesing; kinerja hal-hal
yang menyangkut teknik geologi, identifikasi lokasi kandungan mineral grade tertinggi yang dapat dieksploitasi, rancangan dan evaluasi proyek, pengelolaan
dan pemantauan tambang, inovasi dan penelitian pengembangan; dan kinerja menyangkut keuangan harga komoditas, harga saham, ROI, agency rating.
Penerapan standar lingkungan hidup yang terpadu didalam hukum pertambangan telah menjadi norma di hampir semua negara. Walaupun
pengertian komitmen sosial adalah tidak sama secara internasional, ia menjadi praktek standar untuk menghubungkan inisiatif-inisiatif kegiatan pembangunan
dengan hak-hak pembangunan tambang mineral. Sebagai contoh, Ghana mensyaratkan sebuah program rinci untuk rekruitmen dan pelatihan bagi
masyarakatnya Ghanaians ketika perusahan-perusahan melamar untuk mendapatkan hak pengelolaan pertambangan Otto et al., 2006.
2.4. Definisi, Konseptual dan Tujuan Penutupan Tambang
Secara umum, penutupan tambang didefinisikan sebagai pengakhiran kegiatan eksploitasi pertambangan secara tetap dan menyeluruh. Ada
beberapa tentang tujuan penutupan tambang, antara lain bahwa penutupan tambang bertujuan untuk meninggalkan daerah bekas tambang dalam keadaan
yang stabil dan aman untuk manusia dan makluk hidup lainnya Soelarno, 2006, mengurangi limbah padat, cair dan gas-gas serta limbah lainya yang
mempunyai pengaruh merugikan dari pertambangan CCC and UNEP, 2001. Hoskin 2002 mengatakan bahwa tujuan dari penutupan tambang adalah untuk
meninggalkan daerah bekas tambang pada sebuah kondisi yang aman dan stabil, sedikit untuk terjadinya dampak-dampak pada lingkungan hidup, sehingga
bekas fasilitas-fasilitas tambang dapat dialihkan untuk penggunaan lahan
24
lainnya, dan dapat digunakan untuk penggunaan lahan lain yang ekonomis. Lebih jauh dan secara komprehensif, Rykaart dan Caldwell 2006 mengatakan
tujuan-tujuan dari penutupan tambang adalah: meniadakan resiko-resiko kesehatan dan keamanan terhadap manusia dan binatang; mencegah,
meniadakan, atau meminimalkan dampak-dampak terhadap lingkungan hidup; mereklamasi daerah bekas tambang kepada kelayakan sosial dan nilai ekonomi
dari lahan;
aman dalam
melepaskan tanggungan-tanggungan;
dan meningkatkan citra perusahaan.
Pemerintah Australia 2006 mengatakan bahwa rehabilitasi tambang ada sebuah program yang berjalan didisain untuk memulihkan kualitas fisik, kimia,
dan biologi atau potensi udara, air dan lahan yang diganggu oleh pertambangan. Hasil “Lokakarya Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Penutupan Tambang”
pada 20 Februari – 2 Maret 2006 di Bandung, dikatakan bahwa penutupan tambang adalah pengakhiran kegiatan eksploitasi pertambangan secara tetap
dan menyeluruh Dijelaskan pula bahwa tahapan proses penutupan tambang dibedakan menjadi dua bagian penting, yakni perencanaan penutupan closure
plan dan penerapan atau pelaksanaan rencana penutupan. Penutupan tambang juga sangat terkait pembentukan lahan akhir setelah
tambang berakhir. Terkait dengan itu, menurut Sitorus 2004 kebijakan dalam pengembangan sumberdaya lahan berkelanjutan merupakan kebijakan
sumberdaya lahan yang bertanggung jawab terhadap generasi saat ini maupun generasi yang akan datang terdiri dari satu himpunan peraturan serta tindakan
yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya lahan untuk membuat perekonomian bekerja secara efisien serta dapat berlangsung dalam waktu yang
tidak terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi serta tidak menimbulkan resiko yang besar bagi generasi yang akan datang, tetapi justru sebaliknya akan
membuat generasi yang akan datang lebih sejahterah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya sumberdaya lahan di masa mendatang adalah faktor
teknologi, faktor permintaan dan gaya hidup, faktor kelembagaan, dan faktor pemerataan dan keadilan.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa siklus hidup sebuah kegiatan pertambangan adalah: eksplorasi, pembangunan kontruksi mine development,
operasi, penutupan tambang dan pasca tambang. Menurut van Zyl 2005 penutupan tambang harus memperhatikan penggunaan lahan untuk masa yang
akan datang sehingga bisa berkelanjutan untuk membangun kegiatan-kegiatan
25
ekonomi lainnya dari lahan itu setelah pasca tambang. Berdasarkan siklus hidup tambang tersebut, penelitian ini difokuskan untuk membangun disain tepat
sesaat tambang memasuki saat penutupan, bukan saat setelah pasca tambang.
Eksploirasi Penutupan
Pasca - Penutupan Pembangunan Tambang
Operasi
Waktu Penutupan
Sementara
Penggunaan Lahan
Yang Akan Datang
Operasi Yang Berjalan
Penutupan Tambang
Berkelanjutan
Gambar 4. Konseptual penutupan tambang secara tradisional dan berkelanjutan dikembangkan dari van Zyl, 2005.
2.5. Pandangan Internasional Tentang Penutupan Tambang