20
termasuk pada saat penutupan merupakan salah satu cara yang halal dan baik dari manusia untuk memanfaatkan kekayaan alam yang dianugrahkan olehNya?
Tentunya dapat dimungkinkan bahwa penelitian ini merupakan sebuah jawaban kecil untuk pertanyaan itu.
2.2. Pertambangan dan Kesejahteraan Rakyat
Berdasarkan konvensi-konvensi atau kebijakan-kebijakan tradisional, menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki deposit-deposit mineral yang
kaya adalah beruntung Davis dan Tilton, 2002. Indonesia termasuk 10 negara terbesar dunia dalam kandungan bahan mineral dan batubara, seharusnya posisi
ini dapat menguntungkan rakyatnya. Pengelolaan tambang Indonesia pada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut: hasil tambang belum nyata meningkatkan
kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat sekitar lingkar tambang MSLT; kerusakan lingkungan hidup makin meningkat karena kontrol yang kurang
memadai dan efektif; perusahaan-perusahaan tambang mendapatkan tekanan- tekanan sosial dan politik secara dramatik sehingga tidak nyaman dan aman
dalam beroperasi; pemerintah tumpul dalam melakukan pembinaan dan kontrol; ketersediaan payung kebijakan dan hukum tidak sesuai dengan kebutuhan dan
dinamika kegiatan tambang; adanya pandangan mengenai perbedaan dan perlakukan bagi PMA Penanaman Modal Asing dan PMDN Penanaman Modal
Dalam Negeri-isu nasionalisasi, dan gejolak sosial serta konflik sering muncul di daerah-daerah penghasil tambang.
PWC 2006 menyatakan bahwa pengeluaran kegiatan eksplorasi di Indonesia kurang dari 1,5 dari jumlah keseluruhan secara global pada tahun
2004 yang mencapai 3.8 milliar dolar Amerika. Sementara itu, Amerika Latin untuk pengeluaran kegiatan eksplorasinya adalah sebesar 21, 9 dan Australia
14,7 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Dengan demikian, masih ada ruang yang sangat luas untuk mencapai amanah UUD 45 pasal 33 pasal 3
dengan potensi sumberdaya mineral dan energi yang dimiliki Indonesia. Namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Ketua PERHAPI mengatakan bahwa tingkat eksplorasi pertambangan di Indonesia secara rata-rata masih dibawah 5 dari cadangan yang terbukti ada.
Kalau dibandingkan dengan potensi cadangan yang ada, tingkat eksplorasi yang dilakukan rata-rata hanya dibawah 1 . Sebagai contoh, produksi rata-rata batu
bara Indonesia mencapai 149 juta ton pada tahun 2005, jika dibandingkan
21
dengan total sumber daya batu bara yang mencapai 57,8 miliar ton, maka tingkat produksinya hanya sekitar 0,25 . Data ini hanya mengungkapkan tentang batu
bara padahal Indonesia masih memiliki potensi tambang mineral lainnya seperti tembaga, emas, perak, timah, bauksit, dan nikel. Dari segi pendapatan negara,
Ketua PERHAPI mengatakan bahwa nilai ekspor hasil tambang di tahun 2005 mencapai US 9.3 miliar meningkat 27 dibandingkan dengan nilai ekpor
tahun 2004, yakni hanya sebesar 7,3 miliar dolar Amerika.
Kurang dari Bagian
Dunia Lainnya
Amerika Serikat
Afrika Australia
Pasifik Asia
Tenggara
Amerika Latin
Kanada
Gambar 3. Pengeluaran eksplorasi Indonesia dibandingkan negara lain pada tahun 2004 MEG dalam PWC,2006
Dengan demikian semestinya pemanfaatan tambang Indonesia dapat ditingkatkan
eksploitasinya dan
dimanfaatkan sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, khususnya bagi MSLT. Namun kenyataannya
lain. Dengan tingkat ekspoitasi yang rendah ini, ternyata hasil tambang hanya dinikmati oleh segelintir orang di Indonesia Walhi, 2005. Otto et al. 2006
terkait pengaruh tambang mineral pada masyarakat mengatakan bahwa pengaruh pembangunan tambang mineral pada masyarakat adalah sulit untuk
diwujudkan tanpa ketersediaan hukum yang memadai dan administrasi pemerintahan yang efektif. Oleh karena itu pengelolaan dan kebijakan
pertambangan yang bagaimana, khususnya kegiatan penutupan tambang seharusnya dibangun oleh pemerintah sehingga manfaat tambang tetap
22
berkelanjutan dalam berkontribusi pada kesejahteraan rakyat setelah sebuah pertambangan selesai dioperasikan. Manfaat yang berkelanjutan inilah yang
seharusnya menjadi fokus tujuan yang harus dicapai dari sebuah kegiatan penutupan tambang melalui disain atau rancangan penutupan yang sudah
direncanakan dan dikelola pada saat sebuah tambang masih beroperasi. Sehingga sebuah rancangan penutupan tambang yang bertujuan untuk
menciptakan berkelanjutan manfaat tambang merupakan pengejawantahan dari UUD 45 pasal 33 ayat 3 itu.
2.3. Karakteristik Kegiatan Pertambangan