179
Hasil perhitungan pada Tabel 47 menunjukkan bahwa kesenjangan nilai kriteria Indonesia dibandingkan dua negara target patok duga, Australia dan
Kanada semuanya mempunyai nilai kesenjangan negatif. Ini berarti bahwa semua faktor tersebut berguna atau menjadi syarat bagi Indonesia untuk
mencapai standar penutupan tambang mineral seperti standar di kedua negara patok duga tersebut. Nilai kriteria kode atribut h yakni kesehatan dan
keamanan masyarakat memiliki nilai rata-rata selisihkesenjangan yang tertinggi, yakni -20.029 dibandingkan dengan Australia terpaut -7.533 ataupun Kanada
terpaut -32.525. Namun jika dibandingkan dengan Australia, kriteria kesehatan dan keamanan masyarakat ini mempunyai nilai kesenjangan rangking dua.
Kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan diurutan kedua adalah kriteria ketersediaan dana dengan nilai rata-rata kesenjangan – 16.564. Kemudian
kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan diurutan ketiga adalah ketersediaan SDM.
Kriteria kebijakan pemerintah mempunyai nilai rata-rata kesenjangan diurutan kelima. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia
terkait penutupan tambang dan reklamasi baru disyahkan pada tanggal 29 Mei 2008, dan itupun belum terlalu jelas mengenai kriteria dan standar untuk menuju
kontribusi tambang pada PB. Australia dan Kanada telah mulai menerapkan prinsip-prinsip PB pada kebijakan pertambangannya jauh-jauh hari sebelum
Indonesia, yakni tahun 1991 dan 1996 McAllister et al., 1999, dan prinsip- prinsip PB diadopsi dalam kebijakan pertambangannya. Kriteria teknologi
penutupan mempunyai kesenjangan yang paling rendah dibandingkan kriteria lainnya. Dengan demikian semua faktor-faktor kunci penentu keberhasilan
tersebut perlu dikembangkan dan diterapkan di Indonesia untuk menuju penutupan tambang mineral yang berkelanjutan, dengan urutan prioritas dimulai
dari kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan yang tertinggi sampai dengan kriteria yang mempunyai nilai kesenjangan terendah.
7.5. Strategi Implementasi Faktor Kunci Penentu Keberhasilan
Penutupan Tambang
Berdasarkan hasil analisis situasional di Kabupaten Mimika dan RPT PTFI yang merupakan studi kasus dalam penelitian ini, beberapa strategi
implementasi untuk setiap kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan yang
180
dapat dipertimbangkan oleh PPK PTFI untuk diterapkan menuju penutupan tambang yang berkelanjutan, diuraikan berikut ini:
a. Kesehatan dan keamanan masyarakat adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata
kesenjangan tertinggi pertama -20.029 atau terpaut -7.533 dengan Australia dan -32.525 dengan Kanada. Hasil akhir penutupan tambang perlu
diupayakan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan masyarakat yang bersumber dari daerah bekas tambang. Munculnya sisa-
sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan tambang selesai tergantung secara kuat pada pengembangan dan teknik-
teknik reklamasi yang dipilih Robertson dan Shaw, 1998. Dengan demikian strateginya adalah: 1 terus meningkatkan kerjasama dengan para
akademisi dan praktisi nasional dan internasional untuk mengembangkan teknologi reklamasi dan penutupan tambang yang tepat. Misalnya yang
terkait dengan air asam batuan AAB dan penanganan tailing serta batuan penutup. 2 PTFI perlu memberikan update secara berkala kepada PPK,
khususnya PEMDA dan masyarakat Mimika tentang perkembangan teknologi tersebut.
b. Ketersediaan dana adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan tertinggi kedua -
16.564. Ketersediaan dana harus dipersiapkan jauh hari sebelum SaPeT tiba atau saat tambang masih beroperasi dan mempunyai pendapatan.
Dengan demikian strateginya adalah: 1 melaksanakan ketentuan-ketentuan pada Peraturan Menteri ESDM No. 18 tahun 2008, khususnya pada Bab VI
Pasal 35-43 tentang jaminan penutupan tambang berikut ketentuan- ketentuan lainnya. Semua PPK penutupan tambang PTFI, khususnya PTFI
mulai untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Peraturan Menteri ESDM No. 18 tahun 2008 2 PTFI terus meningkatkan hubungan
baik dengan PPK, khususnya masyarakat setempat. Mempersiapkan sumber keuangan sejak dini dapat membuat RPT dapat dilaksanakan dan
masyarakat setempat dapat lebih baik mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang akan datang World Bank dan IFC, 2002. 3 Dana kegiatan
pengembangan masyarakat dan juga dana tanggungjawab sosial perusahaan CSRcorporate Social Responsibility yang sangat besar seperti
pada Tabel 48 perlu didisain ulang dan difokuskan untuk mendorong
181
terjadinya keberlanjutan kegiatan perlindungan lingkungan, manfaat-manfaat sosial dan ekonomi selagi PTFI masih aktif beroperasi saat ini. 4 Dana
pembangunan dari PEMDA Mimika dan pemerintah pusat untuk Kabupaten Mimika lebih difokuskan dan diprioritaskan untuk membangun infrastruktur
yang menunjang keberlanjutan pembangunan dan kegiatan ekonomi non- tambang dan mengembangkan potensi perikanan, perkebunan dan
kehutanan serta membangun SDM Mimika secara berkelanjutan. c. Ketersediaan SDM adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di
Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan tertinggi tiga -2,615 atau terpaut -1.215 dengan Australia dan -4.015 dengan Kanada. Adanya
SDM yang ahli, handal, dan berpengalaman sangat diperlukan dalam menangani pekerjaan dan permasalahan penutupan tambang dengan tepat.
Dalam hal ini termasuk ketersediaan SDM yang dapat merancang keberlanjutan perlindungan lingkungan, manfaat-manfaat sosial dan ekonomi
setelah PTFI selesai beroperasi di Mimika. Dengan demikian strateginya adalah: 1 disain ulang pengembangan SDM Mimika menuju SDM yang
berkemampuan merancang dan menciptakan keberlanjutan sosial, ekonomi, dan perlindungan setelah PTFI selesai beroperasi. 2 pengembangan SDM
Mimika untuk menguasai teknologi penutupan tambang. Kualitas SDM yang baik dan bermutu sebagian besar berasal dari pendatang yang bekerja di
PTFI, yang kemungkinan besar bila memasuki SaPeT akan kembali ke tempat asalnya, baik yang dari luar Mimika atau Papua maupun yang dari
tenaga kerja asing. Tabel 48. Kontribusi Pendanaan PM PTFI terhadap industri
pertambangan
Uraian Kegiatan Jumlah Dana Comdev US Juta
2002 2003
2004 2005
2006 Total Comdev industri tambang di
Indonesia 57,44
77,74 62,29
90,52 120,22
Comdev PTFI 39,66
41,12 43,46
63,99 76,74
Comdev PTFI thd. industri tambang
69,05 52,89
69,77 70,69
63,83
Dihitung kembali dari PWC, 2007 dalam LPEM UI, 2008
d. Infrastruktur adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan tertinggi keempat -
2.385. Tersedianya dukungan infrastruktur fisik sangat diperlukan bagi
182
kebutuhan pengembangan wilayah setelah tambang berakhir yang dapat mendukung pengembangan sektor non tambang sebagai sumber ekonomi
pembangunan. Perbaikan modal fisik infrastruktur seperti: fasilitas publik, air dan sanitasi, transportasi yang efisien, keamanan, kualitas perumahan,
kecukupan infrastruktur, dan telekomunikasi merupakan tindakan-tindakan yang perlu diambil dalam penguatan modal masyarakat untuk keberlanjutan
pembangunan masyarakat Roseland, 2005. Hasil analisis situasional infrastruktur di Kabupaten Mimika belum cukup mendukung kegiatan sosial
dan ekonomi saat ini, apalagi nanti setelah PTFI selesai beroperasi. Dengan demikian strateginya adalah: 1 meningkatkan pembangunan infrastruktur
fisik untuk mendorong terjadinya keberlanjutan sosial dan ekonomi namun tetap memberikan perlindungan lingkungan. 2 pembangunan infrastruktur
yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor non-PTFI yang mempunyai tujuan pasar non PTFI dan keluar dari Mimika.
e. Kebijakan pemerintah adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan kelima -2.145.
Dukungan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan penutupan tambang yang memproteksi kepentingan industri tambang dan masyarakat
serta lingkungan hidup sangat diperlukan. Walaupun Peraturan Menteri ESDM No 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang telah
diberlakukan, namun belum dapat mendorong terjadinya keberlanjutan manfaat-manfaat sosial dan ekonomi serta perlindungan lingkungan pada
SaPeT. Dilain pihak, Indonesia mempunyai sistem pemerintahan desentralisasi sehingga yang dibuat pemerintah daerah menjadi sangat kuat
dan efektif dalam membuat kebijakan dan regulasi yang mendorong tercapainya tujuan pembangunan setelah tambang. Oleh karena itu,
strateginya adalah: 1 membuat kebijakan daerah PERDA tentang strategi dan perencanaan PEMDA Mimika dalam menghadapi dampak-dampak
penting dari penutupan tambang PTFI dan mencari solusi yang permanen dan berkelanjutan. 2 membentuk Badan Penutupan Tambang Berkelanjutan
BPPTB yang bertanggung jawab pada perencanaan dan implementasi penutupan tambang berkelanjutan.
f. Kelembagaan adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan keenam -1.040.
Terdapatnya badan-badan atau organisasi formal independen perumus
183
kebijakan penutupan tambang yang menyuarakan kepentingan pemerintah pusat dan daerah, perusahaan tambang, dan masyarakat merupakan satu
keharusan. Saat ini, belum ada organisasi yang dibentuk terkait penutupan tambang PTFI kelak. Strategi implementasinya adalah: 1 membentuk dan
memberfungsikan BPPTB jauh sebelum penutupan tambang PTFI. 2 LSM setempat perlu diberikan sosialisasi RPT PTFI.
g. Indikator-indikator setempat adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan
keenam -1.040. Indikator khusus setempat perlu dipertimbangkan dalam membuat perencanaan penutupan tambang untuk pembangunan The
Chamber of Minerals and Energy of Western Australia Inc., 2000. Berdasarkan potensi SDA Kabupaten Mimika yang tinggi untuk mendukung
keberlanjutan setelah PTFI selesai dan adanya hambatan alam yang berat dalam mengembangkan potensi itu, maka strateginya adalah: 1 identifikasi
indikator-indikator kebutuhan menuju PB di Mimika sebagai masukan penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang dan
menegah. 2 pelaksanaan pembangunan di Mimika harus difokuskan mewujudkan kesejahteraan rakyat saat ini dan dimasa mendatang dengan
mengembangkan potensi SDAnya secara berkelanjutan. h. Memenuhi tujuan-tujuan penggunaan lahan pasca tambang adalah kriteria
atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata kesenjangan ketujuh -253 atau terpaut -316 dengan Australia dan
– 253 dengan Kanada. Pembentukan lahan akhir daerah bekas tambang dan operasi pendukungnya dapat digunakan kembali sesuai dengan tujuan-
tujuan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Pembentukan lahan akhir merupakan satu faktor penting untuk mendukung
kegiatan ekonomi lain setelah penutupan atau pasca tambang van Zyl, 2005. Dengan demikian strateginya adalah: 1 kegiatan reklamasi lahan
bekas tambang yang dilakukan oleh PTFI perlu dilakukan kontrol, monitoring dan evaluasi oleh lembaga pemerintah yang berwenang dan hasilnya
diinformasikan kepada PPK. 2 pembentukan lahan akhir disesuaikan dengan kebutuhan PPK ketika penutupan tambang.
i. Keterlibatan dan memenuhi ekspektasi PPK adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata
kesenjangan kedelapan -170 atau terpaut -61 dengan Australia dan – 279
184
dengan Kanada. Adanya lembaga formal dan non formal di tingkat masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan kegiatan penutupan tambang
sangat diperlukan. Keterlibatan PPK sejak awal dan selama siklus hidup tambang akan mengurangi terjadinya konflik saat penutupan tambang dan
lebih murah dalam pembiayaannya serta menjamin kesuksesan penutupan ANZMEC, 2000. Keterlibatan PPK dalam perencanaan penutupan tambang
serta pembuatan keputusan merupakan hal yang kritis dalam pencapaian penyelesaian penambangan dan keberlanjutan hasil-hasil AGDITR, 2006.
Dengan demikian strateginya adalah: 1 melibatkan perwakikan dari pemerintah, perusahaan, LEMASA, LEMASKO, YAHAMAK, dan LSM
setempat lain di Mimika membentuk BPPTB. 2 PTFI perlu melakukan sosialisasi RPT yang sudah disusun.
j. Teknologi penutupan tambang adalah kriteria atau faktor kunci penentu keberhasilan di Indonesia yang mempunyai nilai kesenjangan keenam -155
atau terpaut -91 dengan Australia dan – 218 dengan Kanada. Ketersediaan teknologi penutupan tambang yang tepat diperlukan termasuk teknik-teknik
reklamasi bekas daerah tambang yang tidak memunculkan kembali sisa-sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan tambang
selesai. Strateginya adalah: 1 perlu mempercepat terjadinya alih teknologi penutupan tambang dari ahli-ahli yang dimiliki investor asing, termasuk dari
Australia dan Kanada kepada SDM Mimika khususnya dan Indonesia pada umumnya. 2 mengembangkan teknik reklamasi dan teknologi penutupan
tambang, serta merancang dan mengaplikasikan PB pada kegiatan pembagunan Mimika saat ini.
BAB VIII. KOMPONEN-KOMPONEN DOMINAN DALAM PERENCANAAN PENUTUPAN