Pilihan Kebijakan Pertama: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2012

241 penutupan tambang PTFI tiba 2041. Pada skenario sangat optimis ditemukan tiga titik keberlanjutan yakni terjadi pada tahun 2021, 2028, dan 2036 serta menghasilkan NHTMT – NMTR yang positif. Selengkapnya tertera pada Tabel 62. Tabel 57 menunjukkan bahwa skenario sangat optimis aplikasi 2012 merupakan pilihan skenario pertama karena mempunyai nilai persentase selisih NHTMT dan NMTR pada SaPeT yang tertinggi yakni 54,03 dan titik keberlanjutan terjadi pada tahun 2021 atau 20 tahun sebelum SaPeT PTFI. keempat pilihan skenario yang memenuhi syarat keberlanjutan pada SaPeT PTFI. Pilihan skenario terakhir atau urutan keempat adalah skenario optimis aplikasi 2012 karena mempunyai nilai persentase selisih NHTMT dan NMTR pada SaPeT yang terendah yakni 7,26 dan titik keberlanjutan terjadi pada tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI. Tabel 57. Urutan skenario kebijakan menuju penutupan tambang mineral PTFI berkelanjutan Pilihan Skenario Kebijakan Nama skenario Besarnya NHTMT pada SaPeT PTFI Rupiah NHTMT – NMTR Rupiah pada SaPeT PTFI 2041 Tahun saat mencapai titik keberlanjutan NHTMT = NMTR Persentase selisih NHTMT dan NMTR pada SaPeT PTFI Pertama Sangat optimis aplikasi 2012 1.96668E+14 1.0626E+14 2021 54,03 Kedua Sangat optimis aplikasi 2017 1.49421E+14 5.90132E+13 2028 39,49 Ketiga Sangat optimis aplikasi 2022 1.09349E+14 1.89403E+13 2036 17,32 Keempat Optimis aplikasi 2012 9.74848E+13 7.07663E+12 2036 7,26 Sumber: Hasil analisis 2009

10.3.1. Pilihan Kebijakan Pertama: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2012

Dalam pilihan kebijakan pertama atau skenario kebijakan sangat optimis yang diaplikasikan pada tahun 2012, pengembangan kebijakan dan tujuan-tujuan kebijakan yang ingin dicapai adalah meliputi: 1 SDM Mimika mampu berperan dan berhasil 100 mengaplikasikan PB dalam pembangunan Mimika; 2 Investasi ekonomi baru dari sektor non tambang telah berkontribusi sampai 100 untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan tambang PTFI; 3 BPPTB telah dibentuk jauh sebelum masa penutupan tambang dan 100 berfungsi; 4 Kondisi infrastruktur di Kabupaten Mimika memadai untuk 242 mendukung 100 keberlanjutan pembangunan sampai SaPeT PTFI; dan 5 Tidak ada pencemaran lingkungan yang permanen baik berasal dari sisa tambang maupun akibat pembangunan, karena terkelola baik dan berkelanjutan. Implikasi dari hasil penerapan simulasi pilihan kebijakan pertama pada sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan terjadi perubahan- perubahan pada indikator-indikator keberlanjutan. Indikator-indikator penting keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Mimika yang terpengaruh, adalah sebagai berikut: 1 titik keberlanjutan NHTMT = NMTR terjadi pada tahun 2021 atau 20 tahun sebelum SaPeT PTFI; 2 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai jenjang pendidikan perguruan tinggi PT sebesar 10,91 pada tahun 2021 saat tercapai titik keberlanjutan dibandingkan sebelum skenario ini diterapkan. Pada saat skenario ini belum diterapkan jumlah siswa PT adalah sebesar 19.039 siswa pada tahun 2021 dan jumlah ini meningkat menjadi 21.370 siswa pada saat setelah penerapan skenario sangat optimis; 3 terjadi peningkatan kualitas lingkungan sebesar 37,44 pada tercapai titik keberlanjutan 2021 dan peningkatan sebesar 78,57 pada SaPeT PTFI 2041 dibandingkan tanpa penerapan skenario kebijakan ini Gambar 57a dan 57b; 4 terjadi peningkatan kontribusi dari kegiatan non-tambang PTFI terhadap PDRB dan APBD Kabupaten Mimika baik pada saat tercapai titik keberlanjutan dan pada SaPeT PTFI. Kontribusi PTFI akan menurun dan makin tajam pada SaPeT PTFI, yakni: untuk PDRB menurun sebanyak 97,89 dan untuk APBD sebanyak 75,46; 5 potensi konflik terjadi pada tahun 2031 dan kejadian konflik terjadi pada tahun 2036; dan 6 terjadi peningkatan NHTMT yang sangat tajam sebesar 92.33 pada saat tercapai titik keberlanjutan 2021 dan sebesar 95,11 pada SaPeT PTFI 2041. Secara rinci perubahan-perubahan ini dapat dilihat pada Tabel 58 dan Lampiran 16. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 57a dan 57b, yang menunjukkan kondisi perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan sebelum dan setelah skenario sangat optimis diaplikasikan pada tahun 2012. Persentase kualitas lingkungan sebelum simulasi aplikasi skenario, seperti tertera pada Gambar 57a menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 0,826 di tahun 2002 data awal penelitian menjadi 0,144 di tahun 2041 SaPeT PTFI atau menurun sebesar 82,57. Namun, setelah aplikasi skenario sangat optimis 2012, seperti tertera pada Gambar 57b menunjukan penurunan yang cukup landai, yaitu dari 0,826 di tahun 2002 menjadi 0.672 di tahun 2041 atau 243 menurun sebesar 18,64. Skenario ini berhasil menaikkan kualitas lingkungan sebesar 63,92 pada SaPeT PTFI di tahun 2041. a. Kondisi sebelum penerapan skenario b. Kondisi setelah penerapan skenario sangat optimis pada tahun 2012 Gambar 57. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika sebelum dan setelah skenario sangat optimis 2012 Persentase kualitas lingkungan, baik sebelum dan setelah aplikasi skenario menunjukkan peningkatan perlahan-lahan setelah SaPeT PTFI. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa, pertama, hasil-hasil kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PTFI telah memberikan keyakinan yang kuat bahwa daerah bekas tambang dan kegiatan operasional lainnya dapat segera direklamasi dan tanaman bahan reklamasi tumbuh baik dan normal. Kedua, proses suksesi alami berlangsung sangat cepat dan normal, khususnya di daerah-daerah bekas endapan tailing di ModADA yang sudah tidak aktif digunakan lagi. Proses suksesi alami terjadi di daerah ModADA adalah mulai dari lahan bekas tailing yang tidak 244 aktif ditumbuhi rumput dan pakis-pakisan kemudian ditumbuhi tanaman semak belukar sampai membentuk hutan muda terus menuju hutan klimak. Soelarno 2007 mengatakan biasanya kondisi lingkungan daerah bekas tambang dan sekitarnya akan pulih kembali setelah operasi tambang berhenti, karena lingkungan bisa memulihkan dirinya sendiri. Kondisi ini bisa terjadi apabila tidak muncul sisa-sisa kerusakan lingkungan setelah pekerjaan reklamasi dan penutupan tambang selesai. Sebab teknik dan teknologi reklamasi yang dipilih dapa menentukan munculnya sisa-sisa kerusakan lingkungan Robertson dan Shaw, 1998. Seperti diketahui bahwa semua operasi penambangan, begitupun tambang PTFI menghasilkan material yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan manusia, yaitu AAB air asam batuan dan tailing beberapa logam berat terdapat didalamnya. AAB sendiri sangat susah untuk dinetralisasi. Banyak ahli mengatakan bahwa AAB merupakan monster bagi lingkungan dan hampir tidak mungkin bisa terselesaikan. Kempton 2003 mengatakan bahwa AAB memerlukan perlakuan selama 3000 tahun dan merupakan masalah global yang belum menemukan solusinya. Oleh karena itu program penelitian dan penanganan AAB PTFI yang dilakukan lebih dari 10 tahun perlu terus ditingkatkan dan hasilnya secara rutin harus diinformasikan kepada PPK baik di Kabupaten Mimika, di Papua dan di tingkat nasional. Berdasarkan hasil analisis ISM pada Tabel 51 di dalam bab ini juga dan analisis situasional di lapangan, kendala-kendala yang ada dan dihadapi oleh PPK di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan dari skenario kebijakan ini adalah waktu yang sangat singkat untuk mengaplikasikan skenario ini yaitu hanya tiga tahun dari saat ini 2009 menuju 2012. Beberapa kendala lainnya, adalah sebagai berikut: 1 infrastruktur yang masih jauh dari memadai untuk mendukung kebutuhan pembangunan saat ini dan kedepan. Misalnya transportasi darat jalan darat yang belum tersedia antara ibu kota kecamatan dan ibu kota kabupaten serta antar ibu kota kecamatan itu sendiri, terutama terjadi pada ibu kota kecamatan yang letaknya di pedalaman atau jauh dari ibu kota kabupaten baik yang terletak di pesisir pantai maupun yang terletak di dataran tinggi lebih dari 2500 mdpl. 2 sarana dan prasarana serta akses masyarakat kepada kesehatan dan pendidikan masih rendah, khususnya dialami oleh masyarakat pedalaman. Misalnya, banyak SD atau SMP yang jumlah gurunya hanya 3-5 orang saja, termasuk seorang Kepala Sekolah. Sehingga 245 Tabel 58. Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi pilihan skenario pertama dibandingkan kondisi semula. No Aspek dan variabel penting dan strategis yang terpengaruh pada saat skenario sangat optimis diterapkan tahun 2012 Satuan setiap variabel Nilai perubahan aspek dan variabel kondisi pada saat ini dan saat mencapai titik keberlanjutan NHTMT = NMTR Nilai perubahan aspek dan variabel pada saat ini dan pada SaPeT PTFI 2041 Nilai saat sebelum aplikasi skenario 2021 NHTMT= NMTR 2021 setelah aplikasi skenario Persentas e perubaha n setelah aplikasi skenario Nilai pada SaPeT PTFI sebelum aplikasi skenario 2041 Nilai pada SaPeT PTFI setelah aplikasi skenario 2041 Persentase perubahan setelah aplikasi skenario A Aspek Sosial Jumlah penduduk Jiwa 298,397 381,283 21.74 381,467 1,075,390 64.53 Kontribusi CD PTFI Kesehatan Juta rupiah 145,398 145,398 0.00 68,990 68,990 0.00 Penduduk berdasarkan jenjang pendidikan Perguruan Tinggi Siswa 19,039 21,370 10.91 36,308 55,232 34.26 Potensi dan kejadian konflik Potensi konflik terjadi pada tahun 2031 dan kejadian konflik terjadi tahun 2036 B Aspek Lingkungan Luasan hutan Hektar 1,938,593 1,985,058 2.34 1,565,264 1,688,746 7.31 Pencemaran air 0.277 0.105 -163.81 0.411 0.152 -170.39 Pencemaran udara 0.0914 0.0319 -186.52 0.189 0.0634 -198.11 Degradasi lahan 0.1290 0.0588 -119.39 0.255 0.113 -125.66 Kualitas lingkungan 0.503 0.804 37.44 0.144 0.672 78.57 C Aspek Ekonomi Kontribusi tambang pada PDRB Mimika 93.69 87.84 -6.66 85.25 43.08 -97.89 Kontribusi non-tambang pada PDRB Mimika 6.31 12.16 48.11 14.75 56.92 74.09 Kontribusi tambang pada APBDMimika 68.10 60.85 -11.91 47.83 27.26 -75.46 Kontribusi non-tambang pada APBD Mimika 31.90 39.15 18.52 52.17 72.74 28.28 D Nilai hasil transformasi manfaat tambang NHTMT Rupiah 6.7526E+12 8.8000E+13 92.33 9.62177E+12 1.96668E+14 95.11 246 kualitas SDM di Mimika masih rendah. Demikian pula, puskesmas banyak yang tidak mempunyai dokter. Dokter yang tersedia hanya mampu melayani kurang lebih tiga hari di satu desa setiap minggunya. Para dokter harus bergilir ke daerah pelayanan lain yang telah ditentukan. Secara rinci jumlah dokter dan akses masyarakat ke sarana kesehatan dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 pada BAB IV halaman 110-111. 3 ketergantungan yang sangat tinggi kepada manfaat dan hasil kegiatan PTFI sebagai satu-satunya sumber pendapatan ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat Mimika. Dilain pihak, disinyalir sebanyak 75 dari pendapatan karyawan PTFI dibelanjakan keluar Kabupaten Mimika Bupati Mimika, 2006. 4 kurangnya kemampuan PEMDA Mimika dalam memimpin untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. PEMDA belum memanfaatkan hasil operasi PTFI secara optimal untuk menciptakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan selain yang bersumber dari PTFI. Selain itu, PEMDA Mimika juga belum memanfaatkan secara optimal sumber daya manusia atau karyawan PTFI yang berkemampuan baik untuk membantu merumuskan, menciptakan dan mengelola kegiatan-kegiatan untuk keberlanjutan Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. PEMDA Mimika juga belum menyadari sepenuhnya acaman yang akan mengancam keberlanjutan pembangunan Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. Sampai saat ini PEMDA belum mempersiapkan apapun terkait penutupan tambang PTFI nantinya. 5 belum adanya sosialisasi RPT perusahaan kepada PPK, khususnya untuk PEMDA dan masyarakat di Mimika. Padahal keterlibatan PPK pada proses perencanaan penutupan tambang dan pembuatan keputusan merupakan salah satu faktor penentu adanya keberlanjutan-keberlanjutan manfaat tambang yang saat ini dirasakan sampai setelah operasi tambang selesai AGDITR, 2006. Absennya keterlibatan PPK merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik di hampir semua daerah pertambangan. Pada simulasi penerapan skenario ini, konflik terjadi pada tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI. Skenario ini merupakan skenario kebijakan yang sangat berat untuk dilaksanakan mengingat kondisi dan situasi di Mimika saat ini serta kendala- kendala yang telah disebutkan di atas. Apalagi harus diterapkan pada tahun 2012 atau tiga tahun kedepan. Oleh karena itu, tindakan-tindakan strategis yang harus dilaksanakan oleh PPK untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan pada SaPeT PTFI di dalam skenario kebijakan ini, yaitu sebagai berikut: 1 247 membentuk BPPTB paling lambat pada tahun 2010 dan telah berfungsi 100 pada tahun 2012 dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pengelolaan kegiatan-kegiatan pembangunan menuju tercapainya titik keberlanjutan pada tahun 2021; 2 melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah termasuk bupati, camat dan lurah dan para pemimpin LSM setempat serta tokoh-tokoh masyarakat tentang kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di Kabupaten Mimika; 3 menyeleksi dan meningkatkan kinerja usaha-usaha ekonomi yang dilakukan masyarakat Mimika saat ini serta terindikasi dapat mendorong terjadinya keberlanjutan ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai beroperasi; 4 meningkatkan investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk menggantikan sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT dan setelahnya. Misalnya pengembangan industri tepung sagu mengingat Mimika mempunyai kebun sagu alami yang luas di Papua. Juga pengembangan industri perikanan, mengingat potensi yang terkelola saat ini baru dibawah 5; 5 meningkatkan akses masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan melalui peningkatan dan perbaikan secara terus menerus infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ketiga aspek tersebut; dan 6 mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan PB pada kegiatan operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan lingkungan hidup di seluruh wilayah Kabupaten Mimika saat ini dan masa yang akan datang melalui penerapan produksi bersih, peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan, pemberlakukan dengan ketat IPAL pada setiap kegiatan, dan lainnya. Program penanganan AAB dan tailing harus secara terus menerus dikembangkan dan hasilnya disosialisasikan kepada PPK secara berkala dan wajar.

10.3.2. Pilihan Kebijakan Kedua: Skenario Sangat Optimis Aplikasi 2017