256 Tindakan-tindakan strategis yang perlu dilaksanakan oleh PPK penutupan
tambang PTFI di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan pada SaPeT PTFI, yaitu sebagai berikut: 1 membentuk BPPTB paling lambat
pada tahun 2020 dan telah berfungsi 100 pada tahun 2022; 2 melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah termasuk bupati, camat dan
lurah dan para pemimpin LSM setempat serta tokoh-tokoh masyarakat tentang kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta
bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di Kabupaten Mimika. Prinsip-prinsip PB perlu mulai diperkenalkan kepada para pelajar SD, SMP, SMA dan PT secara
proporsional. Diharapkan di tahun 2022 sudah banyak masyarakat yang memahami dan dapat mengaplikasikan PB pada kegiatan pembangunan di
Mimika; 3 melatih para pelaku kegiatan ekonomi dan sosial baik yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta saat untuk dikembangkan menjaga keberlanjutan
ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai beroperasi; 4 meningkatkan promosi untuk menarik investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk menggantikan
sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT dan setelahnya; 5 meningkatkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan; dan 6 mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan PB pada kegiatan operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan
lingkungan hidup di seluruh wilayah Kabupaten Mimika saat ini dan masa yang akan datang.
10.3.4. Pilihan Kebijakan Empat: Skenario Optimis Aplikasi 2012
Dalam pilihan kebijakan keempat atau skenario kebijakan optimis yang diaplikasikan pada tahun 2012, pengembangan kebijakan dan tujuan-tujuan
kebijakan yang ingin dicapai adalah: 1 SDM Mimika mampu berperan dan berhasil 50 mengaplikasikan PB dalam pembangunan; 2 investasi ekonomi
baru dari sektor non tambang mampu berkontribusi 50 untuk mendukung keberlanjutan setelah penutupan tambang PTFI; 3 BPPTB telah dibentuk jauh
sebelum masa penutupan tambang dan 50 berfungsi; 4 kondisi infrastruktur di Kabupaten Mimika memadai untuk mendukung 50 keberlanjutan
pembangunan sampai SaPeT PTFI; dan 5 tidak ada pencemaran lingkungan
257
yang permanen baik berasal dari sisa tambang maupun akibat pembangunan, karena terkelola baik dan berkelanjutan.
Implikasi dari hasil penerapan simulasi pilihan kebijakan pertama pada
sistem penutupan tambang mineral yang berkelanjutan terjadi perubahan- perubahan
pada indikator-indikator
keberlanjutan. Indikator-indikator
keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Mimika yang terpengaruh, adalah sebagai berikut: 1 titik keberlanjutan NHTMT = NMTR
terjadi pada tahun 2036 atau lima tahun sebelum SaPeT PTFI; 2 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai jenjang pendidikan perguruan
tinggi PT sebesar 16,25 pada tahun 2036 saat tercapai titik keberlanjutan dibandingkan sebelum skenario ini diterapkan. Pada saat skenario ini belum
diterapkan jumlah siswa PT adalah sebesar 32.807 siswa pada tahun 2036 dan jumlah ini meningkat menjadi 21.370 siswa pada saat setelah skenario optimis;
3 terjadi peningkatan kualitas lingkungan sebesar 55,58 pada tercapai titik keberlanjutan 2036 dan peningkatan sebesar 69,68 pada SaPeT PTFI 2041
dibandingkan tanpa penerapan skenario kebijakan ini Gambar 60a dan 60b; 4 terjadi peningkatan kontribusi dari kegiatan non-tambang PTFI terhadap PDRB
dan APBD Kabupaten Mimika baik pada saat tercapai titik keberlanjutan dan pada SaPeT PTFI. Kontribusi PTFI akan menurun pada SaPeT PTFI. Namun,
tidak setajam penurunan yang terjadi pada skenario kebijakan pertama dan kedua. Pada skenario pilihan keempat, PDRB menurun sebanyak 36,10 dan
untuk APBD sebanyak 37,44; 5 potensi konflik terjadi pada tahun 2025 dan kejadian konflik terjadi pada tahun 2029; dan 6 terjadi peningkatan NHTMT
yang tajam sebesar 89,57 pada saat tercapai titik keberlanjutan 2036 dan sebesar 90,13 pada SaPeT PTFI 2041. Secara rinci perubahan-perubahan
ini dapat dilihat pada Tabel 61 dan Lampiran 19. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 60a dan 60b, yang menunjukkan
kondisi perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan sebelum dan setelah skenario optimis diaplikasikan pada tahun 2012. Persentase kualitas
lingkungan sebelum simulasi aplikasi skenario, seperti tertera pada Gambar 60a menunjukkan penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 0,826 di tahun 2002
data awal penelitian menjadi 0,144 di tahun 2041 SaPeT PTFI atau menurun sebesar 82,57. Namun, setelah aplikasi skenario optimis 2012,
seperti tertera pada Gambar 60b menunjukan penurunan yang cukup landai, yaitu dari 0,826 di tahun 2002 menjadi 0.475 di tahun 2041 atau menurun
258
sebesar 42,49. Skenario ini berhasil menaikkan kualitas lingkungan sebesar 63,92 pada SaPeT PTFI di tahun 2041. Skenario ini berhasil menaikkan
kualitas lingkungan sebesar 40,07 pada SaPeT PTFI di tahun 2041. Peningkatan kualitas lingkungan yang paling rendah pada skenario ini
dibandingkan ketiga pilihan skenario kebijakan sebelumnya. Sementara itu, pada skenario kebijakan sangat optimis yang diaplikasikan tahun 2012 pilihan
kebijakan pertama berhasil menaikkan kualitas lingkungan 63,92 atau 23,84 lebih tinggi dari pada kualitas lingkungan pada pilihan skenario kebijakan
keempat.
a. Kondisi sebelum penerapan skenario
b. Kondisi Setelah penerapan skenario optimis pada tahun 2012 Gambar 60. Perkembangan pencemaran dan kualitas lingkungan di Kab. Mimika
sebelum dan setelah skenario optimis 2012 Sama seperti pada ketiga pilihan skenario kebijakan sebelumnya, persentase
kualitas lingkungan, baik sebelum dan setelah aplikasi skenario menunjukkan peningkatan perlahan-lahan setelah SaPeT PTFI. Peningkatan ini disebabkan
terjadinya proses pemulihan secara alamiah pada daerah-daerah bekas tambang dan daerah operasi lainnya. Penjelasan rincinya seperti pada butir 10.3.1. di
259
atas. Pada skenario ini, perkembangan teknologi penanganan AAB dan tailing juga perlu secara berkala disampaikan kepada PPK.
Skenario kebijakan ini akan diterapkan tiga tahun kedepan, yaitu tahun 2012. Berdasarkan hasil analisis ISM pada Tabel 51 di dalam bab ini juga dan
analisis situasional di lapangan, kendala-kendala yang ada dan dihadapi oleh
PPK di Kabupaten Mimika untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan dari skenario kebijakan ini adalah waktu yang sangat singkat untuk mengaplikasikan
skenario ini yaitu hanya tiga tahun dari saat ini 2009 menuju 2012. Beberapa
kendala lainnya, yaitu sebagai berikut: 1 infrastruktur yang masih jauh dari
memadai untuk mendukung kebutuhan pembangunan saat ini dan kedepan. Misalnya transportasi darat jalan darat yang belum tersedia antara ibu kota
kecamatan dan ibu kota kabupaten serta antar ibu kota kecamatan itu sendiri, terutama terjadi pada ibu kota kecamatan yang letaknya di pedalaman atau jauh
dari ibu kota kabupaten baik yang terletak di pesisir pantai maupun yang terletak di dataran tinggi lebih dari 2500 mdpl. 2 sarana dan prasarana serta akses
masyarakat kepada kesehatan dan pendidikan masih rendah, khususnya dialami oleh masyarakat pedalaman. Misalnya, banyak SD atau SMP yang jumlah
gurunya hanya 3-5 orang saja, termasuk seorang Kepala Sekolah, sehingga kualitas SDM di Mimika masih rendah. Demikian pula, puskesmas banyak yang
tidak mempunyai dokter. 3 ketergantungan yang sangat tinggi kepada manfaat dan hasil kegiatan PTFI sebagai satu-satunya sumber pendapatan ekonomi bagi
pemerintah dan masyarakat Mimika. 4 kemampuan PEMDA Mimika dalam memimpin untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan belum
memadai. PEMDA belum memanfaatkan hasil operasi PTFI secara optimal untuk
menciptakan kegiatan-kegiatan
pembangunan yang
mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan selain yang
bersumber dari PTFI. Selain itu, PEMDA Mimika juga belum memanfaatkan secara optimal sumber daya manusia atau karyawan PTFI yang berkemampuan
baik untuk membantu merumuskan, menciptakan dan mengelola kegiatan- kegiatan untuk keberlanjutan Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. PEMDA
Mimika juga belum menyadari sepenuhnya acaman yang akan mengancam keberlanjutan pembangunan Mimika setelah PTFI selesai beroperasi. Sampai
saat ini PEMDA belum mempersiapkan apapun terkait penutupan tambang PTFI nantinya. 5 belum adanya sosialisasi RPT perusahaan kepada PPK, khususnya
untuk PEMDA dan masyarakat di Mimika.
260
Tabel 61. Persentase peningkatan beberapa aspek dan variabel penting setelah aplikasi pilihan skenario terakhir dibandingkan kondisi semula.
No Aspek dan variabel penting dan strategis
yang terpengaruh pada saat skenario sangat optimis diterapkan tahun 2012
Satuan setiap
variabel Nilai perubahan aspek dan variabel kondisi
pada saat ini dan saat mencapai titik keberlanjutan NHTMT = NMTR
Nilai perubahan aspek dan variabel pada saat ini dan pada SaPeT PTFI 2041
Nilai saat sebelum
aplikasi skenario
2036 NHTMT=
NMTR 2036
setelah aplikasi
skenario Persentase
perubahan setelah
aplikasi skenario
Nilai pada SaPeT PTFI
sebelum aplikasi
skenario 2041
Nilai pada SaPeT PTFI
setelah aplikasi
skenario 2041
Persentase perubahan
setelah aplikasi
skenario
A Aspek Sosial
Jumlah penduduk Jiwa
383,604 609,955
37.11 381,467
706,310 45.99
Kontribusi CD PTFI Kesehatan Juta rupiah
84,520 84,520
0.00 68,990
68,990 0.00
Penduduk berdasarkan jenjang pendidikan Perguruan Tinggi
Siswa 32,807
39,174 16.25
36,308 45,445
20.11 Potensi dan kejadian konflik
Potensi konflik terjadi pada tahun 2025 dan kejadian konflik terjadi tahun 2029
B Aspek Lingkungan
Luasan hutan Hektar
1,670,688 1,767,098
5.46 1,565,264
1,679,642 6.81
Pencemaran air 0.379
0.230 -64.78
0.411 0.248
-65.73 Pencemaran udara
0.1630 0.0904
-80.31 0.189
0.1050 -80.00
Degradasi lahan 0.2230
0.1500 -48.67
0.255 0.171
-49.12 Kualitas lingkungan
0.235 0.529
55.58 0.144
0.475 69.68
C Aspek Ekonomi
Kontribusi tambang pada PDRB Mimika 88.15
72.71 -21.24
85.25 62.64
-36.10 Kontribusi non-tambang pada PDRB Mimika
11.85 27.23
56.48 14.75
37.36 60.52
Kontribusi tambang pada APBDMimika 53.52
42.39 -26.26
47.83 34.80
-37.44 Kontribusi non-tambang pada APBD Mimika
46.48 57.61
19.32 52.17
65.20 19.98
D Nilai hasil transformasi manfaat tambang NHTMT
Rupiah 9.31339E+12 8.92796E+13
89.57 9.62177E+12 9.74848E+13 90.13
Padahal keterlibatan PPK pada proses perencanaan penutupan tambang dan pembuatan keputusan merupakan salah satu faktor penentu adanya
keberlanjutan-keberlanjutan manfaat tambang yang saat ini dirasakan sampai setelah operasi tambang selesai AGDITR, 2006. Absennya keterlibatan PPK
merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik di hampir semua daerah pertambangan. Pada simulasi penerapan skenario ini, konflik paling cepat
terjadi, yaitu pada tahun 2029 atau 22 tahun sebelum SaPeT PTFI. Dokumen RPT yang saat ini sedang dipersiapkan oleh PTFI baru disosialisasikan secara
terbatas di dalam perusahaan. Skenario ini merupakan skenario kebijakan yang sangat berat untuk
dilaksanakan mengingat kondisi dan situasi di Mimika saat ini serta kendala- kendala yang telah disebutkan di atas. Apalagi harus diterapkan pada tahun
2012 atau tiga tahun kedepan. Oleh karena itu, tindakan-tindakan strategis
yang harus dilaksanakan oleh PPK untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan pada SaPeT PTFI di dalam skenario kebijakan ini adalah hampir sama dengan
pilihan skenario pertama, yaitu sebagai berikut: 1 membentuk BPPTB paling lambat pada tahun 2010 dan telah berfungsi 100 pada tahun 2012 dalam
mengkoordinasikan perencanaan
dan pengelolaan
kegiatan-kegiatan pembangunan menuju tercapainya titik keberlanjutan pada tahun 2021; 2
melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai pemerintah termasuk bupati, camat dan lurah dan para pemimpin LSM setempat serta tokoh-tokoh
masyarakat tentang kegiatan-kegiatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta bagaimana pengaruh dan mengaplikasinya di Kabupaten
Mimika; 3 menyeleksi dan meningkatkan kinerja usaha-usaha ekonomi yang dilakukan masyarakat Mimika saat ini serta terindikasi dapat mendorong
terjadinya keberlanjutan ekonomi dan sosial setelah PTFI selesai beroperasi; 4 meningkatkan investasi ekonomi baru non-tambang PTFI untuk menggantikan
sepenuhnya sumber pendapatan ekonomi dari PTFI pada SaPeT dan setelahnya. Misalnya pengembangan industri tepung sagu mengingat Mimika
mempunyai kebun sagu alami yang luas di Papua. Juga pengembangan industri perikanan, mengingat potensi yang terkelola saat ini baru dibawah 5; 5
meningkatkan akses masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan
melalui peningkatan dan perbaikan secara terus menerus infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ketiga aspek tersebut; dan 6
262
mewajibkan untuk setiap kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial untuk mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
PB pada kegiatan operasionalnya dalam rangka melindungi dan melestarikan lingkungan hidup di seluruh wilayah Kabupaten Mimika saat ini dan masa yang
akan datang melalui penerapan produksi bersih, peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan, pemberlakukan dengan ketat IPAL pada
setiap kegiatan, dan lainnya. Program penanganan AAB dan tailing harus secara terus menerus dikembangkan dan hasilnya disosialisasikan kepada PPK secara
berkala dan wajar.
Gambar 61. Perkembangan kontribusi PTFI dan sektor lain pada APBD Kab. Mimika sebelum dan setelah setiap skenario diterapkan
Gambar 61 menunjukkan perkembangan kontribusi PTFI dan peningkatan sektor lain pada APBD Kabupaten Mimika pada saat ini, menjelang, dan SaPeT
PTFI sebelum dan setelah aplikasi skenario. Pada saat sebelum aplikasi
263
skenario atau apabila kondisi saat dibiarkan terjadi sampai SaPeT PTFI maka kontribusi sektor lain tidak dapat menggantikan kontribusi PTFI yang telah
berakhir padapenutupan tambangnya. Pada aplikasi skenario sangat optimis SSO 2012, kontribusi sektor lain pada APBD Mimika terus meningkat dan
memotong atau dapat menggantikan kontribusi PTFI yang menurun pada tahun 2021 atau 20 tahun sebelum masa penutupan tambang PTFI tiba. Demikian juga
untuk SS0 yang diaplikasikan pada tahun 2017 dan 2022, sektor lain akan menggantikan kontribusi PTFI pada APBD Mimika pada tahun 2028 dan 2036.
10.4. Operasionalisasi Arahan Kebijakan Penutupan Tambang Mineral Berkelanjutan