Strategi Implementasi Komponen Dominan Penutupan Tambang

193 pertambangan berkontribusi pada kegiatan-kegiatan pembangunan menuju PB dan merupakan suksesi untuk menggantikan sumber manfaat ekonomi dan sosial yang sebelumnya dari manfaat tambang berganti menjadi berasal dari manfaat non tambang. Hal ini dipertegas oleh Robertson 1990 bahwa perencanaan suksesi dari keberlanjutan dari manfaat-manfaat sosial dan ekonomi distimulasi saat tambang masih aktif beroperasi adalah sebuah tujuan antara dari keberlanjutan dan perencanaan suksesi di daerah tambang. Dengan demikian perencanaan sejak dini adalah sebuah kebutuhan yang mendesak saat ini bagi PPK PTFI dalam menuju penutupan tambang berkelanjutan dari perusahaan ini.

8.2. Strategi Implementasi Komponen Dominan Penutupan Tambang

Berdasarkan analisis situasional Kabupaten Mimika terkait dengan operasi PTFI dan untuk menuju penutupan tambang yang berkelanjutan, berikut ini disampaikan beberapa strategi yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan pilihan kebijakan perencanaan terpadu berdasarkan SDA unggulan sejak dini, sebagai berikut: 1. Semua sumber daya yang ada di Kabupaten Mimika khususnya dan di Propinsi Papua pada umumnya perlu difokuskan pemanfaatannya untuk segera saat ini juga membangun kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi yang dapat menggantikan manfaat-manfaat ekonomi dan sosial yang saat ini diperoleh dari operasi PTFI. PTFI berkontribusi sangat nyata pada PDRB Kabupaten Mimika dan Propinsi Papua. Misalnya, pada tahun 2007 kontribusi kepada PDRB Kabupaten Mimika adalah 95,56 dan pada PDRB Propinsi Papua sebesar 44,87 serta berkontribusi pada kegiatan pengembangan masyarakat setempat sebesar 76,74 juta Dolar Amerika pada tahun yang sama LPEM-FEUI, 2008. Banyak kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang saat ini masih menggantungkan hampir 100 pada sumber pendanaan dari PTFI dan inisiatif untuk kegiatan suksesi belum menunjukkan kemajuan yang dapat diandalkan di masa mendatang. Misalnya, kegiatan usaha kecil dan menengah UKM yang saat ini dibina pemerintah dan PTFI kurang lebih 50 dari jumlah UKM yang ada masih mempunyai tujuan pasar ke PTFI. Dengan demikian strateginya adalah: 1 segera menemu kenali potensi-potensi SDA unggulan non tambang yang dapat dijadikan sumber pendapatan ekonomi 194 baru yang mempunyai tujuan pasar di dalam dan ke luar Mimika. 2 meningkatkan pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat yang mempunyai tujuan pasar diluar PTFI dan dapat menjangkau pasar luar Mimika atau Papua. 3 hasil kegiatan ekonomi masyarakat atau ekonomi lain non tambang, mulai dipergunakan untuk menggantikan secara bertahap pembiayaan-pembiayaan kegiatan-kegiatan sosial yang saat ini masih 100 bergantung pada PTFI. SDA yang potensial seperti perikanan, kehutanan dan kebun sagu yang luas penjelasan rinci pada BAB IV pada butir 4.2.6 perlu segera dioptimalkan pemanfaatannya dengan didukung oleh pengembangan teknik budidaya yang berkelanjutan. Kebun sagu di Mimika merupakan kebun sagu yang besar di Papua bahkan di Indonesia. Pengembangan sagu menjadi sumber pangan nasional dan modern di perlukan sekali untuk masa mendatang, seperti pembuatan tepung sagu yang saat ini banyak permintaan pasar dari luar negeri yang belum terpenuhi, misalnya dari Cina. Padahal sejak 10 tahun yang lalu PTFI telah mengembangkan sagu unggul dari segi produksi, tahan penyakit dan hama, kegenjahan umur panen melalui penelitihan yang berkesinambungan dengan UNCEN Universitas Cendrawasih dan UNIPA Universitas Papua. Pendirian segera pabrik tepung sagu haruslah menjadi prioritas bagi PPK pembangunan di Mimika. Jika tidak, ketidak berlanjutan manfaat sosial dan ekonomi setelah PTFI setelah kemungkinan besar dapat terjadi. Pemberlakukan teknologi budidaya yang berkelanjutan juga diperlukan dalam pengembangan sektor perikanan dan kehutanan di Mimika. 2. Pada aspek lingkungan, strategi implementasi dari pilihan kebijakan ini adalah selain mengembangkan teknologi budidaya berkelanjutan, melalui penerapan teknologi bersih cleaner production salah satunya, teknologi penanganan AAB air asam batuan atau air asam tambang dan zat-zat pencemar lain yang berbahaya perlu terus ditingkatkan kehandalan dan keberfungsiannya. Secara dini, masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan dalam mengamankan dampaknya. Selain itu, kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga profesional terkait perlu terus dilakukan dan ditingkatkan dalam rangka memberikan kepastian ilmiah dan meningkatkan kemampuan teknologi penanganan AAB secara berkesinambungan. Munculnya sisa-sisa zat 195 berbahaya bagi kesehatan dan keamanan manusia, hewan dan tumbuhan tidak terjadi pada SaPeT PTFI tiba dan saat setelah pasca tambang. 3. Pada aspek sosial, strategi yang diperlukan adalah: 1 PPK PTFI, khususnya PEMDA Mimika segera mencari sumber pendanaan yang berkelanjutan untuk menggantikan kegiatan-kegiatan sosial, seperti kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang saat ini masih mendapat seluruh pendanaannya dari PTFI. Pembentukan dana abadi dari sumber PTFI saat ini yang dirancang dan dikelola lebih terarah dan tepat merupakan sebuah langkah strategis yang perlu segera direalisasikan. Saat ini banyak dana-dana pengembangan masyarakat yang terkelola secara tidak tepat dan tidak diarahkan untuk membangun kegiatan-kegiatan yang berdampak nyata pada keberlanjutan kehidupan masyarakat di Kabupaten Mimika setelah PTFI selesai. 2 pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung timbulnya kegiatan pembangunan sosial yang menjamin keberlanjutan manfaat-manfaat sosial pada SaPeT PTFI perlu dilakukan. 4. Pada aspek hukum dan kelembagaan. Persoalan penutupan tambang adalah persoalan yang sangat rumit, probabilistik dan dinamik. Hasil AHP menyatakan bahwa pemerintah pusat, propinsi dan daerah merupakan aktor utama yang menentukan. Oleh karena itu strategi implementasinya adlah pemerintah dalam hal ini PEMDA Mimika perlu membentuk BPPTB. Walaupun faktor badan penutupan tambang memperoleh nilai bobot yang kecil 0,063 berdasarkan pendapat pakar, namun berdasarkan hasil analisis resiko penutupan dan analisis kebutuhan PPK, faktor ini merupakan salah satu indikator keberlanjutan sosial. Demikian juga, menurut hasil analisis ISM, faktor ini termasuk faktor kelembagaan yang merupakan salah satu faktor kunci penentu keberhasilan penutupan tambang yang perlu diterapkan di Indonesia. Badan ini dapat terdiri dari perwakilan dari masing-masing PPK Kabupaten Mimika dan pembentukannya perlu didukung oleh PERDA sebagai dasar hukum operasionalnya. Hasil analisis AHP dan strategi implementasinya akan menjadi masukan informasi penting sebagai input terkontrol pada kotak hitam pendekatan sistem dan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun skenario-skenario keberlanjutan pada saat menjelang dan SaPeT PTFI.

BAB IX. SISTEM DINAMIK PENUTUPAN TAMBANG MINERAL YANG BERKELANJUTAN