4.6. Kondisi Eksisting Budidaya Air Payau
Wilayah pesisir daratan di sekitar Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa sebagian telah dimanfaatkan untuk budidaya air payau. Budidaya air payau yang
berkembang yaitu budidaya tambak untuk komoditi ikan bandeng Chanos chanos, sp, udang vaname Litopenaeus vannamei, sp, dan udang windu
Penaeus monodon, sp. Budidaya udang vaname dan udang windu dikelola oleh investor di Kecamatan Maronge, Kecamatan Plampang, dan Kecamatan Tarano.
Budidaya tambak sistem monokultur bandeng maupun polikultur bandeng dan udang windu dikelola oleh masyarakat dengan menerapkan teknologi sederhana
sistem tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan benur, di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terdapat hatchery udang sebanyak 2 perusahaan yang terletak di
Labuhan Jambu Kecamatan Tarano. Kapasitas produksi masing- masing Hatchery
mencapai 5-25 juta ekor udang per tahun.
Luas potensi areal untuk budidaya tambak di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa adalah 6.310 Ha 61 dari luas potensi tambak Kabupaten Sumbawa,
tersebar di 7 tujuh kecamatan. Dari luas areal tersebut hingga tahun 2011 telah dimanfaatan sekitar 1.744,85 Ha 28, terdiri atas tambak bandeng seluas 922,50
ha dan 822,35 ha tambak udang. Volume produksi tambak bandeng sebesar 2.076,03 ton dan nilai produktivitas sebesar 2,25 tonha. Secara rinci luas tambak
dan produksi tambak di Teluk Saleh pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Luas tambak dan volume produksi tambak di Teluk Saleh Kabupaten
Sumbawa
No Kecamatan
Luas Lahan ha Produksi ton
T. Bandeng T. Udang
Bandeng Udang
1 Moyo Hilir
25,00 -
56,25 -
2 Moyo Utara
185,50 132,90
417,78 418,23
3 Lape
378,00 20,00
850,50 29,63
4 Maronge
35,00 116,50
78,75 1.925,06
5 Plampang
171,00 381,00
384,75 8,.262,66
6 Empang
15,00 28,50
33,75 139,18
7 Tarano
113,00 143,45
254,25 3.055,91
Total Teluk Saleh 922,50
822,35 2.076,03
13.830,67 Sumber: Hasil Analisis 2013
Perkembangan budidaya tambak di Teluk Saleh berkembang pesat selama lima tahun terakhir 2007 sd 2011. Luas lahan tambak untuk budidaya ikan
bandeng dan udang meningkat sebesar 1,34 pertahun dan peningkatan produksi sebesar 26,93 pertahun serta peningkatan produktivitas sebesar 0,11
pertahun. Secara rinci perkembangan luas, volume produksi dan produktivitas tambak di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa selama 5 tahun terakhir disajikan
pada Tabel 16. Tabel 16. Perkembangan luas, volume produksi dan produktivitas tambak di
Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Tahun 2007 sd 2011
Tahun Luas Lahan Tambak
ha Volume Produksi Tambak
ton Volume Produksi
B dan U ton Bandeng
B Udang
U 2007
2.136,00 1.782,44
14.348,12 16.130,56
2008 2.280,40
1.333,70 18.214,60
19.548,30 2009
2.383,01 1.959,00
25.531,37 27.490,37
2010 2.720,26
2.016,13 32.902,69
34.918,82 2011
2.807,16 2.511,45
39.819,84 42.331,29
Sumber: Hasil Analisis 2013
4.7. Kondisi Eksisting Budidaya Laut
Berdasarkan karakteristik biofisik, perairan Teluk Saleh memiliki potensi perikanan budidaya laut yang relatif luas dan terdapat beberapa teluk atau lokasi
yang terlindung oleh aksi gelombang besar dan arus kuat. Potensi laut untuk menunjang pengembangan perikanan budidaya terdapat di seluruh wilayah
pesisir. Perairan pesisir Teluk Saleh sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi budidaya ikan kerapu dalam karamba jaring apung dan budidaya rumput
laut.
4.7.1. Budidaya Rumput Laut 4.7.1.1. Perkembangan Budidaya Rumput Laut
Luas areal perairan yang telah dimanfaataatkan untuk budidaya rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa hingga Tahun 2011 adalah seluas 4.866,00
ha 68 dari luas areal pemanfaatan untuk budidaya rumput laut Kabupaten Sumbawa, tersebar di lima kecamatan. Volume produksi rumput laut basah untuk
sebesar 65.824,03 ton 72 dari luas areal pemanfaatan untuk total produksi
rumput laut Kabupaten Sumbawa dan nilai produktivitas sebesar 13,53 tonha, sedangkan produktivitas rumput laut di Kabupaten Sumbawa sebesar 13,45
tonha. Secara rinci luas dan volume produksi rumput laut basah di Teluk Saleh pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Luas pemanfaatan perairan dan volume produksi rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
No Kecamatan
Jumlah RTP
Luas Pemanfaatan ha
Volume Produksi ton
1 Moyo Hilir
367 852
11.811 2
Lape 245
979 8.028
3 Maronge
195 880
11.084 4
Plampang 281
988 12.109
5 Tarano
317 1.167
22.789 Total Teluk Saleh
1.405 4.866
65.824 Sumber: Hasil Analisis 2013
Perkembangan budidaya rumput laut di Teluk Saleh berkembang pesat selama lima tahun terakhir 2007 sd 2011. Luas pemanfaatan perairan untuk
budidaya rumput laut rata-rata meningkat sebesar 288 hatahun dan peningkatan volume produksi rumput laut basah 11.618 tontahun. Perkembangan jumlah RTP
selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 173 RTPtahun. Secara rinci perkembangan luas dan volume produksi rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten
Sumbawa selama 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Perkembangan luas dan volume produksi rumput laut di Teluk Saleh
Kabupaten Sumbawa tahun 2007 sd 2011 No Tahun
Jumlah RTP
Luas Pemanfatan Perairan ha
Volume Produksi ton
1 2007
1.347 3.426
7.736 2
2008 1.362
3.666 14.054
3 2009
1.522 3.849
20.033 4
2010 1.718
4.047 32.530
5 2011
2.214 4.866
65.824 Sumber: Hasil Analisis 2013
4.7.1.2. Keragaan Usaha Budidaya Rumput Laut
Rumput laut memiliki manfaat sebagai sumber alginat dan karaginan yang banyak dimanfaatkan untuk industri makanan, kosmetik, farmasi, tekstik, kertas
dan sebagainya. Rumput laut di pasaran lokal dan luar harganya cukup tinggi. Peluang pasar inilah yang menjadi salah satu pertimbangan penting bagi
masyarakat di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa untuk melakukan usaha budidaya rumput laut. Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan masyarakat di
Kabupaten Sumbawa salah satunya adalah Eucheuma cottonii. Rumput laut jenis ini memiliki kandungan karaginan kappa yang tinggi, berwarna hijau kekuningan,
thallusnya berbentuk silinder dan bercabang, permukaan licin dan kenyal. Budidaya rumput laut di wilayah perairan Teluk Saleh menggunakan
metode budidaya dengan sistem long line yang selama ini sudah dilakukan oleh masyarakat di sentra budidaya rumput laut. Wadah budidaya yang digunakan
terdiri dari tali utama tali induk sebagai rangka sekaligus untuk memberikan bingkai dan membatasi unit budidaya atau kepemilikan unit budidaya. Tali ini
dikonstruksi berbentuk segi empat dimana pada setiap sudutnya diberi jangkar dari pemberat yang berfungsi untuk menahan sistem unit budidaya pada posisi
yang tetap. Tal ris berfungsi sebagai tempat pengikat bibit dan tali pengikat tali anak berfungsi untuk mengikat bibit pada tali ris. Pelampung besar dan
pelampung kecil keduanya berfungsi untuk menjaga unit budidaya agar tetap terapung. Tali jangkar berfungsi untuk menggantungkan dan mengikat jangkar
atau pemberat. Selama periode budidaya rumput laut dilakukan pemeliharaan dan
pengontrolan. Pemeliharaan dilakukan pembersihan meliputi pembuangan kotoran atau sampah, pembersihan jenis lumut yang menempel pada tali ris. Sedangkan
pengontrolan dilakukan untuk melakukan pencegahan dan mengusir jenis hama dan memastikan rumput laut tetap terendam air untuk menghindari terjadinya
pemutihan bleaching. Pemeliharaan rumput laut umumnya sekitar 45 hingga 60 hari atau
disesuaikan dengan harga pasar yang sangat fluktuatif. Cara panen yang banyak dilakukan oleh pembudidaya adalah panen secara keseluruhan dengan cara
diangkat langsung seluruh jaring yang ada rumput lautnya dan dimasukan ke perahu pengangkut. Pemasaran untuk rumput laut di lokasi tidak susah karena
sudah ada pembeli yang biasa menampung hasil budidaya dari para pembudidaya walaupun struktur pasarnya monopolis yang berimplikasi terhadap harga yang
terbentuk.