A B
C D
Gambar 16. Pola arus dan elevasi muka air untuk keseluruhan perairan Teluk Saleh saat kondisi perbani pada: A menjelang surut, B surut, C menjelang pasang, D pasang. sumber: BRKP 2010
A B
C D
Gambar 17. Pola arus dan elevasi muka air untuk keseluruhan perairan Teluk Saleh saat kondisi purnama pada: A menjelang surut, B surut, C menjelang pasang, D pasang. sumber: BRKP 2010
93
4.4.6. Substrat Dasar Perairan
Menurut Dahuri 2003 substrat perairan berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup perlindungan dari arus air dan tempat
pengolahan serta pemasukan nutrien. Kehidupan biota sesuai dengan habitatnya, dimana pada substrat yang keras dihuni oleh hewan yang mampu melekat dan
pada substrat yang lunak dihuni oleh organisme yang mampu membuat lubang Odum, 1979. Jenis dan ukuran substrat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kandungan bahan organik dan distribusi bentos. Semakin halus tekstur tersebut semakin tinggi kemampuan untuk menjebak bahan organik
Nybakken, 1992. Substrat dasar suatu lokasi budidaya bervariasi dari bebatuan sampai lumpur
berpengaruh terhadap instalasi budidaya, pertukaran air, penumpukan hasil metabolisme dan kotoran Rejeki, 2001. Substrat dasar perairan berhubungan
dengan kebiasaan hidup dan sifat fisiologis. Rumput laut membutuhkan dasar perairan yang relatif stabil Dahuri, 2003. Sedangkan untuk ikan kerapu cocok
pada substrat berpasir dan pecahan karang Bakosurtanal, 1996 ; Radiarta et al. 2003. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa substrat
perairan di wilayah penelitian terdiri atas lumpur hingga karang. Secara spasial sebaran substrat perairan di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Peta sebaran substrat perairan di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
95
4.5. Kondisi Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan kesesuaian perairan untuk keberhasilan budidaya laut. Kualitas air dapat ditinjau melalui sifat
fisik, kimia dan biologis air atau kesatuan dari sifat-sifat tersebut. Pengukuran beberapa parameter kunci kualitas air di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
dilakukan pada 16 titik stasiun pengukuran dan pengambilan sampel air. Secara rinci hasil pengukuran dan analisis laoratorium parameter kualitas air di Teluk
Saleh Kabupaten Sumbawa disajikan pada Tabel 14.
4.5.1. Suhu Air
Suhu perairan berpengaruh terhadap fungsi fisiologis rumput laut seperti fotosintesa, respirasi, metabolisme dan reproduksi. Sedangkan untuk budidaya
ikan kerapu di KJA, suhu air mempunyai pengaruh terhadap proses metabolisme, dimana semakin tinggi suhu maka proses metabolisme semakin meningkat dan
sebaliknya jika semakin rendah suhu, maka proses metabolisme akan terhambat. Radiarta et al. 2003 mengemukakan bahwa suhu optimal untuk
pertumbuhan rumput laut antara 24-30
o
C, dan memberikan laju pertumbuhan rata-rata 5 perhari Lee et al. 1999. Sedangkan untuk pertumbuhan dan
pertumbuhan optimal budidaya ikan kerapu di KJA membutuhkan suhu berkisar 28 – 30 ºC DKP, 2003. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan suhu air laut
di Perairan Teluk Saleh berada pada kisaran suhu yang baik untuk budidaya laut yaitu suhu berkisar 30,3– 33,2
o
4.5.2. Kecerahan
C. Secara spasial sebaran suhu perairan di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 19.
Kecerahan merupakan parameter kualitas air yang berhubungan dengan besarnya penetrasi cahaya kedalam perairan. Pada budidaya rumput laut
parameter kecerahan berperan dalam proses fotosintesis oleh tallus membutuhkan sinar matahari. Sedangkan pada budidaya ikan kerapu di KJA kecerahan perairan
berpengaruh terhadap kemampuan ikan kerapu di KJA untuk melihat dan mengambil makanan di perairan.
Kecerahan perairan untuk pertumbuhan optimal rumput laut berada pada nilai kecerahan 3 m, sedangkan pada budidaya ikan kerapu di KJA pertumbuhan
optimal berada pda nilai kecerahan 5 m Radiarta et al. 2003. Berdasarkan hasil
pengukuran lapangan di wilayah penelitian menunjukkan bahwa kecerahan perairan berkisar antar 2 - 7 m, sehingga nilai parameter kecerahan perairan di
Teluk Saleh berada pada kisaran pertumbuhan rumput laut dan ikan kerapu di KJA. Secara spasial sebaran kecerahan perairan di wilayah penelitian disajikan
pada Gambar 20.
4.5.3. Derajat Keasaman pH
Derajat keasaman pH merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut Luning, 1990. Pada budidaya
ikan kerapu di KJA parameter pH berdampak proses biokimia perairan dan komunitas biologi perairan. Hasil pengukuran nilai pH di wilayah penelitian
berkisar antara 7,0 – 8,4,. Nilai pH untuk pertumbuhan optimal rumput laut sistem long line dan budidaya ikan kerapu di KJA berkisar antara 6,5-8,5
Romomihtarto, 2003. Secara spasial sebaran nilai pH perairan di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 21.
4.5.4. Salinitas
Perubahan salinitas mencapai tingkat ekstrim pada budidaya rumput laut sistem long line dapat menyebabkan tallus pucat dan berwarna kuning. Menurut
Choi et al. 2010 rumput laut akan mengalami pertumbuhan yang lambat, apabila salinitas terlalu rendah kurang 15 ppt atau terlalu tinggi lebih 35 ppt dari
kisaran salinitas yang sesuai dengan syarat hidupnya hingga jangka waktu tertentu. Sedangkan perubahan salinitas yang ekstrim pada budidaya ikan kerapu
di KJA dapat menyebabkan ikan menjadi stress sehingga akan menghambat pertumbuhan dan mudah terserang penyakit.
Berdasarkan hasil pengukuran salinitas di wilayah penelitian menunjukkan kadar salinitas berkisar antara 28 – 33 ppt. Kisaran salinitas untuk pertumbuhan
optimal rumput laut yaitu 32-34 ppt DKP, 2002. Sedangkan kisaran salinitas untuk pertumbuhan optimal ikan kerapu di KJA berkisar antara 30-35 ppt
Radiarta et al. 2005. Secara spasial sebaran nilai salinitas perairan di wilayah penelitian disajikan pada Gambar 22.